Obesitas pada anak sering luput dari perhatian orang tua. Menurut Kementerian Kesehatan, satu dari lima anak berumur 5-12 tahun terdiagnosis mengalami obesitas, atau kelebihan berat badan. Anak yang mengalami obesitas akan berpotensi mengalami beragam masalah kesehatan yang bisa mempengaruhi anak tersebut hingga dewasa kelak.
Obesitas pada Anak
Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan pada tubuh sehingga berpotensi mengganggu kesehatan. Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak, tenaga medis menggunakan indeks massa tubuh (body mass index/BMI) sebagai salah satu patokan sederhana. Cara menghitung indeks massa tubuh adalah dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Namun, untuk mengetahui lebih pasti keadaan obesitas, dapat dilakukan pengukuran jumlah lemak tubuh dengan metode atau alat tertentu.
Anak berusia di bawah 5 tahun dikatakan mengalami obesitas bila berat badan menurut tinggi badannya lebih dari 3 dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Sedangkan anak usia 5-19 tahun disebut mengalami obesitas kalau indeks massa tubuh menurut usianya lebih dari 2 dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Dokter atau tenaga medis lain yang terlatih dan berpengalaman dapat membantu melakukan pengukuran dan menjelaskan mengenai penetapan obesitas pada anak.
Indonesia tidak hanya menghadapi keadaan anak dengan gizi kurang, namun juga anak dengan obesitas yang pada saat ini semakin meningkat trennya. Keadaan obesitas pada masa kanak-kanak apabila bertahan hingga masa dewasa akan cenderung berkembang menjadi penyakit kronis seperti kencing manis dan penyakit jantung dan pembuluh darah di usia dewasa muda sehingga deteksi dan pencegahan dini menjadi penting.
Tanda Obesitas pada Anak
Tanda obesitas pada anak meliputi :
- Anak terlihat lebih gemuk dibandingkan anak lain seusianya
- Paha dan perut terlihat lebih berlemak dan berlipat-lipat
- Kulit tampak lebih gelap di area tertentu, terutama sekitar leher
- Napas terasa pendek saat berolahraga
- Kecenderungan adanya gangguan pernapasan saat tidur
Selain tanda fisik tersebut, anak yang mengalami obesitas cenderung kurang percaya diri dan bermasalah dalam pergaulan sosial. Masalah psikologis kerap muncul bersamaan dengan adanya obesitas. Namun adanya obesitas pada anak juga mungkin menandakan masalah kesehatan lain sehingga dibutuhkan pemeriksaan oleh dokter untuk menegakkan penyakit yang melatarbelakangi timbulnya obesitas.
Penyebab
Obesitas pada sang buah hati bisa terjadi karena berbagai penyebab, namun ketidakseimbangan asupan dan buangan kalori menjadi faktor yang paling penting. Ketika energi yang dikonsumsi lebih besar daripada yang dikeluarkan, Energi yang berlebih ini akan disimpan sebagai jaringan lemak.
Berikut ini beberapa faktor kunci penyebab obesitas pada anak:
- Gaya hidup: sering makan dalam porsi besar, makan makanan berkalori tinggi, menghabiskan banyak waktu di depan layar, dan kurangnya aktivitas fisik.
- Lingkungan: mudah mengakses makanan tinggi kalori miskin nutrisi, kesempatan untuk beraktivitas kurang, dan terbatasnya tempat yang aman untuk berolahraga di lingkungan tempat tinggal.
- Genetik: seorang anak akan berisiko lebih tinggi mengalami obesitas jika salah satu atau kedua orang tuanya gemuk. Namun bukan berarti anak yang terlahir dari orang tua yang gemuk pasti juga mengalami obesitas juga.
- Obat-obatan: beberapa obat-obatan dapat meningkatkan risiko obesitas pada si kecil.
- Kondisi medis khusus: seperti kelainan hormonal, dan penyakit bawaan seperti sindrom Turner, dan sindrom Down.
Penanganan
Penanganan obesitas pada sang buah hati akan mengacu kepada pilar pencegahan obesitas, yaitu perubahan pola hidup, peningkatan aktivitas fisik, penggunaan obat dan tindakan khusus bila diperlukan. Seberapa berat keadaan yang mencetuskan obesitas anak tersebut juga mempengaruhi tindakan medis yang dapat diambil oleh dokter. Pada umumnya, semua anak yang mengalami obesitas akan diminta menjalani terapi perubahan gaya hidup, yaitu:
- Menerapkan pola makan gizi seimbang, yaitu dengan memperhatikan jumlah kalori yang cukup tiap hari, dengan bentuk dan komposisi nutrisi yang sesuai.
- Mengubah gaya hidup menjadi lebih aktif, yaitu dengan bermain aktif bersama teman sebaya, berolahraga dengan olahraga permainan, ataupun dengan melakukan aktivitas fisik keluarga sebagai acara rutin.
- Berkonsultasi dengan dokter spesialis anak dan spesialis gizi untuk mendapatkan keadaan dan kecukupan nutrisi anak yang menyeluruh.
- Mengikuti terapi individu atau berkelompok untuk membantu mengubah perilaku dan menghadapi gangguan psikologis
- Mengikuti program terapi latihan fisik bagi yang membutuhkan
- Operasi penurunan berat badan pada keadaan sangat khusus pada remaja
Dalam penanganan obesitas secara umum dibutuhkan tenaga dokter lintas disiplin. Misalnya dokter spesialis anak, dokter spesialis gizi, psikolog anak, dan dokter spesialis olahraga. Orang tua juga turut berperan dengan membantu memberikan dorongan, motivasi dan fasilitas agar anak mau dan mampu menjalani perubahan pola hidup ini demi kesehatannya ke depan.
Tujuan pelayanan kesehatan bagi anak yang mengidap obesitas adalah mengurangi laju pertambahan berat badan dan membantu mereka tumbuh secara alami. Karena itu, anak-anak tak bisa dipaksa mengikuti program penurunan berat badan tertentu tanpa konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.
Pencegahan
Anak rentan mengalami obesitas ketika orang tua kurang memperhatikan kebiasaannya sehari-hari. Khususnya kebiasaan makan dan aktivitas fisik buah hati. Orang tua diharapkan juga memegang peran utama dalam pencegahan obesitas pada si kecil. Hal yang bisa dilakukan antara lain:
- Berfokus pada keluarga sebagai keseluruhan. Terapkan kebiasaan makan dan gaya hidup sehat untuk semua anggota keluarga, bukan cuma anak sehingga orangtua dapat menjadi contoh dan panutan anak dalam menjalani hidup sehat.
- Jadilah teladan untuk anak dengan rajin berolahraga serta mengurangi makanan yang tidak sehat. Sebab, anak cenderung meniru kebiasaan orang tua.
- Dorong anak melakukan aktivitas fisik. Misalnya dengan mengajak bersepeda bersama pada sore hari atau akhir pekan. Bisa juga dengan menawari anak mengikuti kegiatan klub olahraga atau bela diri.
- Batasi penggunaan gadget dan mengurangi screen time maksimal dua jam per hari (menonton Televisi, Smartphone, Tablet).
- Sediakan makanan ringan rendah kalori di lemari dan kulkas. Perbanyak stok buah dan jus alami. Pastikan anak makan buah setiap hari.
- Ingatkan anak untuk minum air putih yang cukup setiap hari.
- Pastikan anak tidur pada jam yang sesuai dan cukup pada malam hari.
Akan jauh lebih baik apabila kita mencegah terjadinya obesitas pada anak daripada mengobati karena saat anak didiagnosis mengalami obesitas, dibutuhkan upaya ekstra untuk penanganannya. Karena itu, peran orang tua sangat diperlukan untuk mengupayakan pencegahan dan deteksi dini agar buah hati terbebas dari berbagai masalah kesehatan akibat berat badan berlebih.
Reviewed by
dr. Andry Kelvianto M.Gizi, SpGK, AIFO-K
Dokter Spesialis Gizi
Primaya Hospital Bekasi Timur
Referensi
- Obesity and overweight. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight. Diakses 7 Juni 2022
- Childhood obesity: causes and consequences. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4408699/. Diakses 7 Juni 2022
- Pediatric Obesity. https://childrensnational.org/visit/conditions-and-treatments/obesity/obesity. Diakses 7 Juni 2022
- Sekilas tentang Obesitas pada Buah Hati. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/sekilas-tentang-obesitas-pada-buah-hati. Diakses 7 Juni 2022
- Obesitas pada Anak. http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/12778/1/2918fe86d470c23f1c120a6ee430247d.pdf. Diakses 7 Juni 2022
- Pediatric obesity: Causes, symptoms, prevention and treatment. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4726862/. Diakses 7 Juni 2022