ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan salah satu gangguan mental dan perilaku yang kerap menyerang anak-anak. Penyebab ADHD pada anak disebabkan oleh adanya gangguan pada perkembangan syaraf.
Kondisi akan akan memengaruhi perilaku penderita yang bersangkutan. Di antaranya yaitu terlalu aktif (hiperaktif), impulsif, sulit fokus, dan kurang dalam perhatian. Bila tidak segera dilakukan perawatan, maka penyakit ini dapat bertahan hingga usia dewasa.
Pengertian ADHD dan Karakteristiknya
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah kondisi gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh terhambatnya perkembangan saraf. Akibatnya, penderita akan mengalami masalah gangguan psikiatrik yang ditandai dengan sulit fokus, hiperaktif, minim perhatian, dan impulsif.
Menurut American Psychiatric Association, sebanyak 8,4% anak dan 2,5% dewasa di seluruh dunia merupakan penderita ADHD. The National Institute of Mental Health sendiri mengklaim bahwa angka tersebut bisa saja lebih tinggi karena banyak kasus yang tidak dilaporkan.
Umumnya, kondisi ini mulai terlihat awal gejalanya saat anak-anak mulai memasuki usia sekolah. Namun, dalam beberapa kasus gejalanya baru terdiagnosis saat menginjal remaja atau bahkan saat dewasa.
Anak penderita ADHD akan sulit konsentrasi saat di kelas, terlalu aktif, dan sulit untuk diam atau tenang walau sebentar saja. Terdapat 3 karakteristik utama yang diidap oleh anak-anak ADHD (Stahl, 2009), yaitu:
A. Hiperaktif
- Jalan dan lari tanpa kendali
- Banyak bicara
- Tidak mau diatur
- Selalu merasa gelisah
- Tidak mau diam atau duduk
- Tidak mau antre
B. Inatensi
- Sulit konsentrasi atau fokus
- Sering kehilangan barang
- Tidak mendengarkan pelajaran
- Tidak mau mengikuti instruksi
- Sulit rukun saat berorganisasi
C. Impulsif
- Suka memotong pembicaraan
- Menjawab tanpa pikir dahulu
- Tidak mau menunggu giliran
Nama Penyakit | ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) |
Gejala Utama | Hiperaktif, pelupa, sulit fokus, suka mengganggu orang lain |
Dokter Spesialis | Spesialis anak, spesialis kedokteran jiwa (psikiater), dan spesialis saraf |
Diagnosis | Cek kesehatan fisik, wawancara medis |
Faktor Risiko | Riwayat genetik dari orang tua, cedera otak, berat badan rendah saat lahir |
Pencegahan | Memenuhi nutrisi pada saat ibu hamil, menjaga pola hidup sehat pada ibu hamil |
Pengobatan | Terapi obat dan terapi lingkungan |
Komplikasi | Gangguan kurang tidur (insomnia), risiko bunuh diri |
Penyebab ADHD pada Anak
Dilansir dari Centers of Disease Control and Prevention, bahwa penyebab utama ADHD berasal dari genetik. Namun, dalam penelitian dan studi terbaru mengungkapkan bahwa terdapat beberapa penyebab lain penyakit ini. Di antaranya yaitu:
- Kelahiran prematur
- Paparan kimia saat masa kehamilan
- Cedera atau kerusakan otak
- Lahir dengan berat terlalu rendah
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan antara ADHD dengan anak sering main HP, sering menonton TV, kelebihan makanan manis, faktor pola asuh dari orang tua, ataupun faktor sosial, keluarga dan lingkungan.
Gejala yang Tampak
Memang, mengetahui gejala ADHD pada anak cukup sulit. Sekedar hiperaktif dan sulit fokus memang jadi kewajaran sekaligus ciri khas tersendiri pada anak. Walaupun demikian, penderita gangguan psikiatrik satu ini mengalaminya dengan melebihi batas kewajaran.
Gejalanya sendiri umumnya tampak sebelum anak berusia 12 tahun. Namun dalam beberapa kasus, anak sudah memperlihatkan tanda-tanda awal ADHD mulai dari usia 3 tahun.
Hal ini tentu akan berakibat pada gangguan belajar di sekolah, gangguan pertemanan dan sosialisasi, serta masalah tumbuh kembang bila tidak ditangani dengan baik. Sebagai orang tua, Anda perlu memperhatikan gejala yang tampak pada anak Anda seperti berikut:
- Anak tidak mau diam
- Banyak melamun
- Selalu merasa gelisah
- Tidak mau fokus pada satu hal
- Anak sering lupa
- Kurang dalam perhatian
- Tidak mau mengalah
- Sering membuat kecerobohan
- Tidak suka antre atau bergiliran
- Sulit bergaul atau berteman
- Sulit menahan godaan
Cara Dokter Mendiagnosa
Dokter akan mendiagnosa gejala dan penyebab ADHD pada anak dengan pedoman American Psychiatric Association dan kriteria berdasarkan standar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Hal ini karena proses diagnosa penyakit ini tidak mudah dan butuh pengamatan yang tidak sebentar.
Beragam diskusi dengan penderita, orang tua, guru, bahkan teman pun kerap dilakukan. Selain itu, dokter akan melakukan beberapa tahap diagnosis lainnya seperti:
- Cek medis lengkap (tes lab maupun pencitraan otak)
- Wawancara terhadap anak maupun orang yang biasa di sekitarnya
- Mengecek kriteria sesuai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
- Pengecekan sejarah medis, keturunan keluarga, ataupun riwayat kecelakaan
- Mengevaluasi skala penilaian penyakit ADHD pada anak
Komplikasi
ADHD akan memberikan beberapa komplikasi terhadap gangguan kesehatan lainnya seperti halnya berikut:
- Cedera fisik (akibat hiperaktif)
- Gangguan tidur (insomnia)
- Risiko bunuh diri
- Penyalahgunaan zat terlarang
- Risiko aktivitas seksual
Pencegahan & Pengobatan
Hingga saat ini, belum ada pencegahan yang bisa dilakukan agar anak terhindar dari penyakit ini. Namun, kondisi ini bisa diminimalisir dengan pola hidup sehat ibu selama masa kehamilan. Misalnya dengan:
- Menghadiri antenatal care secara rutin
- Diet dengan nutrisi yang seimbang
- Tidak merokok
- Hindari mengonsumsi alkohol
- Olahraga ringan secara teratur
- Kelola stres dan depresi
Untuk pengobatannya sendiri, dokter akan merawatnya sesuai dengan gejala dan sebab yang tampak. Di antaranya yaitu:
- Terapi: terapi perilaku, psikoterapi, konseling rutin, dan jalur pendidikan khusus
- Obat: untuk mengurangi efek dari gejala seperti obat kecemasan, stimulan, antidepresan
Kapan Harus ke Dokter?
Sebagai orang tua, Anda harus segera mungkin memeriksakan anak ke dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) atau spesialis anak apabila gangguan penyakit satu ini terbukti mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Misalnya mengurangi kualitas hidup, menyebabkan masalah pada fungsi sosial dan pertemanan, menyebabkan kendala pada pembelajaran (sekolah), hingga mengakibatkan gangguan pada pertumbuhkembangan sang anak.
Narasumber:
dr. Citra Amelinda, Sp. A, IBCLC, Mkes
Spesialis Anak
Orimaya Hospital Bekasi Timur
Referensi:
- What is ADHD. https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html. Diakses pada 23 September 2023.
- Symptoms and diagnosis of ADHD.
- https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html. Diakses pada 23 September 2023.
- Attention Deficit Hyperactivity Disorder https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441838/. Diakses pada 23 September 2023.
- Hyperfocus: The forgotten frontier of attention.
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7851038. Diakses pada 23 September 2023.
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
- https://www.nhs.uk/conditions/attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd
- Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Adults: What You Need to Know. https://www.nimh.nih.gov/health/publications/adhd-what-you-need-to-know. Diakses pada 23 September 2023.
- Adult attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD).
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/adult-adhd/symptoms-causes/syc-20350878. Diakses pada 23 September 2023.
- American Psychological Association – ADHD. https://www.apa.org/topics/adhd. Diakses pada 23 September 2023.
- https://www.psychiatry.org/patients-families/adhd/what-is-adhd. Diakses pada 23 September 2023.
- The World Federation of ADHD international consensus statement: 208 evidence-based conclusions about the disorder.
- https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S014976342100049X. Diakses pada 23 September 2023.