• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Sering Menakut-nakuti Anak? Cek Dampak Negatifnya

Setiap anak pasti memiliki pengalaman yang membuat takut di masa kecil, seperti takut gelap, takut monster, atau takut orang asing. Rasa takut ini adalah aspek normal dalam masa perkembangan dan bersifat sementara. Namun, di sisi lain, menciptakan ancaman yang membuat anak takut bisa menimbulkan dampak jangka panjang yang merugikan pada anak. Sejumlah penelitian menunjukkan adanya dampak negatif dari menakut-nakuti anak.

buat jani dokter primaya

Menakut-nakuti anak adalah tindakan yang dilakukan untuk memunculkan rasa takut, khawatir, atau cemas pada anak. Tindakan ini bisa berupa ancaman verbal, cerita menakutkan, atau perbuatan yang membuat anak kaget. Ada yang bertujuan membuat anak mematuhi nasihat atau aturan dalam keluarga, ada juga yang sekadar tindakan iseng.

Menakut-nakuti anak memang bisa jadi terlihat sebagai tindakan yang sepele atau dianggap sebagai lelucon belaka, dampaknya mungkin jauh lebih serius daripada yang dibayangkan. Dampak negatif menakut-nakuti anak pun bisa mempengaruhi perkembangan anak dalam jangka panjang hingga menginjak usia dewasa secara psikologis, fisiologis, ataupun sosial.

Dampak Psikologis

  • Ketakutan dan kecemasan berlebihan

Salah satu dampak negatif menakut-nakuti anak yang paling umum adalah anak rentan mengalami ketakutan dan kecemasan yang berlebihan. Ketika anak kerap ditakut-takuti, akan berkembang rasa takut terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak menakutkan atau membahayakan. Misalnya takut gelap, pada suara tertentu, atau ketika harus berhadapan dengan situasi sosial. Rasa takut dan cemas yang berlebihan ini bisa menyebabkan gangguan pada kegiatan sehari-hari dan mengganggu perkembangan sosial.

  • Gangguan tidur

Anak yang sering ditakut-takuti bisa mengalami gangguan tidur, misalnya mimpi buruk atau insomnia. Insomnia adalah kondisi ketika seseorang sulit untuk tidur nyenyak. Jika anak mengalami kondisi ini, kesehatan fisik dan mental mereka bisa menurun. Kurang tidur juga bisa mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar dan berkonsentrasi di sekolah.

  • Penurunan kepercayaan diri

Rasa takut yang berlebihan bisa membuat anak kehilangan kepercayaan diri. Akibatnya, mereka merasa tak dapat menghadapi situasi yang menimbulkan rasa takut itu. Kondisi ini bisa membuat anak-anak itu kesulitan untuk hidup mandiri dan justru terus menggantungkan diri pada orang lain demi memperoleh rasa aman.

  • Hambatan perkembangan emosional

Dampak negatif menakut-nakuti anak juga mempengaruhi perkembangan emosional. Anak-anak jadi sulit mengekspresikan emosi secara sehat. Mereka juga tak mampu mengelola emosi sehingga lebih mudah marah dan cemas, bahkan bertindak agresif sebagai respons atas rasa takut yang dialami.

Dampak Fisiologis

  • Stres fisik

Tubuh lazimnya merespons rasa takut dengan meningkatkan produksi hormon stres, seperti adrenalin dan kortisol. Bila ketakutan terus-menerus dialami, dapat terjadi risiko gangguan kesehatan fisik, antara lain mudah terkena infeksi karena melemahnya sistem imun tubuh, masalah pencernaan, serta penyakit kardiovaskular kelak.

  • Masalah tidur yang berkepanjangan

Selain insomnia, dampak negatif menakut-nakuti anak bisa berupa masalah tidur yang berkepanjangan, fobia tidur, ketakutan terhadap mimpi buruk, dan merasa cemas ketika tiba waktunya tidur. Masalah tidur yang berlarut-larut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak karena tidur yang cukup merupakan salah satu kebutuhan dasar yang penting bagi anak.

Dampak Sosial

  • Isolasi sosial

Tindakan orang tua yang dengan sengaja kerap membuat anak takut bisa membuat anak cenderung menghindari situasi sosial atau kegiatan yang mereka anggap menakutkan. Anak pun bisa mengalami isolasi sosial atau terputus dari relasi sosialnya karena tak mau bermain dengan teman-temannya atau mengikuti kegiatan kelompok yang dianggap menakutkan.

  • Perilaku menghindar

Dampak negatif menakut-nakuti anak bisa berupa perilaku menghindari situasi atau tempat tertentu. Sebagai contoh, anak enggan pergi ke dapur sendirian karena merasa takut lantaran dulu pernah ditakut-takuti ada sesuatu yang menakutkan di sana. Perilaku menghindar ini dapat memicu gangguan pada rutinitas sehari-hari hingga menghambat perkembangan sosial dan akademis.

Baca Juga:  Tanda Bayi Tumbuh Gigi (Teething)

Dampak Jangka Panjang

  • Masalah mental

Masalah mental merupakan satu satu dampak negatif menakut-nakuti anak yang paling mengkhawatirkan. Seorang anak bisa mengalami masalah mental ketika remaja hingga dewasa karena kerap ditakut-takuti di masa lampau. Anak yang kerap merasa takut lebih berisiko mengalami masalah mental seperti gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan stres pasca-trauma atau PTSD saat menginjak usia dewasa.

  • Pengaruh pada perkembangan kepribadian

Ketakutan yang melingkupi pengalaman masa kecil dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Anak bisa menjadi lebih tertutup, bersikap defensif, bahkan agresif sebagai dampak negatif menakut-nakuti anak dalam jangka panjang. Anak juga mungkin menciptakan strategi perlindungan diri yang tidak sehat sebagai respons atas rasa takut yang dialami.

  • Hubungan tidak sehat dengan orang tua

Orang tua yang kerap menakut-nakuti anak berpotensi merusak hubungan dengan sang buah hati. Anak bisa jadi menganggap orang tua mereka tak bisa memberikan rasa aman dan nyaman yang menjadi dasar hubungan yang sehat. Anggapan ini bisa terus bertahan hingga dewasa dan mempengaruhi hubungan orang tua-anak dalam jangka panjang.

Alternatif Positif untuk Menghindari Dampak Negatif Menakut-nakuti Anak

  • Membangun rasa aman

Ketimbang menakut-nakuti, orang tua lebih baik berfokus mengupayakan lingkungan yang aman dan penuh kasih. Misalnya dengan menjelaskan efek positif dan negatif suatu tindakan dengan lembut dan transparan daripada menciptakan ketakutan-ketakutan dengan tujuan membuat anak mematuhi aturan.

  • Membuka komunikasi

Kunci untuk menciptakan hubungan yang sehat antara orang tua dan anak adalah komunikasi dua arah yang santai dan jauh dari ancaman serta amarah. Orang tua sebaiknya lebih berperan aktif dalam membuka komunikasi dengan anak untuk mendengarkan apa pun yang hendak dikatakan anak tanpa menghakimi, termasuk kekhawatiran dan keluhan yang dialami sehari-hari. Dengan begitu, mereka akan merasa didengarkan dan dihargai serta bisa belajar memahami pentingnya menjadi pendengar yang baik bagi orang lain.

  • Mengajarkan keterampilan mengatasi

Jika anak memiliki ketakutan secara spesifik terhadap sesuatu, jangan justru menambah-nambahi rasa takut itu. Sebaliknya, ajari anak keterampilan untuk mengatasi ketakutan itu dengan cara yang sehat. Misalnya anak takut gelap, jelaskan bahwa gelap itu hal yang alami sebagai kebalikan dari terang layaknya siang dan alam. Sampaikan pula bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari gelap, termasuk soal kemunculan hantu yang kerap disebut-sebut untuk menakut-nakuti anak di tengah kegelapan. Beri tahu juga bahwa anak bisa selalu meminta bantuan orang tua ketika merasa takut untuk mengatasi ketakutannya.

Baca Juga:  Pilek pada Anak, Kapan Harus ke Dokter Anak

Menakut-nakuti anak bukanlah tindakan yang tanpa konsekuensi. Dampak negatif menakut-nakuti anak bisa sangat luas dan mendalam bagi anak. Untuk membesarkan anak-anak yang sehat dan bahagia, penting bagi orang tua untuk memahami dampak tindakan mereka dan mencari pendekatan yang lebih positif dalam pola pengasuhan dan pendidikan anak.

Narasumber:

dr. Eka Sulastri, Sp. A

Spesialis Anak

Primaya Hospital Bhakti Wara

 

Referensi:

Share to :

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.