Tahun 2020 tidak hanya ditandai dengan merebaknya pandemi Covid-19, tapi juga meninggalnya seniman Didi Kempot. Kabar duka itu mengejutkan banyak orang karena Didi Kempot sebelumnya tidak menunjukkan adanya masalah serius pada kesehatannya. Menurut pemberitaan, Didi meninggal akibat henti jantung. Di tengah pandemi, ada pula kasus orang meninggal tiba-tiba ketika sedang bersepeda. Penyebabnya sama: henti jantung.
Pada populasi umum usia 20 sd 75 tahun, insiden kematian jantung mendadak sebesar 1 per 1000 orang, sekitar 18,5% dari total seluruh kematian. Pada individu usia 1 sd 40 tahun, insiden mencapai 1,3-8,5Â per 100.000 orang.
Apa itu henti jantung? Orang-orang sering mencampur-adukkan antara serangan jantung (sindroma koroner akut) dan henti jantung (cardiac arrest). Padahal keduanya berbeda. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhenti, sementara kematian jantung mendadak adalah kondisi saat kematian di sebabkan oleh jantung dengan kehilangan kesadaran secara mendadak dalam waktu satu jam setelah onset perubahan status kardiovaskular secara akut.
Disrupsi pada sistem pernapasan dan fungsi jantung dapat berakibat fatal bila tak mendapat penanganan segera. Bahkan hanya sekitar 10 persen pasien yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit yang dapat selamat. Ini sekaligus menekankan betapa pentingnya deteksi dini serta respons darurat bagi keselamatan individu yang terkena henti jantung.
Penyebab Henti Jantung Mendadak
Penyebab paling umum henti jantung mendadak adalah penyakit jantung coroner, sekitar 75% dari total kematian jantung. Terdapat 9 bagian besar penyebab dan faktor berkontribusi kematian jantung mendadak:
- Abnormalitas arteri Koroner ( kelainan pada pembuluh darah arteri koroner jantung)
- Penyakit jantung koroner atherosklerotik: Serangan jantung atau sindrom koroner akut termasuk di bagian ini
- Penyakit jantung koroner non-ahteroskelrotik: emboli arteri koroner, lesi bawaan arteri koroner, Vaskulitis arteri koroner ( Sindrom Kawasaki, Takayasu)
- Abnormalitas elektrofisiologis (kelainan system konduksi listrik jantung)
- Abnormal system konduksi: Sindrom Wolf Parkinson white, penyakit Lenegre
- Abnormal repolarisasi : Sindrom interval QT memanjang , Sindrom brugada, sindrom repolarisasi dini
- Gagal jantung dan penyakit kardiomiopati: Kelainan pada struktur jantung di tanda dengan gejala gagal jantung dapat di ikuti penurunan fungsi jantung )
- Kongestif kronik: Kardiomiopati iskemik, kardiomiopati dilatasi idiopatik, kardiomiopati hipertensif, kardiomiopati peripartum
- Gagal jantung akut: miokarditis akut, sindrom koroner akut, Sindrom takotsubo, emboli katup pada penyakit stenosis katup aorta, edema paru akut
- Penyakit jantung katup: Stenosis/insufisiensi katup aorta, prolapse katup mitral, endocarditis, disfungsi katup prostetik
- Hipertrofi miokardium ventrikel:
- Hipertrofi ventrikel kiri karena penyakit jantung koroner
- Penyakit jantung hipertensi tanpa atherosclerosis koroner signifikan
- Disebabkan penyakit jantung katup
- Kardiomiopati hipertrofi obstruktif atau non obstruktif
- Hipertensi paru
- Inflamasi, infiltrasi, neoplastic, degenerative.
- Penyakit jantung bawaan:
Stenosis aorta atau pulmonal kongenital, defek septum kongenital dengan eisenmenger, efek lanjut pasca pembedahan - Instabilitas elektrik berkaitan dengan system saraf pusat :
- Lain-lain: trauma tumpul dada, diseksi/aneurisma aorta.
Selain itu, terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan henti jantung, misalnya:
- Riwayat keluarga
- Hipertensi
- Kadar kolesterol tinggi
- Kelebihan berat badan
- Kadar gula darah tinggi atau diabetes melitus
- Biasa merokok
- Kurang beraktivitas fisik
- Latihan beban berat yang berlebihan
Gejala Henti Jantung Mendadak
Proses dari munculnya gejala henti jantung hingga kematian sering kali berlangsung sangat singkat. Bahkan tanpa tanda-tanda sama sekali. Gejala itu antara lain:
- Tiba-tiba pingsan atau hilang kesadaran dalam waktu lama
- Tidak ada denyut jantung atau nadi yang teraba
- Tak ada pergerakan dinding dada saat bernafas
Beberapa gejala lain yang muncul sebelum jatuh pada kondisi henti jantung mencakup:
- Rasa tidak nyaman pada dada atau nyeri dada
- Cepat lelah
- Merasa lemas
- Jantung berdebar-debar
- Pingsan
Kapan Harus ke Dokter Jantung
Ketika gejala pendahulu sudah mulai muncul baik nyeri dada/ rasa tidak nyaman di dada, cepat lelah, jantung berdebar, merasa lemah.
Pada usia lebih dari 40 tahun, sebaiknya melakukan pemeriksaan medical check-up jantung secara rutin terutama yang memiliki factor resiko hipertensi, diabetes mellitus, obesitas atau kegemukan, perokok baik aktif maupun pasif, memiliki riwayat keluarga dengan sakit jantung.
Pada seseorang yang akan menjalani olahraga dengan intensitas berat.
Ketika jantung berhenti berdetak, otak akan kekurangan oksigen hanya dalam hitungan menit. Tanpa penanganan segera, otak akan rusak dan mati. Karena itulah setiap detik sangat berharga dalam kasus henti jantung.
Orang yang memiliki gejala aritmia, terutama detak jantung tak teratur, sebaiknya tak menunda pemeriksaan ke dokter spesialis jantung demi deteksi dini. Begitu pula bila punya masalah lain yang berkaitan dengan jantung. Ketimbang perempuan, pria lebih banyak mengalami kondisi ini seiring dengan bertambahnya usia. Adanya faktor kesehatan hingga genetik akan meningkatkan risiko mengalami henti jantung.
Narasumber:
dr. Ivan Noersyid, Sp.JP
Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah
Referensi:
Munawar DA. Henti Jantung dan Kematian jantung mendadak. Buku Ajar Kardiovaskular Jilid 1 FKUI.   Jakarta. 2017
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sudden-cardiac-arrest/symptoms-causes/syc-20350634
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/sudden-cardiac-arrest
https://www.heart.org/en/health-topics/cardiac-arrest/about-cardiac-arrest