• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Diagnosis dan Tatalaksana Batu Kandung Kemih dengan Sistoskopi

Diagnosis dan Tatalaksana Batu Kandung Kemih dengan Sistoskopi

Bagi beberapa orang, proses berkemih atau buang air kecil (BAK) dapat menjadi pengalaman paling tak menyenangkan. Sebab, prosesnya dapat terganggu karena BAK tidak lancar atau disertai rasa nyeri maupun gejala iritatif. Gejala-gejala tersebut, salah satunya bisa disebabkan oleh adanya batu di kandung kemih. Untuk diagnosis sekaligus tatalaksananya, ada sejumlah pilihan tindakan medis. Salah satunya dengan sistokopi.

 

buat jani dokter primaya

Mengenal Sistoskopi

Sistoskopi adalah prosedur teropong untuk melihat isi kandung kemih dan saluran uretra (saluran yang menghubungkan kandung kemih menuju luar tubuh). Dalam prosedur ini, dokter perlu mengamati kondisi uretra dan kandung kemih dengan teropong menggunakan alat sistoskopi yaitu alat seukuran pulpen yang dilengkapi kamera kecil beresolusi tinggi (HD) dan sumber cahaya (light source.  Dengan begitu, dokter dapat mengetahui apabila ada kelainan seperti adanya tumor, penyempitan saluran, pembesaran prostat, termasuk batu di kandung kemih maupun urethra yang dapat menimbulkan gangguan saat berkemih. Selain diagnostik, dokter juga dapat sekaligus melakukan tatalaksana berupa intervensi atau tindakan lewat prosedur ini, misalnya untuk menghancurkan batu (litotripsi) atau memasukkan obat-obatan (instilasi).

Proses sistoskopi umumnya dapat dilakukan dengan anestesj lokal maupun regional (spinal/epidural).Prosedur ini umumnya aman dan tidak menyakitkan, namun jika dilakukan secara lokal mungkin pasien masih akan merasa sedikit tidak nyaman karena pada anestesi lokal, gel anestesi digunakan untuk membuat uretra mati rasa guna meminimalkan ketidaknyamanan saat alat sistokop dimasukkan, sehingga umumnya sistoskopi dilakukan dengan anestesi regional. Namun begitu metode anestesi lokal pada sistoskopi memiliki kelebihan lain, yaitu pasien dapat langsung pulang setelah dilakukan tindakan.

 

Siapa yang Memerlukan Sistoskopi?

Sistokopi adalah salah satu tindakan medis di bidang urologi, yakni cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai kesehatan organ saluran kemih dan reproduksi. Oleh karena itu beberapa kasus urologi khususnya batu pada saluran kemih bawah mungkin memerlukan prosedur ini, dan beberapa gejala yang bisa pasien rasakan diantaranya:

  • Merasakan nyeri saat berkemih
  • Tidak lancar, atau buang air kecil tiba-tiba berhenti dan lancar kembali pada perubahan posisi
  • Sering ingin buang air kecil, namun kadang sedikit-sedikit
  • Mengeluarkan urine bercampur darah
  • Mengeluhkan nyeri perut bawah dan sekitar selangkangan
  • Berulang kali mengalami infeksi saluran kemih maupun bak keruh
Baca Juga:  Hematuria - Gejala, Pengobatan dan Pencegahan

Dokter perlu melakukan beberapa pemeriksaan dulu untuk menegakkan diagnosis sebelum menyarankan sistokopi kepada pasien.

 

Tujuan Tindakan Sistoskopi

Selain kasus batu saluran kemih, sistokopi juga dapat digunakan untuk diagnostik sekaligus menangani masalah lain di dalam kandung kemih atau uretra. Misalnya:

  • Memeriksa penyebab masalah seperti adanya darah dalam urine, infeksi saluran kemih berulang, gangguan berkemih yang dapat disebabkan karena tumor kandung kemih maupun urethra.
  • Mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk dites di laboratorium guna mengecek kemungkinan penyakit lain misalnya peradangan kronis kandung kemih (sistitis interstitialis).
  • Dalam rangka penanganan medis lain, seperti mengambil batu di kandung kemih, memasukkan atau mengambil dj stent, dan instilasi obat ke kandung kemih.

 

Persiapan Sebelum Sistokopi

Sistokopi bisa dilakukan sebagai bagian dari prosedur rawat inap ataupun rawat jalan. Pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur ini oleh dokter dan perawat, termasuk soal persiapannya. Bila sedang hamil atau menduga hamil, beri tahu dokter. Informasikan pula jika ada alergi.

Bila menggunakan anestesi regional (atau general pada beberapa kasus), pasien akan diminta berpuasa beberapa jam sebelumnya. Lama puasa tergantung apa jenis anestesi yang digunakan.

 

Proses/Prosedur Sistokopi

Proses sistokopi umumnya berlangsung sekitar 15-30 menit bila memakai anestesi regional maupun bius total. Namun jika memakai anestesi lokal, maka sistokopi umumnya dilakukan sekitar 15 menit. Pada anestesi lokal dokter akan memasukan gel bius ke uretra untuk mengurangi rasa sakit saat sistokopi dimasukkan. Pasien pertama-tama akan diminta berbaring dengan posisi lutut menekuk (lithotomy). Setelah beberapa menit, dokter pelan-pelan memasukan alat sistokop ke dalam uretra.

Baca Juga:  Efek Samping dan Tips Sebelum Menjalani Terapi ESWL  

Begitu posisi sistokop sudah pas, dokter akan mengamati kondisi kandung kemih dan uretra berurutan dari luar ke dalam. Kamera video (endocam) umumnya dipasang di lensa sistokop untuk menampilkan gambar kandung kemih di layar monitor. Proses selanjutnya tergantung apa tujuan sistokopi, apakah untuk mengangkat batu di kandung kemih, mengambil sampel jaringan, atau tindakan lain.

 

Perawatan Pasien Pasca Sistokopi

Pasien umumnya tak perlu menjalani rawat inap seusai sistokopi. Begitu prosedur sudah rampung, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan sembari menunggu efek anestesi pudar. Kadang pasien perlu dipasangi kateter ke saluran kemih untuk membantu buang air kecil. Kateter ini akan diambil sebelum pasien pulang.

Dokter dapat langsung memberitahukan hasil sistokopi kepada pasien saat tindakan. Namun jika tujuan sistokopi adalah pengambilan sampel jaringan atau biopsi, hasilnya baru bisa diketahui dalam 1-2 pekan.

Pasien dapat langsung pulang dari rumah sakit jika efek anestesi sudah habis dan tidak ada penyulit lain. Pasien pada umumnya bisa langsung beraktivitas normal setelah prosedur ini, namun sebaiknya ada orang yang mendampingi atau mengantar pasien pulang karena mungkin masih memerlukan bantuan dan pemantauan.

Setelah prosedur mungkin masih ada sedikit rasa tidak nyaman saat berkemih misalnya bak semu merah, rasa seperti digigit semut atau panas. Efek samping ini biasanya hilang sendiri dalam satu atau dua hari. Banyak-banyaklah minum air putih untuk membantu pemulihan. Bila perlu, konsumsi obat pereda nyeri sesuai dengan resep dokter.

 

Ditinjau oleh:

dr. Regi Septian, Sp. U

Dokter Spesialis Urologi

Primaya Hospital Bekasi Utara

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below