Terdapat banyak jenis gangguan mental yang ada di tengah masyarakat dan butuh perhatian. Salah satunya adalah body dysmorphic disorder atau gangguan dismorfik tubuh. Gangguan mental ini sering muncul mulai usia remaja dan tak terdiagnosis selama bertahun-tahun. Bila tak mendapat perawatan yang tepat, kondisi orang yang mengidap gangguan ini bisa makin buruk seiring dengan waktu.
Mengenal Body Dysmorphic Disorder
Body dysmorphic disorder adalah masalah kejiwaan yang membuat penderitanya merasa ada yang kurang dalam penampilan atau bagian tubuhnya dan terus-menerus memikirkannya hingga menyebabkan stres dan mengganggu fungsinya sehari-hari. Gangguan dismorfik tubuh berbeda dengan jenis gangguan somatoform lain seperti gangguan obsesif-kompulsif, gangguan makan, dan depresi.
American Psychiatric Association menggolongkan body dysmorphic disorder sebagai gangguan somatoform tersendiri pada 1987. Gangguan somatoform atau gejala somatik adalah gangguan kejiwaan yang gejala fisiknya mengindikasikan ada masalah kesehatan tapi tak bisa dijelaskan sepenuhnya secara medis pada umumnya.
Orang yang menderita body dysmorphic disorder tidak suka terhadap penampilannya dalam taraf tertentu hingga tak bisa berhenti memikirkan dan mengkhawatirkannya. Bagi orang lain, reaksi tersebut tampak berlebihan karena hal yang dianggap sebagai kekurangan dalam penampilan itu tak terlihat atau dinilai hanya kecil, seperti tahi lalat atau bekas jerawat tipis yang mungkin tak disadari oleh orang lain. Walau begitu, bagi penderita body dysmorphic disorder, hal tersebut dianggap sebagai cacat yang besar, jelas, dan parah.
Body dysmorphic disorder kerap muncul pada masa pra-remaja, tapi sering tak disadari dan tak terdiagnosis hingga dewasa. Diagnosis dan perawatan sejak dini penting karena gangguan ini bisa mengarah pada disabilitas, depresi, dan bahkan bunuh diri.
Gejala
Body dysmorphic disorder biasanya mulai muncul pada usia 12-13 tahun. Gejala yang biasa muncul antara lain:
- Terlalu khawatir atau malu pada penampilan
- Percaya bahwa kekurangan kecil pada penampilan membuatnya jelek
- Tenggelam dalam kekhawatiran terhadap bagian tertentu pada tubuh, seperti hidung atau gigi
- Menghabiskan banyak waktu ketika becermin atau sepenuhnya menghindari dari cermin
- Terus-menerus mencari kepastian tentang penampilannya
- Menolak difoto
- Ingin menjalani operasi kosmetik
- Depresi
- Merasa cemas di lingkungan sosial
- Kekhawatiran mengganggu kehidupan sehari-hari
Penyebab
Saat ini belum diketahui pasti penyebab body dysmorphic disorder. Dalam banyak kasus, ada kemungkinan kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosio-kultural yang berpengaruh. Menurut studi, ketidakseimbangan kadar serotonin di otak bisa jadi membuat orang lebih menunjukkan gejala gangguan tersebut. Selain itu, ada kemungkinan olok-olok yang berlebihan di masa kecil atau tekanan keluarga mengenai penampilan menjadi faktor risiko.
Berikut ini beberapa faktor yang mungkin membuat seseorang mengalami body dysmorphic disorder:
- Perundungan atau perisakan
- Kepercayaan diri rendah
- Ketakutan ditolak
- Perfeksionis
- Membandingkan diri dengan orang lain
- Genetik
- Depresi, kecemasan, atau gangguan obsesif-kompulsif
โCara Dokter Mendiagnosis Body Dysmorphic Disorder
Dokter ahli kejiwaan atau pakar kesehatan mental bisa membuat diagnosis body dysmorphic disorder dengan kombinasi pemeriksaan fisik dan evaluasi psikologis. Seseorang bisa didiagnosis mengalami gangguan dismorfik tubuh bila:
- Khawatir berlebihan terhadap kekurangan yang kecil atau tidak ada pada tubuh
- Pikiran tentang kekurangan itu cukup parah hingga mengganggu kemampuan hidup secara normal
Dokter juga akan menanyakan gejala yang dialami dan memeriksa riwayat kesehatan pasien untuk membedakannya dengan gangguan kejiwaan lain. Gejala gangguan makan, depresi, kecemasan sosial, dan obsesif-kompulsif bisa mirip dengan gejala body dysmorphic disorder.
Cara Mengatasi Body Dysmorphic Disorder
Terdapat setidaknya dua cara untuk mengatasi body dysmorphic disorder, yakni terapi obat-obatan dan psikoterapi. Obat yang tampak bermanfaat dan efektif pada penderita gangguan dismorfik tubuh adalah serotonin-reuptake inhibitors (SRI). SRI adalah sekumpulan obat antidepresan yang telah berhasil digunakan dalam penanganan depresi dan gangguan obsesif-kompulsif.
Pasien yang merespons terapi SRI umumnya menghabiskan lebih sedikit waktu saat menyalurkan obsesi pada kekurangan tubuhnya. Ketika pasien mulai memikirkan kekurangan tersebut, mereka lebih mudah mengesampingkan pikiran tersebut dan memikirkan hal lain. Perasaan cemas, depresi, hingga keinginan bunuh diri pun berkurang seiring dengan waktu.
Adapun psikoterapi yang digunakan dalam penanganan gangguan dismorfik tubuh adalah terapi perilaku kognitif. Tujuannya adalah mengurangi tekanan terkait dengan situasi tertentu yang biasanya mereka hindari karena harus menunjukkan kekurangan tubuh yang dikhawatirkan.
Komplikasi
Komplikasi yang bisa jadi disebabkan atau terkait dengan body dysmorphic disorder antara lain:
- Kepercayaan diri anjlok
- Menutup diri dari lingkungan sosial
- Depresi berat atau gangguan suasana hati lain
- Perilaku atau pikiran untuk bunuh diri
- Gangguan kecemasan
- Gangguan obsesif-kompulsif
- Gangguan makan
- Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
- Masalah kesehatan karena gangguan perilaku
- Sakit fisik atau risiko cacat karena operasi kosmetik berulang
Pencegahan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah body dysmorphic disorder. Cara pencegahan terbaik adalah dengan mendeteksinya sejak dini. Gangguan ini cenderung makin parah ketika usia bertambah. Operasi plastik untuk mengoreksi kekurangan tubuh yang dikhawatirkan jarang bisa menjadi solusi. Anggota keluarga bisa membantu dengan tidak berlebihan dalam mengomentari penampilan atau justru ikut mengolok-olok kekurangan anak atau remaja dalam keluarga tersebut.
Kapan Harus ke Dokter?
Body dysmorphic disorder adalah gangguan mental. Bila anak atau remaja tampak terlalu khawatir terhadap penampilan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kejiwaan. Terlebih jika gejala yang muncul sudah mengganggu kehidupannya sehari-hari.
Reviewed by
Cecilia Helmina Erfanie Sinaga, M.Psi, Psikolog
Psikolog
Primaya Hospital Karawang
Referensi:
- Body Dysmorphic Disorder: Neurobiological Features and an Updated Model. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4237698/. Diakses 3 Maret 2023
- The Mirror Lies: Body Dysmorphic Disorder. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2008/0715/p217.html#afp20080715p217-b2. Diakses 3 Maret 2023
- Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5-TR). https://www.psychiatry.org/psychiatrists/practice/dsm. Diakses 3 Maret 2023
- Body dysmorphic disorder. https://www.monash.edu/medicine/her-centre/education/resources/body-dysmorphic-disorder. Diakses 3 Maret 2023
- What Causes BDD: Research Findings and a Proposed Model. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3859614/. Diakses 3 Maret 2023
- Understanding and treating body dysmorphic disorder. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6343413/. Diakses 3 Maret 2023