Persiapan melahirkan bukanlah proses yang sederhana. Baik melahirkan secara normal lewat vagina maupun dengan operasi caesar, keduanya sama-sama butuh persiapan. Dalam beberapa kasus, bahkan persalinan membutuhkan alat bantu khusus. Salah satunya adalah alat bantu vakum untuk “menyedot” bayi keluar dari rahim ibu. Penggunaan vakum dalam persalinan harus memenuhi sejumlah kriteria karena ada risiko yang menyertai.
Mengenal Persalinan dengan Alat Bantu Vakum
Persalinan yang menggunakan alat bantu vakum biasanya berupa persalinan normal. Dokter bisa memutuskan memanfaatkan vakum ketika bayi tak kunjung dapat keluar meski ibu sudah berusaha mengejan sekuat tenaga. Dalam dunia medis, alat bantu ini disebut vacuum extractor. Selama kontraksi, vakum digunakan untuk menyedot kepala bayi supaya bisa keluar dari saluran rahim.
Persiapan melahirkan dengan vacuum extractor membutuhkan keahlian dan kemampuan dokter serta tenaga medis yang membantu persalinan. Alat ini berpotensi membahayakan bayi bila yang menggunakannya belum ahli dan berpengalaman. Pada 1998, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat menerbitkan petunjuk kesehatan publik yang memperingatkan para tenaga medis dan pihak terkait bahwa ada risiko serius atau komplikasi fatal pada janin dari penggunaan alat bantu vakum.
Risiko itu antara lain cedera kepala dan perdarahan di dalam kepala janin. Karena potensi berbahaya ini, FDA merekomendasikan alat bantu vakum digunakan hanya jika ada indikasi obstetrik yang spesifik dan tenaga medis yang memakai alat tersebut paham akan indikasi, kontraindikasi, dan tindakan pencegahan yang diperlukan.
Siapa yang Memerlukan Persalinan dengan Alat Bantu Vakum
Ibu yang melahirkan secara normal bisa jadi mengalami beberapa hal yang menyulitkan bayi keluar. Dalam situasi ini, dokter akan mengevaluasi kondisi ibu dan janin. Dari evaluasi, dokter mungkin memutuskan persalinan tersebut memerlukan bantuan vakum pada kondisi pembukaan lengkap.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) memiliki panduan indikasi bagi dokter yang hendak membantu persalinan dengan vakum, yaitu:
- Tidak ada progres dalam persalinan 3 jam setelah pembiusan epidural atau sesudah 2 jam bila tanpa pembiusan
- Janin mengalami stres, antara lain detak jantung tidak normal
- Bagi ibu dengan masalah kesehatan yang membuatnya sulit mengejan, vakum bisa dipakai untuk mempersingkat persalinan
- Ibu tak lagi punya cukup tenaga karena kelelahan mengejan
ACOG menggarisbawahi bahwa indikasi itu tidak bersifat absolut. Artinya, dokter yang membantu persiapan melahirkan bisa saja tidak menggunakan alat bantu vakum, melainkan langsung memutuskan persalinan dengan metode caesar demi menyelamatkan ibu dan bayinya.
Tujuan Persalinan dengan Alat Bantu Vakum
Dalam persalinan normal, bayi umumnya dapat keluar sendiri setelah ibu mengejan. Namun kadang ada hambatan dalam proses melahirkan normal ini sehingga proses bersalin memakan waktu lama. Tujuan persalinan dengan alat bantu vakum adalah mengatasi hambatan tersebut, sehingga persalinan dapat dipercepat dengan menggunakan ekstraksi vakum.
Selain vakum, ada alat bantu persalinan yang disebut forcep. Cara penggunaan forcep mirip dengan vakum, tapi daya tariknya lebih besar. Forcep dapat memperbaiki posisi kepala janin yang tidak pas untuk keluar. Walau begitu, risiko cedera pada janin lebih tinggi bila menggunakan forcep.
Dengan alat bantu vakum, ibu tetap dapat bersalin secara normal. Namun ada kemungkinan vakum tak dapat digunakan atau tak efektif sehingga persalinan mau tidak mau harus lewat operasi caesar demi keselamatan ibu dan bayinya.
Ada setidaknya tiga jenis vakum:
- Cup logam: ini jenis vakum dengan tingkat keberhasilan tinggi, tapi bahan logam yang digunakan bisa meningkatkan risiko cedera pada kepala janin
- Cup lunak: vakum ini bisa memakai tenaga listrik ataupun manual. Bahan cup vakum yang lunak meminimalkan risiko cedera
- M-cup: jenis vakum baru ini merupakan gabungan dari cup logam dan lunak sehingga risiko cedera minimal, sementara peluang keberhasilannya tetap tinggi
Persiapan Sebelum Persalinan dengan Alat Bantu Vakum
Biasanya, persiapan melahirkan tidak mencakup pilihan penggunaan vakum. Alat bantu ini menjadi pilihan hanya dalam keadaan tertentu di ruang bersalin. Namun tetap ada persiapan sebelum dokter membantu persalinan dengan alat bantu vakum.
Konseling
Persiapan pertama adalah konseling, yakni penjelasan kepada ibu dan pasangannya oleh tim medis mengenai penggunaan alat bantu vakum, termasuk risikonya. Adanya persetujuan consent ini penting baik bagi ibu yang hendak melahirkan, keluarga maupun tim medis.
Tindakan umum
Tim medis mesti memastikan ibu tidak mengalami dehidrasi. Jika perlu, ibu juga bisa diberi obat pereda nyeri. Selain itu, ibu berhak mendapat pendampingan dari pasangan, keluarga, atau orang terdekat lainnya. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi ibu dan janin. Sebelum prosedur berlangsung, tim medis akan mengecek dan mengetes vakum untuk memastikan alat bantu persalinan itu berfungsi dengan baik.
Pengecekan final
Dokter dan timnya akan mengecek daftar indikasi dan kontraindikasi sekali lagi untuk terakhir kali sebelum menggunakan alat bantu vakum yang telah siap.
Proses/Prosedur Persalinan dengan Alat Bantu Vakum
Prosedur persalinan dengan vakum serupa dengan persiapan melahirkan biasa. Hanya, dokter mungkin perlu melakukan episiotomi atau membuat sayatan untuk memperlebar lubang vagina guna menempatkan vakum. Langkah penggunaan alat bantu vakum dalam persalinan meliputi:
- Ibu berbaring dengan kedua kaki terbuka layaknya melahirkan normal
- Selagi kontraksi, dokter menempatkan cup vakum ke kepala janin
- Dokter menggunakan pompa untuk memberi tekanan pada vakum, lalu menyedot kepala janin, sementara ibu mengejan
- Bila kepala janin sudah terlihat, cup vakum diambil dan dokter mengeluarkan seluruh tubuh janin dengan bantuan dorongan dari ibu
Perawatan Pasien Pasca Persalinan dengan Alat Bantu Vakum
Pada dasarnya, perawatan seusai persalinan normal menggunakan alat bantu vakum sama seperti setelah melahirkan normal. Area sekitar vagina akan terasa nyeri. Mungkin ibu juga sulit duduk hingga berjalan selama beberapa saat. Bila ada robekan di sekitar vagina, dokter akan memperbaikinya dengan jahitan. Robekan kecil bisa sembuh sendiri tanpa jahitan.
Ibu bisa meminum obat pereda nyeri sesuai dengan anjuran dokter. Bila tidak merasa nyaman saat duduk, lebih baik berbaring. Bisa pula menggunakan bantal duduk. Dokter akan memeriksa kondisi ibu secara menyeluruh, sementara buah hati yang baru lahir akan ditangani oleh dokter anak. Bila kedua dokter sudah memastikan ibu dan anaknya baik-baik saja, semua bisa pulang.
Narasumber:
dr. Renny Pratiwi, Sp. OG
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Primaya Hospital Bekasi Utara
Referensi:
- https://apps.who.int/iris/handle/10665/118996
- https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/vacuum-extraction/about/pac-20395232
- https://www.aafp.org/afp/2000/0915/p1316.html
- https://emedicine.medscape.com/article/271175-overview
- https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000514.htm
- Illustrasi : Freepic