Secara global, terdapat kurang-lebih 1,3 juta kasus kanker payudara per tahun dan 458 ribu kematian per 2008. Kanker payudara menjadi ancaman besar terutama pada wanita. Kesadaran masyarakat untuk menjalani pemeriksaan mandiri berperan besar dalam upaya mengurangi laju kasus dan angka kematian. Pemeriksaan itu termasuk dengan mammografi.
Mammografi adalah metode pencitraan menggunakan sinar-X berdosis rendah pada jaringan payudara dalam posisi terkompresi. Guna mendapatkan interpretasi yang baik, dokter membutuhkan dua posisi hasil mammografi dengan proyeksi berbeda 45 derajat.
Peran Mammografi pada Kanker Payudara
Tujuan mammografi bisa untuk screening atau penyaringan guna mendeteksi kanker payudara sejak dini, bisa pula untuk diagnosis dan kontrol dalam pengobatan. Di Indonesia, kanker payudara tercatat sebagai salah satu jenis kanker pemicu kematian yang paling banyak. Dengan deteksi dini, dokter bisa menemukan tanda dan gejala lebih awal sehingga dapat segera menentukan langkah penanganan yang tepat. Walhasil, peluang kesembuhan pasien lebih besar.
Para praktisi kesehatan menyarankan mammografi rutin tiap satu atau dua tahun bagi perempuan berumur di atas 35 tahun. Meski demikian, perempuan berusia lebih muda dapat pula menjalaninya demi deteksi dini. Hingga saat ini masih ada perbedaan pendapat mengenai usia yang tepat untuk menjalani mammografi guna mendeteksi kanker payudara. Walau begitu, semua praktisi medis satu suara bahwa makin bertambah usia, manfaat deteksi dini makin besar.
Dokter dapat memberikan masukan perihal kapan seseorang sebaiknya menjalani mammografi berdasarkan pemeriksaan sebelumnya. Adapun tindakan screening yang menjadi alternatif mammografi antara lain periksa payudara sendiri (sadari) dan periksa payudara klinis (sadanis). Kementerian Kesehatan rutin mengampanyekan metode pemeriksaan payudara itu lewat berbagai media.
Efektivitas Mammografi untuk Skrining Kanker Payudara
Sejauh ini, efektivitas mammografi sebagai metode screening kanker payudara mendapat pengakuan kalangan medis. Mammografi ampuh menemukan kanker payudara, terutama pada perempuan berusia 35 tahun ke atas.
Menurut beberapa studi, sensitivitas mammografi berkisar 85 persen. Artinya, mammografi mampu mengidentifikasi 85 persen perempuan yang menjalani mammografi benar-benar menderita kanker payudara. Sensitivitas ini lebih tinggi pada perempuan berumur 50 tahun lebih. Begitu pula pada wanita yang memiliki payudara berlemak ketimbang perempuan yang payudaranya padat.
Mammografi bisa menunjukkan hasil false positive alias positif palsu, yakni ada kanker padahal payudaranya normal. Menurut penelitian, kemungkinan hasil positif palsu lebih besar pada perempuan yang lebih sering menjalani mammografi. Untuk itu, perlu pemeriksaan lanjutan guna memastikan hasil mammografi tersebut.
Peluang mendapat hasil positif palsu setelah sekali menjalani mammografi adalah 7-12 persen, tergantung usia pasien. Pasien lebih muda lebih berpotensi menemukan hasil positif palsu. Setelah 10 tahun rutin menjalani mammografi, peluang memperoleh false positive adalah 50-60 persen.
Kesimpulan
Meski mammografi adalah cara terefektif untuk screening kanker payudara bagi kebanyakan wanita, metode ini tidaklah sempurna. Mammografi bisa luput mendeteksi 13 persen kanker payudara. Makin padat payudara seseorang, kemungkinan luput makin besar.
Selain itu, beberapa kanker payudara lebih sulit terdeteksi. Misalnya mammografi lebih ampuh menemukan kanker payudara yang bermula dari saluran susu ketimbang kelenjar susu. Dalam beberapa kasus, dokter perlu menjalankan tes lain sebagai kombinasi mammografi untuk memperoleh hasil pemeriksaan lebih baik.
Anda perlu berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk menjalani pemeriksaan mammografi. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan pertimbangan dan penjelasan mengenai mammografi agar lebih memahami efektivitasnya sebagai metode screening kanker payudara.
Ditinjau oleh:
dr. Wiliam, SpRad
Dokter Spesialis Radiologi
Referensi:
https://www.nature.com/articles/s41598-020-64802-x
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf