
Pappiledema adalah kondisi pembengkakan pada papil saraf optik di mata akibat peningkatan tekanan intrakranial, bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan tanda adanya gangguan serius pada otak atau cairan otak, sehingga penting untuk dipahami penyebabnya karena deteksi dini dapat membantu mencegah kerusakan penglihatan permanen; kondisi Pappiledema terjadi ketika tekanan di dalam tengkorak meningkat dan menekan saraf optik yang menghubungkan mata dengan otak, sehingga papil saraf optik menjadi bengkak dan dapat terlihat saat pemeriksaan funduskopi, dengan gejala yang sering muncul seperti sakit kepala hebat, penglihatan kabur, mual, hingga muntah.
Penyebab Pappiledema
Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan Pappiledema, di antaranya:
1. Tumor Otak
Tumor yang tumbuh di dalam otak, baik jinak maupun ganas, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial karena ruang di dalam tengkorak terbatas. Massa tumor menekan jaringan otak dan mengganggu aliran cairan serebrospinal, sehingga timbul pembengkakan pada saraf optik. Gejala Pappiledema akibat tumor biasanya berkembang bertahap, disertai sakit kepala kronis, gangguan penglihatan, hingga gejala neurologis lain seperti kejang.
2. Perdarahan Otak
Perdarahan otak, baik akibat trauma kepala maupun pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik), menambah volume cairan dalam tengkorak. Hal ini meningkatkan tekanan intrakranial secara mendadak dan menyebabkan Pappiledema. Pasien biasanya mengalami gejala akut berupa sakit kepala hebat mendadak, mual muntah, hingga penurunan kesadaran.
3. Hidrocephalus
Hidrocephalus adalah kondisi penumpukan cairan serebrospinal di dalam ventrikel otak. Cairan yang berlebihan ini menekan jaringan otak dan saraf optik sehingga memunculkan Pappiledema. Kondisi ini bisa bersifat bawaan (kongenital) maupun akibat penyakit lain seperti tumor atau infeksi. Gejalanya dapat berupa pembesaran kepala pada bayi, sakit kepala, gangguan koordinasi, hingga gangguan penglihatan.
4. Infeksi Otak
Infeksi seperti meningitis (radang selaput otak) atau ensefalitis (radang jaringan otak) menimbulkan peradangan yang mengganggu aliran cairan serebrospinal. Hal ini meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat memicu Pappiledema. Pasien sering menunjukkan gejala tambahan seperti demam tinggi, kaku kuduk, kejang, serta perubahan kesadaran.
5. Idiopathic Intracranial Hypertension (IIH)
IIH adalah kondisi meningkatnya tekanan intrakranial tanpa adanya tumor, perdarahan, atau infeksi. Penyebab pastinya belum jelas, tetapi sering dikaitkan dengan obesitas, ketidakseimbangan hormonal, dan penggunaan obat tertentu. IIH lebih sering dialami oleh wanita usia subur, dan salah satu tanda utamanya adalah Pappiledema yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan jika tidak segera diobati.
6. Trombosis Sinus Vena Otak
Penyumbatan pada pembuluh darah vena di otak (sinus vena) menghambat aliran darah balik dari otak, sehingga tekanan intrakranial meningkat. Kondisi ini jarang tetapi serius, dan salah satu tandanya adalah Pappiledema. Pasien bisa mengalami sakit kepala berat, kejang, hingga gejala neurologis fokal seperti kelemahan anggota tubuh.
Dampak Jika Pappiledema Tidak Ditangani
Pappiledema yang tidak segera ditangani dapat berujung pada kerusakan saraf optik permanen, antara lain:
1. Kerusakan Saraf Optik Permanen
Tekanan intrakranial yang terus meningkat akan menekan saraf optik dalam waktu lama. Hal ini menyebabkan kerusakan jaringan saraf yang tidak bisa diperbaiki.
2. Gangguan Penglihatan Bertahap
Awalnya pasien mungkin hanya mengalami penglihatan kabur atau berbayang, namun seiring waktu lapang pandang akan semakin menyempit hingga berisiko hilang total.
3. Kebutaan
Jika pappiledema dibiarkan tanpa terapi, kerusakan saraf optik akan berkembang menjadi kebutaan permanen. Kondisi ini bersifat irreversible dan berdampak serius pada kualitas hidup pasien.
4. Risiko Komplikasi Neurologis
Karena pappiledema biasanya disebabkan oleh penyakit otak serius (seperti tumor, perdarahan, atau infeksi), tidak menanganinya sama dengan membiarkan penyakit utama berkembang, yang bisa menimbulkan komplikasi lebih berat hingga mengancam nyawa.
Diagnosis Pappiledema
1. Pemeriksaan Funduskopi
Dokter mata menggunakan alat khusus untuk melihat bagian belakang mata. Pada pasien dengan pappiledema, papil saraf optik terlihat menonjol, pucat, atau dengan batas yang kabur akibat pembengkakan. Ini adalah pemeriksaan awal yang paling penting.
2. CT-Scan atau MRI Otak
Jika ditemukan tanda-tanda pappiledema, dokter akan meminta pemeriksaan lanjutan berupa CT-scan atau MRI. Tujuannya adalah mencari penyebab peningkatan tekanan intrakranial, seperti tumor otak, perdarahan, atau hidrocephalus.
3. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal (Lumbar Puncture)
Analisis cairan serebrospinal dilakukan dengan prosedur pungsi lumbal. Pemeriksaan ini mengukur tekanan cairan otak secara langsung dan sekaligus bisa mendeteksi adanya infeksi atau kelainan lain yang menyebabkan pappiledema.
Pappiledema adalah pembengkakan saraf optik akibat peningkatan tekanan intrakranial yang bisa disebabkan tumor, perdarahan, hidrocephalus, infeksi, atau IIH. Gejalanya antara lain sakit kepala, mual, muntah, hingga gangguan penglihatan, dan bila dibiarkan dapat berujung pada kebutaan. Segera lakukan pemeriksaan bila muncul tanda mencurigakan.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan terbaik, Anda dapat berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis mata di Primaya Hospital. Kavacare dapat membantu mulai proses pendaftaran, konsultasi, hingga pendampingan kesehatan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan nyaman. Informasi lebih lanjut, hubungi Kavacara Support di nomor WhatsApp 0811 1446 777.
Narasumber:
dr. Eddy Wiria, PhD
Co-Founder & CEO Kavacare
Referensi:
- Papilledemaย – American Academy of Ophthalmology. https://www.aao.org/education/image/papilledema-5. Diakses pada 9 Agustus 2025.
- Papilledema – Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24445-papilledema. Diakses pada 9 Agustus 2025.
- Papilledema – National Library of Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538295/. Diakses pada 9 September 2025.