Mungkin ada yang bertanya-tanya, bagaimana seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19, sembuh, lalu selang beberapa bulan kemudian positif lagi? Dalam virologi alias ilmu tentang virus, fenomena itu disebut reinfeksi Covid-19. Reinfeksi virus bukanlah hal yang mustahil meski dalam tubuh sudah terbentuk antibodi terhadap virus tersebut. Terlebih ada beberapa varian baru hasil mutasi virus corona yang dalam beberapa penelitian diduga lebih mudah menimbulkan reinfeksi.
Mengenal Varian Covid-19
Virus corona secara konstan berubah lewat mekanisme yang disebut mutasi. Perubahan ini menghasilkan varian virus yang memiliki karakteristik berbeda dengan virus awal. Kadang-kadang varian baru ini muncul dan kemudian menghilang. Tapi varian baru bisa juga bertahan lama dan mendominasi penularan. Hingga saat ini, sudah terjadi lebih dari 6.600 mutasi virus corona dan ada puluhan varian yang telah teridentifikasi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan varian-varian baru virus corona itu ke dalam dua kategori, yaitu Variant of Interest dan Variant of Concern. Suatu varian disebut Variant of Interest jika:
- Ada perubahan genetik yang diperkirakan atau diketahui bisa mempengaruhi karakteristik virus, seperti penyebaran, keparahan penyakit, kemampuan lolos dari sistem imun, kemampuan lolos dari diagnostik dan terapi pengobatan, serta
- Teridentifikasi bisa menyebabkan penularan dalam komunitas atau sejumlah kluster yang signifikan, di beberapa negara dengan peningkatan jumlah kasus serta prevalensi, atau dampak epidemiologi lain yang memungkinkan munculnya risiko kesehatan publik global.
Variant of Interest:
Nama varian | Tempat teridentifikasi pertama kali | Kapan teridentifikasi |
Eta (B.1.525) | Beberapa negara | Desember 2020 |
Iota (B.1.526) | Amerika Serikat | November 2020 |
Kappa (B.1.617,1) | India | Oktober 2020 |
Lambda (C.37) | Peru | Desember 2020 |
Sedangkan kriteria Variant of Concern adalah varian yang memenuhi definisi Variant of Interest dan, lewat penilaian komparatif, telah menunjukkan keterkaitan dengan satu atau lebih perubahan di tingkat kesehatan publik global di bawah ini:
- Peningkatan dalam penularan atau perubahan yang merugikan dalam epidemiologi Covid-19, atau
- Peningkatan dalam keganasan atau perubahan dalam presentasi klinis penyakit, atau
- Penurunan dalam efektivitas tindakan sosial dan kesehatan publik atau diagnostik, vaksin, serta terapi yang tersedia.
Variant of Concern:
Nama varian | Tempat teridentifikasi pertama kali | Kapan teridentifikasi |
Alpha (B.1.1.7 ) | Inggris | September 2020 |
Beta (B.1.351) | Afrika Selatan | Mei 2020 |
Gamma (P.1) | Brasil | November 2020 |
Delta (B.1.617.2) | India | Oktober 2020 |
Setiap varian itu memiliki karakteristik genetik yang membedakannya dari varian lain. Varian yang masuk kategori Variant of Concern lebih mengkhawatirkan. Varian yang ada di kedua daftar itu bisa berubah tergantung penilaian WHO.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Terinfeksi Covid-19 Kembali
Sederet penelitian menemukan kemungkinan seseorang lebih mudah mengalami reinfeksi Covid-19, antara lain:
Masalah imun
Sejumlah penelitian menemukan orang yang memiliki gangguan sistem imun punya peluang lebih besar terkena infeksi Covid-19 kembali. Jika orang memiliki daya tahan kurang baik, virus lebih mudah masuk ke tubuh.
Kurangnya kadar limfosit
Limfosit ibarat pasukan militer dalam tubuh manusia. Limfosit B bertugas membentuk pertahanan, sementara limfosit T menyerang virus yang berusaha menginfeksi. Dari beberapa penelitian, risiko terjangkit Covid-19 lagi lebih besar pada orang yang kadar limfositnya rendah.
Tidak taat protokol kesehatan
Protokol kesehatan berupa mencuci tangan sesering mungkin, mengenakan masker, dan menjaga jarak wajib diterapkan meski sudah pernah positif Covid-19. Pengabaian protokol akan meningkatkan risiko reinfeksi Covid-19.
Berusia lanjut
Beberapa penelitian mendapati orang yang masuk kategori lanjut usia (55 tahun ke atas) lebih banyak mengalami reinfeksi Covid-19 ketimbang yang berusia lebih muda.
Benarkah Mutasi Virus Corona Menyebabkan Reinfeksi Covid-19?
Mutasi virus corona tidak bertujuan meningkatkan kemampuan infeksi varian baru yang tercipta. Beberapa mutasi justru membuat virus lebih lemah. Namun sejumlah varian baru virus corona diduga lebih mudah menginfeksi dan mereinfeksi pasien yang telah sembuh atau sudah mendapat vaksin.
Varian baru tersebut terutama yang memiliki mutasi E484K, seperti alpha, beta, dan gamma. Mutasi ini disebut-sebut membuat virus mampu menghindari dan melawan antibodi sehingga virus tetap mampu berkembang dalam tubuh orang yang terinfeksi.
Benarkah Mutasi Virus Corona Dapat Terjadi di Dalam Tubuh Pasien?
Virus corona adalah mikroorganisme yang tak dapat hidup mandiri. Ia membutuhkan inang untuk bisa bertahan hidup, dalam hal ini manusia. Maka, selagi ada dalam tubuh manusia, virus ini juga bisa melakukan mutasi. Seorang perempuan di Afrika Selatan bahkan diketahui membawa virus corona dengan 32 mutasi di tubuhnya. Mutasi berlebih itu terjadi karena si perempuan juga mengidap HIV.
Untuk mencegah virus bermutasi, pasien harus mengonsumsi makanan dan minuman bergizi serta tetap berolahraga atau bergerak aktif bila memungkinkan. Virus tak akan punya kesempatan banyak bermutasi bila antibodi kita kuat.
Jika Sudah Divaksin Covid-19, Apakah Bisa Terinfeksi Kembali?
Orang yang mendapat vaksin otomatis memiliki antibodi terhadap Covid-19. Kondisi ini serupa dengan pasien positif yang telah sembuh. Artinya, reinfeksi Covid-19 pun masih bisa terjadi pada orang yang telah divaksin.
Terlebih beberapa varian diketahui mempengaruhi tingkat kemanjuran vaksin tertentu. Karena itu, protokol kesehatan yang ketat amatlah penting baik bagi orang yang sudah divaksin maupun pasien yang sudah sembuh demi terhindari dari reinfeksi Covid-19.
Ditinjau oleh:
dr. Revana Pramudita Khairunisa
Dokter Umum
Referensi:
https://www.bmj.com/content/373/bmj.n1353
https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/