Nyeri dada adalah gejala yang terkait erat dengan penyakit jantung. Namun, seiring dengan merebaknya wabah Covid-19, orang tak lagi melulu mengasosiasikan rasa sakit pada dada dengan masalah jantung. Bisa jadi itu adalah gejala Covid-19 seperti tertera dalam panduan informasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Mengenal Nyeri Dada
Ketika mengalami nyeri dada, seseorang mungkin langsung berpikir ada masalah pada jantungnya. Apalagi bila rasa nyeri itu terasa seperti ditekan atau diremas. Namun gejala penyakit jantung pada setiap orang bisa berbeda-beda. Menghubungi layanan gawat darurat di rumah sakit bisa menjadi cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa bila curiga mengalami serangan jantung. Tapi rasa nyeri pada dada tidak selalu mengancam jiwa.
Faktanya, sakitnya dada bisa menjadi pertanda gejala banyak hal, tidak hanya penyakit jantung. Orang yang tiba-tiba cemas karena situasi tertentu, misalnya, mungkin merasakan nyeri di dadanya lantaran terlalu khawatir. Nyeri di dada bisa jadi menandakan adanya masalah pada paru-paru, otot, saraf, dan persendian, serta saluran tekak lambung. Karena itu, perlu diagnosis dokter untuk membuat kesimpulan yang pasti.
Tergantung penyebabnya, rasa nyeri di dada bisa seperti terbakar, tertusuk, terpukul, teremas, atau tertekan. Untuk nyeri dada yang merupakan gejala jantung, rasa sakit itu umumnya muncul di:
- Belakang tulang dada
- Dada hingga rahang
- Belakang tulang dada merambat hingga leher
- Dada menjalar sampai bahu dan lengan
- Dada kiri bawah di bagian ulu hati
- Punggung, di antara kedua tulang belikat
Orang yang mengalami serangan jantung sering merasakan nyeri di dada sekaligus merasa tidak nyaman. Gejala lainnya termasuk keluar keringat dingin, pusing, dan hilang kesadaran. Rasa nyeri itu muncul karena berkurangnya aliran darah ke jantung. Darah ini mengandung oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan semua organ tubuh, termasuk jantung itu sendiri. Karena itu, otot jantung akan memakai sumber energi lain untuk memompa darah ke seluruh tubuh, yaitu asam laktak. Namun asam laktat justru bisa menumpuk pada otot jantung dan menimbulkan rasa sakit.
Gejala Nyeri Dada yang Terindikasi Covid-19
WHO memiliki daftar gejala Covid-19 yang didapatkan dari penelitian panjang sejak wabah merebak. Menurut WHO, nyeri dada adalah gejala serius Covid-19. WHO menyarankan orang-orang segera mencari pertolongan medis bila mengalami rasa nyeri di dadanya disertai sesak napas, napas pendek, dada seperti tertekan, dan sulit berbicara.
Meski demikian, pasien Covid-19 tidak selalu mengeluhkan rasa nyeri pada dada. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), dalam laporan pada Juli 2020, sebanyak 35 persen dari 164 pasien positif Covid merasakan dadanya sakit atau terasa tidak nyaman.
Ada beberapa alasan kenapa Covid-19 bisa menyebabkan dada terasa sakit:
- Batuk keras yang membuat otot tertarik hingga robek atau tulang rusuk retak
- Menderita pneumonia, yang bisa jadi komplikasi Covid-19
- Paru-parunya terinfeksi atau mengalami peradangan
- Mengalami emboli paru (bekuan darah masuk ke aliran darah menuju paru-paru)
Nyeri di dada akibat Covid-19 antara lain terasa tajam dan makin sakit bila bergerak. Area dada yang sakit juga terasa lunak ketika disentuh. Bila mengalami pneumonia, rasa nyeri kian terasa saat menarik napas.
Penyebab Nyeri Dada
Ada berbagai faktor penyebab nyeri dada. Malah, dalam kebanyakan kasus, masalah jantung bukanlah pemicu nyeri itu. Yang pasti, jangan melakukan diagnosis sendiri. Hanya dokter spesialis jantung yang dapat menegakkan diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan. Berikut ini kemungkinan penyebabnya:
Munculnya gejala | Kemungkinan penyebab |
Setelah makan, lidah terasa pahit, kembung, dan makanan naik hingga ke kerongkongan | Masalah pencernaan atau maag |
Saat berolahraga, membaik saat beristirahat | Otot dada tertarik atau menegang |
Dalam situasi tertekan, panik, disertai detak jantung yang kencang dan berkeringat dingin | Kecemasan berlebih atau serangan panik |
Terasa tambah sakit saat menarik dan mengeluarkan napas, keluar dahak hijau atau kuning, demam | Infeksi dada atau pneumonia |
Kesemutan, muncul ruam hingga luka lecet pada kulit | Ruam saraf |
Sedangkan masalah jantung yang paling sering memicu nyeri di dada termasuk:
Perikarditis: peradangan atau iritasi membran yang menyelubungi jantung
Angina: sering disebut angin duduk, terjadi ketika asupan oksigen ke otot jantung terhambat
Seseorang lebih berpotensi mengalami nyeri dada akibat penyakit jantung jika memiliki sejumlah faktor risiko berikut ini:
- Kelebihan berat badan (obesitas)
- Terbiasa merokok
- Kadar tekanan darah dan kolesterol tinggi
- Menderita diabetes
- Ada riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung
Diagnosis Nyeri Dada
Kunci untuk mendiagnosis keluhan nyeri pada dada pasien adalah riwayat medis si pasien. Dokter akan mengevaluasi kondisi pasien berdasarkan riwayat kesehatan tersebut, lalu menjalankan serangkaian tes untuk menegakkan diagnosis, termasuk:
Elektrokardiogram (EKG): mencatat aktivitas kelistrikan jantung Anda melalui elektroda yang terpasang pada kulit.
Tes darah: memeriksa peningkatan kadar protein atau enzim tertentu yang biasanya ditemukan di otot jantung.
Rontgen dada: mengecek kondisi paru-paru dan ukuran serta bentuk jantung dan pembuluh darah utama.
Tomografi terkomputerisasi (CT scan): menemukan bekuan darah di paru-paru dan sumbatan pada arteri atau memastikan tidak ada robekan lapisan aorta.
Echocardiogram: melihat kondisi jantung saat bekerja menggunakan teknologi gelombang suara
Stress test: mengukur kerja jantung dan pembuluh darah saat beraktivitas fisik
Kateterisasi jantung: mengidentifikasi arteri yang mengalami penyumbatan atau penyempitan
Pengobatan Nyeri Dada
Pengobatan untuk keluhan nyeri dada tergantung penyebabnya. Jadi dokter mesti melakukan pengecekan dulu untuk menentukan penanganan yang sesuai. Rasa nyeri ini juga bukan keluhan yang dapat didiagnosis secara mandiri di rumah berbekal informasi dari Internet. Bila merasa sangat tidak nyaman karena nyeri disertai gejala seperti keringat dingin, pusing, dan hilang kesadaran, lebih baik segera hubungi rumah sakit.
Untuk angina, jika orang itu memiliki obat resep dokter berupa nitrogliserin, bisa diberi obat tersebut sesuai dengan instruksi dokter. Bila setelah 5 menit rasa nyeri masih ada, segera datangi rumah sakit. Tidak ada alasan untuk menunda bantuan medis.
Begitu pasien tiba di rumah sakit, dokter akan memeriksa dan menjalankan tes untuk memastikan apakah ada masalah jantung atau hal lain yang menyebabkan nyeri dada. Pengobatan selanjutnya tergantung hasil pemeriksaan itu, bisa berupa pemberian obat hingga operasi besar.
Pencegahan Nyeri Dada
Upaya mencegah nyeri dada tak bisa dilepaskan dari pemeriksaan medis untuk mengetahui faktor risikonya. Pencegahan dilakukan dengan menghindari atau mengurangi faktor risiko tersebut, misalnya:
- Berhenti merokok
- Menjaga kadar kolesterol, gula darah, dan tekanan darah
- Beraktivitas fisik rutin, contohnya berjalan 30 menit sehari
- Terapkan pola makan teratur dengan gizi seimbang
- Hindari konsumsi lemak jenuh, seperti daging merah, gorengan, kue-kue
- Perbanyak makanan kaya omega-3 untuk melindungi jantung, seperti salmon, tuna, sarden
- Kurangi konsumsi garam
- Kendalikan stres
Kapan Harus ke Dokter?
Nyeri dada akibat penyakit jantung bisa datang tiba-tiba. Sebelumnya mungkin sudah ada gejala, tapi tak terasa atau terabaikan. Adapun nyeri di dada akibat Covid-19 biasanya terjadi setelah ada gejala Covid lain. Jadi bila seseorang sudah merasa tidak enak badan, batuk, kehilangan indra penciuman dan perasa beberapa hari sebelum dadanya nyeri, bisa jadi itu tanda Covid-19. Bila ragu, sebaiknya hubungi dokter untuk mengkonsultasikan gejala yang dialami.
Ditinjau oleh:
dr. Tito Phurbojoyo, SpJP, FIHA
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Referensi:
https://www.webmd.com/pain-management/guide/whats-causing-my-chest-pain
https://www.nhs.uk/conditions/chest-pain/