Difteri adalah infeksi serius pada hidung dan tenggorokan yang serius. Penyakit ini pernah menjadi wabah mematikan di sejumlah negara dengan sebagian besar korban adalah anak-anak. Kini difteri sudah jarang terjadi berkat adanya vaksin, tapi tetap perlu diwaspadai karena dampak yang membahayakan jiwa.Â
Mengenal Difteri
Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri yang menyebar lewat percikan dahak atau lendir ini dapat mengeluarkan racun yang bisa merusak jaringan saluran pernapasan. Difteri terutama menyerang sistem pernapasan atas, tapi juga bisa mempengaruhi organ lain.
Umumnya penularan difteri terjadi lewat kontak langsung dengan percikan dahak atau lendir dari orang yang terinfeksi. Misalnya ketika orang tersebut batuk atau bersin. Difteri juga bisa menyebar melalui benda-benda yang terkontaminasi bakteri tersebut atau kontak langsung antarkulit, terutama dari luka terbuka.
Difteri pernah mewabah pada 2017 dan sejak itu ada tren peningkatan jumlah kasus di Indonesia. Untuk mencegah penularan, ada program vaksinasi difteri yang diberikan sejak masa kanak-kanak. Difteri bisa membawa ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat secara umum jika tak dikendalikan dengan baik. Karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gejala difteri dan pentingnya vaksinasi guna mencegah penularan atau meminimalkan dampak difteri.
Gejala
Salah satu gejala difteri yang khas adalah munculnya lapisan berwarna abu-abu atau keputihan yang menutupi tenggorokan dan amandel. Lapisan ini bisa dilihat ketika pasien membuka mulutnya lebar-lebar. Lapisan yang disebut membran difteri ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan bernapas. Gejala utama lainnya termasuk:
- Sakit tenggorokan
- Demam
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher yang terasa sakit
- Tidak enak badan
- Badan letih dan lesu
- Suara serak
- Pusing
- Sesak Nafas disertai Stridor
- Pesudomembran mudah berdarah
Gejala difteri pada tiap pasien bisa berbeda-beda. Ada juga kemungkinan seseorang terinfeksi bakteri difteri tapi tak bergejala, namun tetap dapat menulari orang lain.
Penyebab
Penyebab difteri adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyebar lewat kontak dengan percikan dari saluran pernapasan orang yang terinfeksi. Menurut CDC, risiko penularan bakteri ini meningkat pada orang yang tinggal di rumah yang sama dengan orang yang terinfeksi, sering berkontak erat dengan pasien difteri, serta terpapar sekresi langsung dari bagian tubuh pasien yang dicurigai terinfeksi, seperti kulit dan mulut.Â
Orang juga lebih rentan terinfeksi jika belum mendapat vaksin difteri serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang yang terinfeksi difteri bisa menjadi sumber penularan bagi orang lain, bahkan ketika tak ada gejala. Karena itu, penting untuk mengambil langkah pencegahan, termasuk vaksinasi, guna mengendalikan penyebaran penyakit ini.
Cara Dokter Mendiagnosis Difteri
Dokter akan mencari tanda dan gejala khas difteri untuk menegakkan diagnosis. Terutama membran difteri yang menutupi amandel dan tenggorokan. Dokter juga akan mengecek apakah ada pembengkakan kelenjar getah bening serta menanyakan gejala yang dialami serta memastikan apakah pasien sudah mendapat vaksin difteri atau belum.
Tes laboratorium juga dibutuhkan guna memastikan diagnosis, antara lain lewat pemeriksaan sampel dari tenggorokan dan hidung atau luka terbuka jika ada ataupun tes darah. Jenis tes yang bisa dilakukan antara lain:
- Kultur bakteri untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Corynebacterium
- Tes PCR untuk mendeteksi DNA bakteri secara spesifik
- Tes serologi guna mengidentifikasi antibodi dalam darah yang dihasilkan ketika ada infeksi
Untuk menunjang diagnosis, dokter juga bisa merekomendasikan tes rontgen untuk mengecek apakah ada komplikasi pada organ pernapasan terutama paru-paru serta elektrokardiogram guna .
Cara Mengatasi Difteri
Penanganan difteri meliputi penggunaan obat antitoksin untuk mencegah racun difteri merusak jaringan tubuh. Pengobatan ini penting untuk mengatasi infeksi bakteri pada saluran pernapasan. Penggunaan obat antibiotik juga diperlukan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
Pasien difteri biasanya tak bisa lagi menulari orang lain 48 jam setelah mulai mengonsumsi antibiotik. Tapi penting untuk memastikan resep antibiotik dituntaskan agar bakteri sepenuhnya hilang dari tubuh. Setelah obat antibiotik habis, dokter perlu menjalankan tes lagi untuk memastikan bakteri sudah tak ada lagi di dalam tubuh pasien.
Komplikasi
Difteri termasuk penyakit infeksi yang bisa menyebabkan komplikasi mematikan bila tak diobati dengan tepat. Dari saluran pernapasan, racun bakteri difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan organ lain. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:
- Gangguan pernapasan, termasuk sesak napas dan gagal napas
- Kerusakan jantung akibat racun yang merusak otot jantung atau infeksi yang menyebar ke jaringan jantung
- Kerusakan saraf lantaran racun difteri menyerang sistem saraf hingga mengakibatkan gangguan seperti kelemahan otot, kelumpuhan, dan kesulitan menelan
- Infeksi sekunder, seperti infeksi telinga, pneumonia, atau infeksi saluran pernapasan bawah
- Toksemia difteri, yakni kondisi serius ketika racun difteri menyebar ke seluruh tubuh lewat aliran darah sehingga terjadi kerusakan sistemik
Pencegahan
Difteri bisa dicegah lewat vaksinasi atau imunisasi dengan vaksin difteri. Di Indonesia, ada vaksin difteri pertusis tetanus-hepatitis B-hemofilus influenza tIpe B (DPT-HB-Hib), difteri tetanus (DT), dan tetanus difteri (Td) yang diberikan sesuai dengan usia.Â
Penerapan pola hidup bersih dan sehat juga penting untuk mencegah penularan bakteri difteri, seperti dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, mengenakan masker, dan menjaga jarak dari orang yang sakit.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala yang diduga difteri, segera cari perawatan medis. Difteri adalah penyakit serius yang memerlukan penanganan sedini mungkin guna mencegah komplikasi yang membahayakan sekaligus mengurangi risiko penularan kepada orang lain.
Narasumber
Dokter Spesialis Anak
Primaya Hospital Makassar
Referensi:
- The outbreak of diphtheria in Indonesia. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6691314/. Diakses 5 Juni 2023
- Diphtheria. https://www.medicinenet.com/diphtheria_facts/article.htm. Diakses 5 Juni 2023
- Clinical manifestations, diagnosis, and treatment of diphtheria. https://www.uptodate.com/contents/clinical-manifestations-diagnosis-and-treatment-of-diphtheria. Diakses 5 Juni 2023
- Diphtheria vaccine. https://immunizebc.ca/vaccines-by-disease/diptheria. Diakses 5 Juni 2023
- Diphtheria Treatments and Prevention. https://www.si.edu/spotlight/antibody-initiative/diphtheria. Diakses 5 Juni 2023
- About Diphtheria. https://www.cdc.gov/diphtheria/about/index.html. Diakses 5 Juni 2023
- Diphtheria. https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/diphtheria. Diakses 5 Juni 2023