• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Kateterisasi Jantung, Fungsi, Prosedur, dan Risikonya

Kateterisasi Jantung, Fungsi, Prosedur, dan Risikonya

Kateterisasi jantung menjadi satu di antara sejumlah modalitas diagnostik untuk melihat kondisi jantung yang bermasalah dan memiliki peran  amat penting untuk merencanakan strategi pengobatan nya. Secara umum kateterisasi dibagi menjadi kateterisasi jantung kiri dan kateterisasi jantung kanan. Prosedur medis ini dilakukan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah bersama tim profesional di rumah sakit.

 

buat jani dokter primaya

Apa Itu Kateterisasi Jantung?

Kateterisasi jantung dilakukan dengan suatu alat bernama kateter yang berbentuk seperti selang panjang, tipis, dan elastis, dan memiliki diameter sekitar 1.7 mm hingga 2 mm. Dokter akan menggunakan alat ini untuk mendeteksi kondisi jantung dengan cara memasukkannya ke pembuluh darah dan mengarahkannya ke jantung. Untuk melakukan pemeriksaan pada kedua pembuluh koroner, dengan atau tanpa pemeriksaan di ventrikel kiri.

Dokter akan menyarankan angiografi koroner kepada orang sesuai indikasi medis, misalnya pada pasien yang kerap mengeluhkan sakit dada, dan pada pemeriksaan non invasif seperti treadmill test, thallium scanning atau CT angiografi menunjuk kan adanya bukti iskemia (otot jantung yang mengalami penurunan suplai aliran darah) atau terdeteksi adanya penyempitan dengan pemeriksaan CT angiografi.

Pada kelainan jantung tertentu perlu dilakukan kateterisasi jantung kanan untuk menilai adanya pirau dan mengukur tekanan di ruang ruang jantung kanan dan pembuluh paru, serta melakukan pengukuran saturasi oksigen.

 

Mengapa Kateterisasi Jantung/ angiografi koroner Diperlukan?

Dokter bisa menyarankan pasien menjalani kateterisasi jantung untuk mengetahui masalah jantung atau menentukan penyebab potensial rasa sakit pada dada yang dikeluhkan.

Sebab, pemeriksaan secara eksternal tak bisa memberikan informasi akurat mengenai gejala tersebut. Secara umum, selama prosedur kateterisasi, dokter bisa:

  • Mengkonfirmasi adanya penyakit jantung bawaan
  • Mendeteksi masalah pada pembuluh darah koroner untuk memastikan penyebab nyeri dada
  • Mengetahui masalah pada katup jantung
  • Mengukur kadar oksigen dalam jantung
  • Mengukur tekanan dalam jantung
  • Melakukan biopsi jaringan dari jantung
  • Mengevaluasi dan merencanakan opsi tindakan selanjutnya yang diperlukan
Baca Juga:  Gagal Jantung: Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

 

Persiapan yang Perlu Dilakukan untuk Menjalani Kateterisasi Jantung

Dokter akan menginformasikan apa saja yang perlu disiapkan sebelum menjalani kateterisasi jantung. Umumnya pasien mesti berpuasa tidak makan kurang lebih 4 jam sebelum prosedur dijalankan, tetapi boleh minum air hingga 1 jam sebelum tindakan untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan berpotensi menimbulkan efek samping di organ ginjal. Adanya makanan atau cairan di dalam perut dapat meningkatkan risiko komplikasi. Bila tidak dapat berpuasa, pasien mesti memberi tahu dokter agar jadwal kateterisasi jantung bisa diatur ulang. Bagi pasien yang menjalani terapi obat-obatan, dokter juga mesti diberi informasi sebelum kateterisasi.

Pasien yang memiliki kondisi tertentu juga harus berkonsultasi kepada dokter, misalnya mengalami gangguan fungsi ginjal atau masalah pembekuan darah.

Kateterisasi dijalankan dengan bius lokal ataupun pada kondisi tertentu memerlukan obat penenang. Karena itu, sebaiknya pasien tidak datang sendiri ke rumah sakit. Harus ada pendamping untuk membantu pasien seusai kateterisasi, sekaligus untuk menandatangani surat persetujuan tindakan medis.

 

Bagaimana Cara/Prosedur Kateterisasi Jantung

Sebelum kateterisasi jantung dilakukan, pasien harus mengenakan pakaian gaun rumah sakit. Pasien bisa mendapat bius total atau bius lokal saja sesuai kebutuhan. Bila hanya mendapat bius lokal, pasien akan tetap sadar selama prosedur kateterisasi berlangsung. Perawat mungkin perlu mencukur bulu pada lokasi yang akan dipasangi kateter.

Kateter lalu akan dimasukkan ke pembuluh darah arteri atau vena pada lengan atau pangkal paha dan diarahkan ke jantung kiri atau kanan. Begitu kateter mencapai jantung, dokter akan melakukan diagnosis. Salah satu caranya dengan memasukkan cairan kontras lewat kateter sehingga dokter bisa melihat kondisi pembuluh darah dan bilik jantung memakai mesin sinar-X khusus. Cara lainnya adalah dengan biopsi untuk mengambil sampel jaringan jantung guna diteliti lebih lanjut. Kateterisasi jantung umumnya berlangsung selama 10 menit hingga 30 menit, tergantung jenis pemeriksaan dan kompleksitas kelainan jantungnya.

Baca Juga:  Pemeriksaan ABI Untuk Deteksi Penyakit Arteri Perifer

Tergantung kebutuhan, dokter juga bisa sekaligus melakukan tindakan pengobatan pada jantung yang bermasalah. Tindakan itu antara lain:

– Ablasi: mengoreksi detak jantung yang tidak teratur (aritmia)

– Angioplasti: mengatasi penyempitan atau sumbatan pada arteri yang menghalangi aliran darah

– Valvuloplasti: membuka katup jantung yang mengalami penyempitan dengan menggunakan balon khusus

– Trombektomi: membersihkan gumpalan darah di dalam pembuluh koroner atau pembuluh paru dengan cara menghisap dengan menggunakan kateter khusus ketika terjadi serangan jantung atau emboli paru akut yang bisa berpotensi fatal jika tak segera dilakukan pertolongan.

 

Risiko Katerisasi Jantung

Seperti halnya tindakan medis invasif lain, terdapat risiko kateterisasi jantung. Tapi tingkat risiko ini tergolong rendah. Namun risiko lebih tinggi pada orang yang menderita diabetes atau masalah ginjal, atau berusia 75 tahun ke atas. Risiko kateterisasi jantung yang lain mencakup:

– Alergi pada cairan kontras yang dimasukkan lewat kateter

– Perdarahan, infeksi, dan memar pada lokasi dimasukkannya kateter

– Gumpalan darah yang memicu serangan jantung atau stroke

– Gangguan pada arteri tempat dimasukkannya kateter

– Gangguan irama jantung atau aritmia

– Robeknya jaringan jantung

 

Menurut berbagai data dari literatur, kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kateterisasi jantung sangat kecil, yakni kurang dari 1 persen. Adapun risiko kematian kurang dari 0,2 persen, serangan jantung akut kurang dari 0,5 persen, stroke kurang dari 0,7 persen, dan gangguan irama jantung kurang dari 0,5 persen.

 

Ditinjau oleh:

dr. Bambang Budiono,Sp.JP,FIHA,FAPSC,FAPSIC,FSCAI

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Primaya Hospital Makassar

 

Referensi:

https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/cardiac-catheterization/about/pac-20384695

https://www.healthline.com/health/cardiac-catheterization#outlook

http://www.yankes.kemkes.go.id/read-kateterisasi-jantung-4394.html

Share to :

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below