Asbes dulu banyak dipakai sebagai bahan atap, insulasi, rem mobil, kapal, semen, pipa, keramik, tekstil, atap dan banyak lainnya. Namun sesungguhnya asbes sangat berbahaya bagi kesehatan sehingga banyak negara kemudian melarang pemakaiannya sejak tahun 1970 dikarenakan material debu asbes dapat menyebabkan asbestosis yang membuat fungsi paru terganggu dan rusak.
Mengenal Asbestosis
Asbestosis adalah penyakit paru yang timbul akibat inhalasi debu serat asbes. Saat debu asbes terhirup, serat asbes yang berukuran mikroskopis dan sangat kecil akan mengendap di paru dan tidak bisa dikeluarkan oleh tubuh. Semakin lama pajanan, endapan tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru permanen dan gejala gangguan pernapasan kronis.Â
Asbestosis tidak muncul sesaat setelah seseorang menghirup debu asbes serta butuh waktu lama sebelum gejala muncul dan terasa oleh orang tersebut. Orang yang terdiagnosis mengalami asbestosis saat ini mungkin 10-30 tahun lalu banyak menghirup debu asbes setiap hari. Asbes banyak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan pada 1970-an hingga 1990-an. Menurut NHS, orang yang bekerja di industri konstruksi atau sejenis yang kerap memakai asbes berpotensi telah terpapar debu asbes akan menanggung risiko lebih tinggi terkena asbestosis. Walaupun saat ini asbes sudah tidak sering digunakan di bidang konstruksi, pekerja pembongkaran gedung/bangunan dapat terpajan saat mereka merubuhkan bangunan tua.Â
Untuk penyakit asbestosis saat ini tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan pasien. Masalah pernapasan dapat terus memburuk dan dapat mengakibatkan sesak napas hingga gagal napas bila tidak mendapat penanganan dan perawatan yang tepat. Asbetosis dapat menjadi faktor resiko terjadinya kanker paru, terutama bagi perokok yang memiliki pajanan terhadap asbes. Â
Gejala
Asbestosis biasanya berkembang lambat dan gejalanya tidak disadari hingga berpuluh tahun kemudian setelah terpajan debu serat asbes. Gejala itu antara lain:
- Napas pendek atau dispneu
- Batuk kering dan terus-menerus
- Nyeri dada
- Batuk darah
- Kehilangan selera makan
- Kelelahan ekstrim
- Jari tangan atau kaki membengkak
Napas pendek sebagai gejala asbestosis biasanya pada awalnya muncul pada saat beraktivitas fisik, tapi lama-kelamaan menjadi lebih konsisten.
Penyebab
Seperti disebutkan sekilas sebelumnya, seseorang dapat mengalami asbestosis jika sering menghirup udara yang mengandung debu asbes atau asbestos. Asbestos sendiri merupakan sebutan untuk sekelompok mineral yang digunakan di banyak industri. Terdapat beberapa macam partikel asbestos yang dibedakan berdasarkan bentuknya.
Partikel asbes yang panjang, lurus, dan berbentuk seperti batang lebih berbahaya untuk kesehatan. Ketika terhirup dan masuk ke dalam organ paru, partikel ini menyebabkan jaringan parut pada paru dan dapat mengganggu gerakan mengembang dan mengempisnya paru selama bernapas. Menghirup asbes juga dapat mengakibatkan penebalan selaput yang menyelimuti paru (pleura). Selain lewat udara yang terhirup, partikel asbestos dapat masuk ke tubuh lewat konsumsi makanan atau minuman yang tercemar debu asbes.  Â
Semakin sering terpajan debu asbes, semakin besar risiko mengalami asbestosis atau penyakit lain yang berkaitan dengan partikel asbestos. Pekerjaan yang berisiko tinggi mengalami asbestosis adalah pekerja konstruksi, mekanik kendaraan, pekerja elektrik, pekerja galangan kapan dan pekerja lain yang berhubungan dengan serat asbes.Â
Cara Dokter Mendiagnosis Asbestosis
Umumnya dokter menegakkan diagnosis asbestosis berdasarkan beberapa temuan, seperti:
- Paparan asbestos derajat sedang hingga berat
- Tanda klinis fibrosis atau jaringan parut pada paru
- Gambaran buram di paru pasien
- Fungsi paru yang rusak
Temuan itu diperoleh dari pengecekan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik pasien. Selain itu, dokter akan menanyakan riwayat pekerjaan atau aktivitas sebelumnya yang berkaitan dengan paparan asbestos. Temuan itu juga didapatkan dari serangkaian tes, seperti:
- Roentgen dada (Chest X-Ray)
- CT scan toraks / rongga dada
- Tes fungsi paru (spirometri)
Cara Mengatasi Asbestosis
Saat terdiagnosis asbestosis, tidak ada terapi spesifik untuk menyembuhkan ataupun memulihkan kerusakan paru seperti semula. Namun terdapat pilihan pengobatan dan perubahan gaya hidup yang membantu meredakan gejala serta mencegah kerusakan lebih parah. Salah satu cara utama dan penting adalah segera berhenti merokok jika memiliki kebiasaan merokok dan hindari pajanan asap rokok. Terapi tambahan lain adalah terapi rehabilitasi paru untuk membantu latihan pernapasan dan meningkatkan kekuatan paru untuk memperingan gejala asbestosis.Â
Penting untuk segera menurunkan atau menghentikan pajanan asbestos lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan memakai masker atau pakaian khusus saat bekerja atau bahkan berganti pekerjaan. Diskusikan dengan dokter cara terbaik untuk menghindari pajanan di lingkungan pekerjaan jika mampu laksana.Â
Perawatan untuk mengurangi tingkat keparahan gejala termasuk terapi pemberian oksigen tambahan. Jaringan parut akibat asbestosis membuat pasien sulit mengambil napas dalam sehingga jumlah oksigen yang masuk ke tubuh lebih sedikit. Terapi oksigen akan menambah jumlah oksigen dari tiap kali napas.Â
Dokter juga mungkin akan meresepkan obat-obatan tambahan yang berguna membuat napas lebih mudah. Selain itu, pasien akan diimbau mendapat vaksin influenza, vaksin pneumonia, vaksin COVID19 dan infeksi pernapasan lain untuk mencegah perburukan kondisi paru. Pada kasus jaringan parut yang berat, pilihan yang mungkin harus diambil adalah transplantasi paru.
Komplikasi
Jika positif mengalami asbestosis, artinya sudah terbentuk jaringan parut pada paru yang mengakibatkan kedua paru kehilangan elastisitas atau kemampuannya memasukkan oksigen dengan baik dan optimal. Karena itulah gejala awalnya adalah napas pendek terutama ketika melakukan aktivitas fisik. Ketika kondisi itu makin parah, dapat muncul komplikasi seperti batuk berdahak dan mengi (sesak yang disertai bunyi) yang parah. Berdasarkan American Cancer Society, pajanan debu asbes dapat meningkatkan risiko kanker, khususnya kanker paru. Terdapat laporan kanker mesotelioma atau lapisan organ lain seperti perut, dan dada serta kanker lambung, usus, ovarium, dan laring atau pita suara. Jika sudah mengalami kanker paru atau mesothelioma, pasien dapat menjalani pengobatan terkait bedah, kemoterapi atau radioterapi sesuai indikasi.Â
Pencegahan
Asbestosis dapat dicegah terutama dengan mengurangi paparan debu asbes. Saat ini sudah banyak pelaku industri yang sadar akan risiko partikel asbes sehingga tidak lagi menggunakan bahan tersebut dalam pekerjaan.Â
Kapan Harus ke Dokter?
Jika merasa napas lebih pendek dari biasanya dan terus-menerus mengalami gejala batuk, masih ada kemungkinan merupakan gejala awal asbestosis, terutama jika memiliki riwayat terpajan partikel asbestos sebelumnya. Untuk memastikannya, sebaiknya datangi dokter atau dokter Spesialis Paru untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.Â
Reviewed by
Dokter Spesialis Paru
Primaya Hospital Bekasi Timur
Referensi:
- Asbestos and Cancer Risk. https://www.cancer.org/healthy/cancer-causes/chemicals/asbestos.html. Diakses 5 Februari 2023
- Asbestosis. https://medbroadcast.com/condition/getcondition/asbestosis. Diakses 5 Februari 2023
- Asbestosis. https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/lungs-and-airways/asbestosis. Diakses 5 Februari 2023
- Asbestos-related cancers: the ‘Hidden Killer’ remains a global threat. https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/14737140.2020.1745067. Diakses 5 Februari 2023
- Asbestos Exposure and Cancer Risk. https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/substances/asbestos/asbestos-fact-sheet. Diakses 5 Februari 2023
- Exposure to asbestos: past, present and future. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5830559/. Diakses 5 Februari 2023Â
- Susanto AD, Yunus F, Ikhsan F, Fitriani F (Editor). Penyakit Paru Kerja dan Lingkungan, Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan, 2017.Â
- What is Asbestosis?. https://www.asbestosassociation.com.au/about-asbestos/asbestosis/. Diakses 5 Februari 2023