Transplantasi sumsum tulang adalah prosedur serius yang melibatkan risiko dan memerlukan pemantauan dan manajemen yang intensif selama periode pasca-transplantasi. Salah satu risiko itu adalah graft versus host disease yang bisa berakibat fatal pada individu yang menerima transplantasi. Untuk itu, dibutuhkan seleksi donor yang cocok, persiapan yang cermat, serta pemantauan ketat dalam transplantasi.
Mengenal Graft versus Host Disease
Graft versus host disease adalah suatu kondisi yang dapat terjadi setelah transplantasi sumsum tulang atau sel punca hematopoietik. Prosedur transplantasi ini umumnya dijalankan untuk mengatasi kondisi seperti limfoma, leukemia, atau penyakit darah lain. Graft versus host disease terjadi saat sel-sel imun yang berasal dari sumsum tulang donor menyerang jaringan tubuh penerima karena menganggapnya sebagai benda asing karena adanya ketidakcocokan antara donor dan penerima transplantasi.
โGraftโ di sini merujuk pada sumsum tulang atau sel darah yang disuntikkan atau diinfuskan ke dalam tubuh penerima sebagai bagian dari prosedur transplantasi. Adapun โhostโ mengacu pada penerima transplantasi. Dalam graft versus host, sel-sel T dari donor bisa bereaksi melawan sel-sel penerima dan menyebabkan respons imun yang berlebihan hingga mengakibatkan kerusakan organ dan jaringan, seperti hati, saluran pencernaan, mata, dan paru-paru.
Kondisi ini bisa terjadi dalam dua bentuk, yakni akut dan kronis. Graft versus host disease akut biasanya muncul beberapa minggu setelah transplantasi, sedangkan graft versus host disease kronis berkembang secara bertahap hingga beberapa bulan pasca-transplantasi.
Seperti dikutip dari artikel di National Library of Medicine, baik graft versus host disease kronis maupun akut masih menjadi tantangan dalam proses transplantasi sumsum tulang. Meski kondisi ini sudah dikendalikan dengan kortikosteroid, banyak pasien yang mengalami efek samping yang merugikan dan meninggal akibat infeksi yang terkait dengan penekanan kerja sistem imun atau imunosupresi.
Gejala
Gejala graft versus host disease bisa dibedakan berdasarkan sifatnya apakah kronis atau akut serta organ atau jaringan mana yang terkena dampak. Berikut ini sejumlah gejala yang umum:
- Muncul ruam di kulit yang bisa terasa gatal dan sakit
- Pembengkakan pada area tubuh tertentu
- Diare, bisa disertai darah
- Kram atau nyeri pada perut
- Muntah
- Kulit dan mata kuning
- Mata kering dan ada sensasi iritasi atau terbakar
- Kesulitan bernapas
- Batuk-batuk
- Sendi terasa kaku
- Kelelahan
- Demam
Penyebab
Faktor penyebab graft versus host disease melibatkan interaksi sel donor dan penerima yang rumit serta reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap perubahan yang terjadi seusai transplantasi sumsum tulang. Faktor-faktor itu meliputi:
- Ketidakcocokan human leukocyte antigen, yakni sekelompok protein pada permukaan sel yang bertanggung jawab mengenali sel asing dan membedakannya dari sel tubuh sendiri, antara donor dan penerima
- Ketidakcocokan antara sel T donor dan penerima sehingga sel T donor menyerang jaringan tubuh penerima
- Jumlah sel T dari donor yang didapatkan penerima terlalu tinggi
Interaksi sejumlah faktor ini bisa memicu respons sistem imun yang berlebihan atau tak terkontrol terhadap jaringan penerima sehingga terjadi graft versus host disease.
Cara Dokter Mendiagnosis
Proses diagnosis graft versus host disease bisa melibatkan sejumlah tahap dan membutuhkan kolaborasi berbagai spesialis. Diagnosis yang tepat amat penting guna merencanakan pengelolaan dan pengobatan yang sesuai. Metode yang biasa dipakai antara lain:
- Evaluasi gejala dan riwayat kesehatan pasien, termasuk apa saja gejala yang dialami, kapan munculnya, dan bagaimana tingkat keparahannya
- Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda-tanda klinis seperti ruam kulit, pembengkakan, atau kondisi organ lain
- Tes darah yang meliputi pengukur kadar bilirubin dan sel darah putih serta enzim hati untuk mengecek kondisi sel darah dan fungsi organ
- Biopsi atau pengambilan sampel jaringan dari organ seperti kulit, usus, atau hati untuk mengecek tanda peradangan dan respons sel
- Tes pencitraan dengan MRI atau CT scan untuk mendapatkan gambar organ secara lebih detail
- Evaluasi fungsi organ dengan berbagai tes yang diperlukan
Cara Mengatasi
Pemantauan dan perawatan yang intensif diperlukan untuk menangani graft versus host disease. Penanganan ini umumnya melibatkan pendekatan kolaboratif dan menyeluruh dari tim perawatan yang mencakup dokter ahli imunologi, dokter spesialis transplantasi, dan perawat serta spesialis lain yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien.
Adapun cara penanganan graft versus host disease yang umum meliputi:
- Pemberian obat penekan sistem imun, seperti kortikosteroid, yang dapat meredakan gejala
- Pemantauan dan penilaian secara ketat terhadap tanda dan gejala serta respons terhadap pengobatan
- Pemberian obat tambahan bila obat konvensional tak memberikan hasil yang diharapkan
- Manajemen dan perawatan pendukung, seperti memastikan kebutuhan nutrisi dan cairan tercukupi
- Terapi yang ditujukan khusus pada organ tertentu yang terpengaruh oleh kondisi ini
Selain pendekatan-pendekatan itu, dokter bisa melakukan pengobatan berdasarkan penelitian dan uji klinis, seperti penggunaan sel T pengatur ulang dan terapi sel T berbasis chimeric antigen receptor.
Komplikasi
Graft versus host disease bisa berkembang dan menimbulkan gejala yang kian parah seiring dengan waktu. Berbagai komplikasi bisa muncul sesuai dengan tingkat keparahan yang dialami organ yang terpengaruh, seperti peradangan lapisan jantung, peradangan paru-paru, dan gagal hati.
Pencegahan
Hingga kini belum ada cara pasti untuk mencegah graft versus host disease. Namun upaya pencegahan menjadi bagian penting dalam prosedur transplantasi sumsum tulang. Upaya itu antara lain:
- Mencari donor yang memiliki kemiripan genetik tinggi dengan penerima, dalam hal ini anggota keluarga menjadi opsi utama
- Memakai sel darah yang telah menjalani penyaringan untuk mengurangi jumlah sel T donor
- Pemberian obat penekan sistem kekebalan tubuh sebelum dan setelah prosedur transplantasi
Kapan Harus ke Dokter?
Gejala graft versus host disease bisa berbeda-beda antara satu orang dan yang lain. Reaksi kondisi ini juga bisa muncul dalam jangka waktu yang berbeda seusai transplantasi. Karena itu, bila seorang individu mengalami gejala yang mencurigakan pasca-transplantasi sumsum tulang, segera datangi rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter.
Narasumber:
dr. Barry Anggara Putra, Sp. PD
Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Hospital Bekasi Timur
Referensi:
- Graft-Versus-Host Disease. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538235/. Diakses 12 Januari 2024
- Graft vs. Host Disease. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10255-graft-vs-host-disease-an-overview-in-bone-marrow-transplant. Diakses 12 Januari 2024
- Recent advances in graft-versus-host disease. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10009889/. Diakses 12 Januari 2024
- Acute graft-versus-host disease. https://www.nature.com/articles/s41572-023-00438-1. Diakses 12 Januari 2024
- Chronic graft-versus-host disease. https://www.astctjournal.org/article/S1083-8791(03)00062-4/fulltext. Diakses 12 Januari 2024
- Pathogenesis of graft-versus-host disease (GVHD). https://www.uptodate.com/contents/pathogenesis-of-graft-versus-host-disease-gvhd. Diakses 12 Januari 2024
- Treatment and management of graft-versus-host disease: improving response and survival. https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/2040620713489842. Diakses 12 Januari 2024