Jakarta, 24 September 2021 โ Pendarahan pada otak seringkali terjadi tanpa disadari. Padahal, banyak hal-hal yang mungkin sering diabaikan namun berpotensi terjadinya pendarahan pada otak.
Pendarahan pada otak pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, kecuali pada seseorang yang mengalami kecelakaan. โSakit kepala atau kebas di beberapa bagian tubuh seperti kebas pada kaki, tangan, atau wajah merupakan gejala dasar yang bisa terjadi dan sering diabaikan oleh banyak orang. Sakit kepala berulang menjadi salah satu indikasi terjadinya penyumbatan pembuluh darah sekitar 80% atau ada kemungkinan sebagian pembuluh darah pecah sekitar 20%. Baik penyumbatan pembuluh darah maupun pecahnya pembuluh darah dapat berakibat pada pendarahan pada otak,โ ujar dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang.
Seseorang yang berpotensi mengalami penyumbatan atau pecah pembuluh darah dapat mengamati fungsi bagian muka, bicara, gerak, dan menelan yang sudah tidak normal sebagai gejala yang paling mudah untuk dideteksi. ย Hal-hal lain yang patut diwaspadai adalah ketika seseorang sering merasa pusing serta membutuhkan waktu atau tidak bisa langsung bangun dari posisi berbaring. โHal tersebut terjadi karena adanya perubahan tekanan dari posisi datar, duduk, atau tegak,โ ujar dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang.
Menurut dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang, mengedan ketika buang air besar, batuk berulang, atau batuk dengan menahan napas dapat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri secaraย tiba-tiba. โValsava manuver atau mengedan dapat menjadi pencetus peningkatan tekanan intra kranial. Peningkatan tekanan intrakranial ini dapat menyebabkan pecah pembuluh darah pada penderita darah tinggi yang menyebabkan perdarahan otak. Valsava manuver atau mengedan juga biasa dilakukan saat batuk, buang air besar, atau menahan nafas,โ ujarnya.
Proses seseorang mengalami pendarahan pada otak dapat bervariasi. โAda yang hitungannya hari, bulan, atau tahun. Tergantung dari orangnya sendiri apakah gejala-gejala yang dirasakan dianggap keluhan atau tidak. Semakin cepat seseorang mengenali gejala, maka semakin mudah diminimalisir pendarahan pada otak,โ ujar dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang. Jika seseorang sudah mengalami pendarahan pada otak, maka seseorang dapat mengalami hilang kesadaran, terjatuh tiba-tiba, atau tidak terbangun dari tidur.
Penyebab pecah pembuluh darah antara lain ada kelainan di pembuluh darah seperti pembuluh darah keras atau aterosklerotik, pembuluh darah melebar atau aneurima, pembuluh darah yang bocor atau fistula. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor risiko penyakit seperti darah tinggi, obesitas, kolesterol, diabetes melitus, asam urat, dan stroke. Penyakit-penyakit tersebut jika tidak dikontrol secara rutin akan berakibat fatal yang berujung pada pendarahan pada otak.
Seseorang yang mengonsumsi obat-obatan psikotropika atau obat-obatan pengencer darah juga dapat memicu peningkatan tekanan darah dan berujung pada pendarahan pada otak. ย Selain itu, faktor risiko umur juga menjadi salah satu pemicu. โKondisi tubuh seseorang yang lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh dibandingkan pada usia muda,โ ujar dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang.
Pada dasarnya, setiap orang dapat melakukan screening awal potensi penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah yang paling mudah yaitu mengecek tekanan darah melalui alat pengukur tekanan darah sesaat setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas. โBangun tidur sebelum beraktivitas adalah waktu yang paling tepat untuk menunjukkan tekanan darah dibandingkan setelah beraktivitas,โ ujar dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang.
Walaupun pendarahan terjadi di otak, namun masyarakat perlu memahami bahwa pemicu pendarahan di otak bisa berasal dari penyempitan atau pecahnya pembuluh darah di bagian tubuh lainnya seperti jantung, lengan, kaki, atau bagian tubuh lain. Untuk memastikan terjadinya gangguan otak akibat pecah pembuluh darah, dibutuhkan pemeriksaan imaging standar emas untuk perdarahan otak adalah CT Scan Otak, DSA, dan MRA
Untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami pendarahan pada otak, seorang dokter harus mengontrol kembali tekanan darah dan menyelamatkan organ yang ada di dalam tubuh seseorang. โKami memastikan agar pendarahan yang terjadi pada pasien dapat berhenti atau membeku agar tidak terjadi pendarahan besar,โ ujar dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang.
Waktu atau durasi kesembuhan seseorang pasca pendarahan otak bervariasi, bergantung dari jumlah jaringan otak dapat diselamatkan. Pasien yang telah selesai dirawat di rumah sakit harus tetap melakukan rehabilitasi. Proses penyembuhan bersifat bertahap dan tahapan penyembuhan antar pasien pun berbeda-beda bergantung dari organ tubuh yang mengalami gagal fungsi dan kondisi orang tersebut.
โRehabilitasi bisa dilakukan mulai dari pemulihan kemampuan orang mengunyah, menelan, berjalan, berbicara, dan berbagai tahapan rehabilitasi lainnya. Bahkan, agar seseorang dapat kembali bekerja, pasien sebaiknya dapat berkonsultasi dengan dokter okupasi untuk mengetahui tahapan pemulihan yang tepat agar dapat kembali bekerja,โ ujar dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp.BS, Dokter Spesialis Bedah Saraf Primaya Hospital Tangerang.
Pada dasarnya, pendarahan pada otak dapat dicegah dengan cara mencegah faktor risiko dan memeriksakan diri ke rumah sakit.
Narasumber:
dr. Subrady Leo Soetjipto Soepodo, Sp. BS
Spesialis Bedah Saraf
Primaya Hospital Tangerang.