Pada Maret 2020, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan infeksi virus SARS CoV-2 atau dikenal dengan Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) telah menyebar secara global. Wabah virus corona menjadi pandemi di dunia. Lantaran virus penyebab Covid-19 adalah virus baru, belum ada terapi atau obat yang telah terbukti ampuh mengatasinya. Saat itu belum ada pula vaksin guna melawan infeksi virus tersebut. Maka para pakar kesehatan berlomba mencari cara untuk menanggulangi penyebaran wabah, salah satunya dengan terapi donor plasma konvalesen.
Mengenal Terapi Plasma Konvalesen
Plasma konvalesen adalah plasma darah dari pasien yang telah sembuh/penyintas Covid-19. Plasma darah pasien penyintas ini mengandung antibodi atau kekebalan tubuh terhadap Covid-19. Antibodi adalah protein yang muncul sebagai respons tubuh ketika terkena infeksi virus/bakteri. Maka para penyintas Covid-19 yang sudah pulih memiliki antibodi terhadap virus corona yang berkembang secara alami dalam darah mereka.
Terapi plasma konvalesen diberikan kepada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan demikian, ada antibodi yang masuk ke tubuh pasien dan diharapkan dapat menetralisir serta mengalahkan infeksi virus yang sedang terjadi.
Penggunaan plasma konvalesen untuk terapi terhadap suatu penyakit bukan baru kali ini dilakukan. Terapi yang juga disebut imunisasi pasif ini telah banyak dipakai pada masa lampau, baik untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. Bermula tahun 1890, metode ini terkenal dengan sebutan terapi serum. Salah satu penemunya sampai mendapat Hadiah Nobel berkat temuannya itu.
Terapi serum untuk penyakit akibat bakteri berhenti setelah ada temuan antibiotik. Sedangkan penggunaannya dalam melawan virus masih berlanjut, termasuk saat terjadi wabah penyakit gondok, campak, flu Spanyol, ebola, dan SARS. Hingga kini, terapi ini digunakan di berbagai negara, termasuk di Indonesia, dengan beragam laporan hasil mengenai efektivitasnya.
Siapa yang Memerlukan Terapi Plasma Konvalesen
Sasaran terapi plasma konvalesen adalah pasien Covid-19. Tapi tidak semuanya bisa menerima terapi plasma. Ada beberapa syarat pasien boleh mendapat donor plasma berisi antibodi ini:
- Berumur 18 tahun ke atas
- Tes usap dari nasofaring/orofaring dengan pemeriksaan NAAT (Nucleic Acid Amplification Tests) metode RT-PCR (Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction) menunjukkan hasil positif
- Memiliki gejala sedang, berat, hingga kritis dan dirawat di instalasi rawat inap khusus Covid-19 atau unit perawatan intensif di rumah sakit
Pemberian terapi plasma pada orang sehat tidak menunjukkan efektivitas yang diharapkan. Jadi plasma konvalesen tak dapat menganggantikan fungsi vaksin dalam upaya mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.
Tujuan Terapi Plasma Konvalesen
Riset tentang terapi plasma konvalesen menemukan sejumlah manfaat yang didapatkan pasien Covid-19 sesuai dengan tujuan penggunaannya, seperti:
-
Menurunkan risiko kematian
Risiko kematian pasien yang menerima donor plasma diketahui berkurang hingga 35 persen. Angka ini terbilang tinggi.
-
Mempercepat penyembuhan dan pemulihan
Pasien dengan kondisi berat dan kritis bisa sembuh lebih cepat berkat antibodi dari plasma yang mereka terima.
-
Mengurangi beban petugas medis
Sejak wabah bermula, petugas medis seperti tak berhenti menangani pasien Covid-19 tiap hari. Dengan terapi plasma yang bisa menyembuhkan lebih cepat, jumlah pasien dan lama hari rawat di rumah sakit pun dapat menurun lebih cepat.
-
Proses cepat dan tepercaya
Di tengah situasi darurat pandemi, butuh penanganan yang cepat dan terpercaya. Terapi plasma konvalesen menjadi salah satu alternatif jawaban karena prosesnya yang ringkas, tidak memerlukan pengujian hingga berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, tapi ada bukti soal kemanjurannya.
Persiapan Sebelum Terapi Plasma Konvalesen
Para penyintas Covid-19 sebelum melakukan donor plasma konvalesen harus memenuhi persyaratan awal dulu sebelum mendonor. Dasar untuk membolehkan penyintas Covid-19 menyumbangkan darahnya antara lain:
- Menunjukkan bukti pernah terkonfirmasi Covid-19
- Sudah sembuh setidaknya 14 hari
- Memenuhi kriteria menurut WHO Blood Regulators Network
- Mengisi formulir donor
- Menjalani pemeriksaan penyaringan (skrining), fisik, dan anamnesis (bertanya soal riwayat kesehatan)
Untuk menghindari risiko transfusion‐related acute lung injury (TRALI), sebaiknya menggunakan plasma dari donor laki-laki, atau perempuan yang belum pernah hamil/melahirkan. Tujuannya adalah mengurangi kemungkinan adanya antibodi yang bisa menyebabkan TRALI. Persiapan lain mirip dengan donor darah biasa karena prosesnya pun serupa dengan transfusi darah yang biasa dilayani Palang Merah Indonesia.
Proses/Prosedur Terapi Plasma Konvalesen
Palang Merah Indonesia mengumumkan pihaknya melayani terapi plasma konvalesen sekaligus menjelaskan proses bagi pasien. Menurut Palang Merah Indonesia, prosesnya adalah:
- Menghubungi nomer kontak Palang Merah Indonesia
- Mengikuti proses skrining, termasuk dengan tes usap dan pengambilan darah
- Jika hasil skrining menunjukkan kriteria terpenuhi, kandidat pemberi plasma akan menjalani pemeriksaan tekanan darah, hemoglobin, tinggi dan berat badan.
Prosedur pengambilan donor plasma konvalesen memakai mesin apheresis, durasi donor berkisar 45 menit. Selain di Palang Merah Indonesia, pengambilan plasma konvalesen bisa dilakukan di rumah sakit. Hubungi rumah sakit terdekat bila ingin mendonorkan plasma guna memperoleh informasi mengenai prosedurnya.
Perawatan Pasien Pasca-Terapi Plasma Konvalesen
Sampai sekarang, tidak ada panduan khusus bagi pasien yang telah mendapat transfusi plasma konvalesen. Perawatan bagi pasien ini sama saja seperti sebelumnya, dipantau sesuai dengan kondisi yang dialami. Namun ada satu hal yang penting, yakni mengamati efek samping yang dapat terjadi. Dua risiko tersebut meliputi kerusakan paru dan sulit bernapas/sesak nafas.
Ada pula risiko terkena infeksi HIV, syphilis, hepatitis B dan C. Berbagai risiko ini bisa diminimalkan selama donor dan pasien sama-sama memenuhi kriteria. Riset tentang terapi plasma konvalesen masih terus berlangsung hingga saat ini untuk lebih memastikan efektivitasnya dalam penanganan pasien Covid-19.
Narasumber:
dr. Trinil Sulamit, Sp. PK
Dokter Spesialis Patologi Klinik
Primaya Hospital Betang Pambelum
Referensi:
https://www.hematology.org/covid-19/covid-19-and-convalescent-plasma
Illustrasi : Freepic