Tantrum pada anak merupakan kondisi yang paling sering terjadi saat anak meluapkan emosinya dengan menangis, teriak-teriak, dan bahkan berguling-guling di lantai. Kondisi ini membuat orang tua kesulitan dan bingung menghadapinya.
Meskipun kondisi ini cukup normal terjadi pada anak usia 1-4 tahun sebagai bagian dari proses perkembangannya. Oleh karena itu, ketika anak mengalami tantrum tidak perlu panik karena ada beberapa cara mengatasi permasalahan ini.
Lalu, apa yang harus dilakukan saat tantrum? Apa penyebab si kecil mengalami tantrum? Yuk, baca terus artikel ini hingga akhir untuk mengetahui masalah anak-anak dengan kondisi tantrum. Berikut informasi selengkapnya untuk Anda.
Apa itu Tantrum?
Tantrum adalah kondisi di mana terjadi ledakan emosi yang kuat pada anak-anak disertai dengan perilaku agresif seperti berteriak tidak jelas, tidur di atas lantai, perasaan marah, sedih, dan jengkel. Apakah kondisi ini normal bagi anak?
Meskipun tantrumย merupakan kondisi normal yang sifatnya tidak permanen. Namun, perilaku ini kerap membuat orang tua panik dan bingung menghadapinya. Pada dasarnya, tantrum akan hilang saat usia anak 4 tahun ke atas.
Setiap anak memiliki frekuensi tantrum berbeda. Menurut kutipan dari buku Temper Tantrums, sekitar 20 persen anak mengalami tantrum setidaknya sekali dalam sehari dengan durasi sekitar 2-15 menit akan segera normal kembali.
Tantrum juga bisa dialami oleh anak dengan usia di atas 4 tahun, hal ini dapat terjadi karena mereka belum belajar cara mengekspresikan atau mengelola perasaan yang tepat. Oleh karena itu, perlu treatment yang tepat bagi si kecil yang tantrum.
Gejala Tantrum pada Anak
Ada beberapa tanda dan gejala anak mengalami tantrum yang penting diketahui oleh orang tua. Tanda-tanda ini seringkali dilewatkan hingga tidak mengetahui cara menghadapinya dengan tepat. Adapun gejala tantrum pada anak-anak sebagai berikut:
- Anak sering merengek dan menjerit
- Anak sering menangis dan berteriak
- Anak menendang dan memukul
- Anak melempar barang
- Anak marah sampai melukai diri sendiri
- Frekuensi kemarahan anak sering terjadi
Tanda dan gejala di atas merupakan kondisi yang menjadi resiko adanya gangguan emosional pada anak. Oleh karena itu, penting orang tua mengetahui penyebab tantrum agar bisa melakukan penanganan yang tepat pada si kecil yang tantrum.
Penyebab Anak Tantrum
Penyebab anak yang tantrum biasanya karena rasa marah dan kesal. Namun, kondisi tantrum juga bisa muncul karena anak-anak merasa lapar dan tidak nyaman. Tindakan agresif itu terjadi karena mereka sulit mengungkapkan keinginannya.
Selain itu, ketika si kecil mengalami tantrum bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor yang mendorong anak berperilaku agresif dan sulit dikendalikan karena anak belum bisa mengontrol emosinya. Berikut faktor penyebab lainnya:
- Anak mengalami kelelahan atau mengantuk
- Rasa lapar sehingga membuat anak stres
- Situasi tidak nyaman dan meresahkan bagi anak
- Ketakutan seperti contohnya bertemu orang asing
- Keinginannya tidak terpenuhi hingga anak marah
- Pola asuh anak yang terlalu memanjakannya
Meskipun begitu, orang tua tidak perlu khawatir dengan kondisi si kecil yang tantrum. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan bahasa semakin meningkat dan anak-anak juga lebih mampu mengendalikan emosi dan perilakunya.
Cara Mengatasi Tantrum pada Anak
Ada beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk mengatasi atau menghadapi anak-anak dengan tantrum. Cara penanganan yang seharusnya dilakukan tidak membuat anak semakin menjadi meluapkan emosi dan berperilaku agresif.
Adapun cara menghadapi dan mengatasi tantrum pada anak dengan melakukan pendekatan yang membuat si kecil tenang. Selain itu, bisa dengan penanganan berikut ini:
1. Memberi Ruang pada Anak
Memberi ruang pada anak artinya, orang tua bisa memberikan anak kesempatan meluapkan emosinya tetapi tetap dalam pantauan orang tua. Anak bebas mengekspresikan emosinya tanpa mengganggu orang lain yang ada di sekitarnya.
2. Menunjukkan Empati
Cara mengatasi si kecil tantrum dengan menunjukkan rasa empati, bukan malah memukul atau mencubitnya. Orang tua bisa bisikan kata yang menenangkan dan bentuk suasana positif agar anak merasa ada yang memperhatikan.
3. Pastikan Anak Aman
Ketika si kecil mengalami tantrum atau meluapkan emosinya, pastikan di sekeliling anak tidak ada benda yang membahayakan terutama saat anak berguling-guling di lantai. Hal ini sebagai upaya mengatasi si kecil tantrum dengan aman.
4. Pahami Perasaan Anak
Dengan memahami perasaan si kecil, orang tua bisa mengerti apa yang sedang dibutuhkan atau diinginkan oleh anak. Anak mungkin merasa lapar, capek atau ingin istirahat. Orang tua harus mampu memahami perasaan anak tersebut.
5. Sabar dan Tenang
Menghadapi si kecil sedang tantrum harus dengan cara yang tepat, salah satunya adalah sabar dan tenang. Lebih baik orang tua menjauh sebentar, kemudian tarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri sebelum menghadapinya
6. Bersikap Tegas dan Konsisten
Perilaku agresif anak biasanya muncul saat keinginan tidak terpenuhi. Orang tua bisa bersikap tegas dan konsisten sehingga anak paham apa yang dilakukan tidak baik. Sebisa mungkin tidak menuruti semua apa keinginannya.
7. Hindari Membentak Anak
Paling penting, menghadapi si kecil tantrum tidak boleh membentaknya atau menyukainya dengan nada marah. Usahakan jangan terpancing emosi sehingga ikut emosional. Hal ini hanya akan membuat akan semakin agresif.
Cara Pencegahan Tantrum pada Anak
Ada beberapa cara bisa dilakukan mencegah si kecil mengalami tantrum atau berperilaku agresif, salah satunya adalah meluangkan waktu untuk istirahat. Anak-anak yang kelelahan biasanya bisa memicu luapan atau ledakan emosi.
Selain itu, Anda bisa menetapkan rutinitas harian anak sehingga tahu apa yang harus dilakukan seperti bermain, waktu istirahat, makan, dan lain sebagainya. Kemudian, berikan pilihan pada si kecil apa yang paling mereka sukai.
Cara mencegah tantrum pada si kecil selanjutnya adalah memberikan pujian pada anak ketika berperilaku baik. Anda bisa berikan pelukan atau beri tahu anak bahwa betapa bangganya ketika berhasil mengikuti arahan yang diberikan orang tua.
Terpenting, hindari hal yang bisa memicu tantrum. Jika si kecil kerap meminta mainan saat belanja, maka jauhi area yang menjual mainan. Jika anak-anak tantrum di ruang umum, pastikan tidak mengganggu orang lain di sekitarnya.
Kapan harus ke Dokter?
Ketika terdapat tanda-tanda atau gejala anak tantrum, maka jangan ragu untuk konsultasi ke dokter anak atau psikolog. Hal ini sebagai upaya mencegah mengalami tantrum yang berkepanjangan dan berperilaku tidak baik.
Meskipun pada dasarnya, tantrum pada anak-anak merupakan kondisi yang wajar terjadi apalagi anak masih berusia antara 1-3 tahun. Tantrum akan hilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia dan si kecil berkembang baik.
Ketika si kecil tantrum, orang tua harus tetap bersikap tenang dan sabar. Jangan terbawa suasana yang membuat kondisi semakin sulit untuk dikendalikan. Hadapi anak tantrum dengan cara tepat seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Demikian informasi tentang penyebab tantrum pada anak dan gejala yang harus diketahui para orang tua agar bisa menghadapinya dengan tepat. Konsultasikan ke dokter saat kondisi anak-anak tantrum sudah tidak terkendali.
Narasumber
Ade Dian Komala, M.Psi ,ย Psikolog
Primaya Evasari Hospital
Referensi:
- How to Cope With After-School Meltdowns. https://www.pbs.org/parents/thrive/how-to-cope-with-after-school-meltdowns. Diakses pada 17 Juni 2023.
- Temper Tantrums. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/14406-temper-tantrums. Diakses pada 17 Juni 2023.
- Some tantrums should raise a red flag. https://www.futurity.org/tantrums-preschoolers-behavior-840472/. Diakses pada 17 Juni 2023.
- Apa itu Tantrum pada Anak. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1327/apa-itu-tantrum-pada-anak. Diakses pada 17 Juni 2023.
- Tantrums: why they happen and how to respond. https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/crying-tantrums/tantrums. Diakses pada 17 Juni 2023.