Bergerak aktif setiap hari sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Apalagi bila berolahraga secara teratur. Tapi hati-hati, ada risiko cedera olahraga yang bisa muncul kapan saja. Olahraga harus dilakukan secara cermat dan tepat untuk mengurangi risiko cedera yang justru dapat merugikan kesehatan.
Mengenal Cedera Olahraga
Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi ketika seseorang berolahraga baik secara mandiri maupun berkelompok. Atlet yang telah terbiasa berolahraga pun tidak luput dari risiko cedera. Karena itu, masyarakat awam yang belum paham mengenai teori olahraga untuk meminimalkan cedera perlu lebih berhati-hati sebelum, saat, hingga selesai berolahraga.
Cedera olahraga bisa menimpa bagian tubuh mana pun, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Organ dalam pun juga dapat mengalami cedera dan dampaknya sering kali lebih besar karena tidak langsung terlihat atau terasa saat itu juga. Dalam pertandingan sepak bola, misalnya, pemain yang mengalami benturan di kepala mungkin masih bisa bermain di lapangan. Tapi, setelah diperiksa lebih detail, bisa jadi ada cedera seperti gegar otak atau masalah lain yang lebih serius.
Ada berbagai jenis cedera olahraga, tergantung apa olahraga yang dilakukan. Di antaranya:
- Sprain: regangan berlebih atau robekan pada ligamen, yakni jaringan yang menghubungkan dua tulang atau satu sendi dengan sendi lain.
- Strain: regangan berlebih atau robekan pada otot atau tendon. Tendon adalah jaringan yang menghubungkan tulang dengan otot. Sprain dan strain sering diartikan sebagai keseleo atau terkilir, tapi keduanya berbeda.
- Cedera lutut: cedera apa pun yang membuat gerakan lutut terganggu, dari regangan berlebih hingga robekan pada otot atau jaringan di lutut.
- Robekan tendon Achilles: tendon Achilles terletak di belakang pergelangan kaki yang jika robek atau rusak bisa menimbulkan rasa sakit yang parah dan sulit berjalan.
- Fraktur: sering disebut juga patah tulang.
- Dislokasi: cedera olahraga yang membuat tulang mengalami dislokasi alias terlepas dari tempat asalnya.
- Cedera rotator cuff: cedera yang terjadi pada rotator cuff, yakni sejumlah jaringan otot yang bekerja bersama-sama untuk memudahkan bahu bergerak ke segala arah.
- Cedera punggung: cedera pada punggung yang disebabkan oleh berbagai hal, dari terjatuh saat berolahraga, tertabrak, hingga terlalu kuat melakukan gerakan tertentu.
Siapa Saja yang Berisiko Alami Cedera Olahraga
Manfaat olahraga secara teratur adalah untuk menjaga kesehatan. Tapi kesehatan juga bisa terganggu saat berolahraga karena ada risiko cedera. Semua orang berisiko mengalami cedera olahraga, tapi tingkat risikonya berbeda-beda. Faktor risiko cedera olahraga bisa dibedakan menjadi internal dan eksternal, yakni:
1. Faktor internal
Ini faktor yang berkaitan dengan individu yang melakukan olahraga itu sendiri. Contohnya:
- Usia tua
- Badan sedang tidak fit
- Kurang terampil
- Pemahaman tentang olahraga kurang baik
- Ada cedera sebelumnya
- Ada kondisi anatomi tubuh yang membuat lebih mudah cedera
- Faktor psikologis, seperti berambisi tinggi memenangi kompetisi
2. Faktor eksternal
Ini faktor yang mencakup kondisi di luar individu yang berolahraga. Misalnya:
- Manusia, misalnya tertabrak pemain lawan
- Komponen pertandingan, misalnya pelatih meminta berolahraga lebih keras
- Peralatan olahraga yang kurang memadai
- Faktor lingkungan, misalnya rumput yang tinggi atau tanah tidak rata
Seseorang bisa mengalami cedera karena faktor internal, eksternal, ataupun kombinasi keduanya.
Manfaat Olahraga Secara Teratur
Manfaat olahraga secara teratur adalah untuk diri sendiri yang terutama. Ada manfaat yang bisa diraih dengan segera, ada pula yang dalam jangka waktu tertentu. Misalnya:
- Menaikkan sistem imun untuk mencegah penyakit
- Meningkatkan kemampuan kognitif
- Melatih keterampilan
- Mengurangi risiko depresi dan gangguan kecemasan
- Membantu tidur lebih baik
- Menjaga berat badan tubuh ideal
- Menguatkan tulang dan otot agar tak mudah cedera atau keropos di hari tua
- Meningkatkan peluang hidup lebih lama
Apa yang Harus Dilakukan Saat Mengalami Cedera Olahraga?
Orang yang mengalami cedera olahraga sebaiknya langsung menghentikan aktivitasnya untuk memeriksa kondisi cedera yang dialami. Terutama jika merasa sakit, memar, bengkak, atau sulit bergerak. Kadang beberapa gejala ini baru terasa beberapa menit atau jam setelah berolahraga. Jika memaksakan diri terus berolahraga, cedera bisa makin parah dan lebih sulit disembuhkan.
Jika hanya mengalami cedera minor, seperti lecet atau memar, Anda bisa merawatnya sendiri di rumah. Karena itu, penting untuk menyediakan kotak P3K atau pertolongan pertama pada kecelakaan. Penanganan cedera olahraga tergantung jenis cedera yang dialami. Bila ragu, cara terbaik untuk menangani cedera adalah membawanya ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Kapan Harus ke Dokter?
Beberapa jenis cedera olahraga membutuhkan penanganan medis oleh profesional. Contohnya patah tulang, cedera otot dan ligament, dan cedera lain yang membuat individu merasa sangat kesakitan hingga tak sanggup bergerak atau tak sadarkan diri. Di rumah sakit terdapat layanan spesialis yang dapat diakses untuk mendiagnosis dan merawat cedera yang terjadi akibat aktivitas fisik, termasuk olahraga. Dokter Ortopedi, misalnya, dapat menangani cedera yang berkaitan dengan tulang,ligament dan otot. Bila mengalami cedera parah, instalasi atau unit gawat darurat di rumah sakit menjadi yang pertama menangani. Setelah itu, pasien bisa dirujuk ke dokter spesialis sesuai dengan kondisi pasien jika perlu.
Ditinjau oleh
dr. L. Yudhantoro, Sp.OT, AIFO-K, FICS
Dokter Spesialis Ortopedi
Referensi
- Everything You Need to Know About Sports Injuries and Rehab. https://www.healthline.com/health/sports-injuries. Diakses 19 Februari 2022
- Great Challenges Toward Sports Injury Prevention and Rehabilitation. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fspor.2020.00080/full. Diakses 19 Februari 2022
- Sports, exercise, and other causes of injuries: results of a population survey. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9016479/. Diakses 19 Februari 2022
- Analyzing injuries among university-level athletes: prevalence, patterns and risk factors. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5596969/. Diakses 19 Februari 2022
- Prevention of Overuse Sports Injuries in the Young Athlete. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3796354/. Diakses 19 Februari 2022