Nyeri dada saat tarik nafas merupakan salah satu gejala gangguan jantung yang seringkali diabaikan oleh banyak orang. Padahal, banyak penyakit yang berhubungan dengan jantung yang dapat membahayakan nyawa, salah satunya yaitu miokarditis.
Miokarditis terjadi karena suatu infeksi entah itu infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Untuk mengatasi hal ini, maka butuh penanganan khusus dari dokter sesuai dengan penyebab utamanya. Nah, bila Anda didiagnosis penyakit ini, maka silakan ikuti beberapa langkah-langkah penanganan berikut ini.
Pengertian Miokarditis
Miokarditis adalah penyakit inflamasi (peradangan) pada otot jantung atau disebut juga miokardium. Fungsi utama otot jantung yaitu untnuk memompa darah baik masuk maupun keluar jantung yang diedarkan dari seluruh.
Nah, saat otot jantung tersebut terjadi peradangan, maka fungsi pemompaan darah akan terganggu. Hal ini berakibat pada berbagai macam kondisi kesehatan mulai dari masalah pernafasan hingga gangguan pembuluh darah seperti stroke.
Lalu, apakah penyakit ini bisa sembuh sendiri? Perlu Anda ketahui, bahwa miokarditis dapat sembuh sendiri walaupun tanpa perawatan maupun pengobatan dari dokter. Namun, apabila ada beberapa gejala lain yang menyertainya, maka butuh penanganan yang intensif sehingga tidak terjadi komplikasi yang membahayakan nyawa.
Bila berlangsung lama (kronis), maka akan mengakibatkan kerusakan otot jantung. Kondisi ini biasanya terjadi secara diam-diam sehingga banyak penderita miokarditis yang tidak mendapatkan pengobatan secara tepat waktu.
Kondisi | Miokarditis (myocarditis) |
---|---|
Gejala Utama | Sesak nafas, nyeri dada, bengkak pada sendi kaki |
Dokter Spesialis | Dokter jantung & pembuluh darah |
Penyebab | Infeksi patogen |
Diagnosis | Wawancara medis, tes penunjang, cek fisik |
Pengobatan | Pemberian antibiotik dan obat tertentu sesuai resep dokter |
Pencegahan | Pola hidup bersih dan sehat |
Komplikasi | Gagal jantung, serangan jantung, aritmia, kardiomiopati |
Penyebab
Dikutip dari Healthline, bahwa penyebab dasar miokarditis masih belum diketahui. Bahkan, 50% kasus pasien miokarditis akut tidak jelas penyebabnya. Ini sering disebut sebagai idiopathic myocarditis.
Belakangan ini, ramai diperbincangkan bahwa penyakit ini merupakan efek samping dari vaksin Covid-19 tipe mRNA. Namun, dalam studi kohort tahun 2021, bahwa efek samping tersebut hanya terjadi pada 1,7 dari 100 ribu orang sejak mereka menerima dosis vaksin tipe mRNA.
Namun, pada kasus yang berhasil diketahui penyebabnya, miokarditis umumnya disebabkan karena infeksi. Berbagai patogen mulai dari bakteri, virus, parasit, jamur, atau lainnya menginfeksi otot jantung (miokardium)
Dalam beberapa kasus, inflamasi pada otot jantung terjadi akibat reaksi sistem imun tubuh terhadap infeksi. Hal ini sering terjadi pada penderita gangguan auto imun seperti halnya penyakit lupus.
Jadi, sistem imun atau sistem kekebalan tubuh justru akan menyerang otot jantung itu sendiri karena reaksi yang berlebihan. Akibatnya, terjadi inflamasi pada miokardium yang menjadi penyebab miokarditis.
Inilah beberapa patogen yang menyebabkan miokarditis pada seseorang:
Virus
- SARS-CoV-2
- Coxsackievirus group B
- Parvovirus B19
- Adenovirus
- Hepatitis C virus
- Epstein-Barr virus
- Rubella virus
- Echoviruses
- Herpes simplex virus
- Human immunodeficiency virus (HIV)
Bakteri
- Staphylococcus aureus
- Corynebacterium diphtheriae
- Borrelia burgdorferi
Parasit
- Trypanosoma cruzi
Fungi/Jamur
- Candida
- Aspergillus
Gejala
Gejala umum yang paling sering terjadi pada penderita penyakit ini meliputi:
-
Nyeri dada
-
Kelelahan
-
Denyut jantung tak beraturan
-
Demam
-
Sesak nafas
-
Pembengkakan di kaki atau sendi
-
Pandangan berkunang-kunang
- Pingsan
Diagnosis
Umumnya, dokter akan mendiagnosis miokarditis dengan banyak metode yang berbeda mengingat proses analisanya cukup sulit. Ini dia tes yang kerap dokter lakukan untuk menentukan apakah seseorang benar-benar terkena penyakit ini atau tidak:
- Elektrokardiogram (EKG): berguna untuk melihat adanya kelainan pada ritme denyut jantung yang menjadi tanda otot jantungnya bermasalah atau tidak.
- Tes darah: melihat apakah seseorang terkena infeksi dengan melihat kultur mikroorganisme pada darah.
- Sinar X: menggunakan sinar X pada dada bisa digunakan untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda gagal jantung atau tidak.
- Biopsi endomiokardial: bertujuan untuk mengetahui sampel jaringan jantung dengan melakukan pembedahan ringan.
- Echocardiogram: untuk melihat apakah terjadi pembesaran jantung karena inflamasi atau peradangan ataukah tidak.
Pencegahan
Mengingat hampir 50% penderita miokarditis tidak memiliki penyebab pasti, maka untuk mencegah penyakit ini cukup sulit. Namun, kita bisa mengurangi risiko terhadap penyebaran infeksi mikroorganisme berbahaya dengan cara:
- Menjalankan pola hidup bersih dan sehat
- Melakukan aktivitas seksual secara aman
- Vaksinasi untuk mencegah terjadinya infeksi
Pengobatan
Dalam kebanyakan kasus, penyakit ini dapat sembuh sendiri secara alami tanpa adanya pengobatan apa pun. Akan tetapi, dalam kasus tertentu seperti pada penderita autoimun atau penderita pelemahan imun tubuh, maka akan mengakibatkan kondisi kronis. Jadi, penting sekali untuk mengunjungi dokter yang nantinya akan mendapatkan perawatan secara tepat seperti halnya:
- Pemberian obat ACE inhibitors
- Konsumsi antibiotik (khusus infeksi bakteri)
- Pemberian obat diuretik
- Konsumsi obat anti inflamasi
- Diet rendah garam
- Sering istirahat saat bekerja
- Pemberian obat ACE inhibitor
Komplikasi
Bila kondisinya parah, maka miokarditis dapat mengakibatkan kerusakan jantung yang parah yang mengakibatkan:
- Gagal jantung
- Serangan jantung
- Aritmia
- Kardiomiopati
Kapan Harus ke Dokter?
Kunjungi dokter spesialis jantung dan pembuluh darah apabila Anda mengalami gejala miokarditis sesuai yang kami sebutkan di atas. Dengan perawatan yang tepat, maka risiko terkena komplikasi akibat inflamasi otot jantung dapat ditekan.
Narasumber:
dr. Addiena Primawati, Sp. JP-FIHA
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Primaya Evasari Hospital
Referensi:
- Myocarditis. https://www.healthline.com/health/heart-disease/myocarditis. Diakses pada 31 Desember 2023.
- Acute myocarditis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441847/. Diakses pada 31 Desember 2023.
- Management of acute myocarditis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7673642/. Diakses pada 31 Desember 2023.
- Cardiac manifestations of coronavirus (COVID-19). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556152/. Diakses pada 31 Desember 2023.
- The diagnostic and clinical approach to pediatric myocarditis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6352488/. Diakses pada 31 Desember 2023.
- Association between COVID-19 and myocarditis. https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7035e5.htm. Diakses pada 31 Desember 2023.
- Giant cell myocarditis. https://rarediseases.org/rare-diseases/giant-cell-myocarditis/. Diakses pada 31 Desember 2023.
- Heart inflammation. https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/heart-inflammation. Diakses pada 31 Desember 2023.
- SARS-CoV-2 vaccination and myocarditis or myopericarditis. https://www.bmj.com/content/375/bmj-2021-068665. Diakses pada 31 Desember 2023.
- COVID-19 infection and myocarditis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8647231/
- Myocarditis. https://rarediseases.org/rare-diseases/myocarditis/. Diakses pada 31 Desember 2023.
- Myocarditis in clinical practice. https://www.mayoclinicproceedings.org/article/S0025-6196(16)30256-7/fulltext. Diakses pada 31 Desember 2023.