Hidrosefalus merupakan kondisi yang cukup mengkhawatirkan, yang bisa terjadi pada dewasa dan anak-anak karena berbagai penyebab. Penanganan sedini mungkin, terutama pada bayi, diharapkan dapat meminimalisisasi kerusakan dan komplikasi yang dapat terjadi. Oleh karenanya, sangatlah penting bagi orang tua yang anaknya mengalami kondisi hidrosefalus untuk mengenali apa dan bagaimana perawatan terhadap hidrosefalus. Data internasional sendiri telah menunjukkan bahwa 0-3% anak mengalami kematian akibat penyakit ini serta akibat penanganannya.
Perawatan pasien hidrosefalus perlu dilakukan dengan cermat. Maka dari itu, Anda bisa menghubungi layanan homecare dari Kavacare di 0811 1446 777 untuk mendapatkan bantuan perawatan hidrosefalus di rumah dari perawat medis profesional dan berpengalaman.
Definisi Hidrosefalus
Kalau Anda pernah melihat seorang bayi mengalami pembesaran di bagian kepala, kondisi tersebut yang dinamakan dengan hidrosefalus. Hidrosefalus sendiri terjadi karena menumpuknya cairan serebrospinal dalam ventrikel atau rongga pada otak. Cairan serebrospinal ini adalah cairan organik bening yang berada di sekitar otak dan sumsum tulang belakang.
Cairan serebrospinal mengalir secara konstan dalam ventrikel (rongga) pada otak dan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
- Untuk melindungi tubuh dari benturan pada otak dan sumsum tulang belakang;
- Sebagai alat untuk mengirimkan gizi ke otak dan membuang zat-zat yang tidak diperlukan darinya;
- Mengalir timbal-balik dari rongga otak dan rongga tulang belakang untuk menjaga tekanan yang stabil dalam otak
- Menjaga otak tetap ringan sehingga otak yang cukup berat dapat mengapung dalam tengkorak.
Penumpukan cairan serebrospinal pada otak dapat menimbulkan tekanan yang berbahaya pada jaringan otak yang terdapat dalam tengkorak. Hidrosefalus dapat terjadi pada orang dengan usia berapa pun, tetapi paling umum terjadi pada bayi dan lansia yang berusia di atas 60 tahun.
Penyebab Hidrosefalus
Hidrosefalus sendiri disebabkan adanya ketidakseimbangan antara cairan serebrospinal yang dihasilkan dengan yang terserap ke dalam aliran darah. Cairan yang dihasilkan oleh jaringan yang berada pada rongga otak ini mengalir melalui rongga tersebut hingga pada rongga sekitar otak dan kolom tulang belakang.
Penumpukan cairan serebrospinal ini biasanya terjadi karena tiga alasan, yaitu:
- Sumbatan (obstruksi). Masalah yang paling umum terjadi adalah sumbatan parsial (sebagian) dari aliran cairan serebrospinal, apakah terjadi pada aliran dari satu ventrikel ke ventrikel lain atau dari ventrikel otak ke rongga lain di dalam otak.
- Penyerapan yang buruk. Masalah penyerapan yang buruk ini tidak terjadi sesering masalah penyumbatan. Masalah ini sendiri terjadi umumnya akibat peradangan pada jaringan otak yang disebabkan oleh penyakit atau cedera pada kepala.
- Produksi berlebih. Di antara ketiga penyebab hidrosefalus, masalah ini paling jarang terjadi. Namun, kadangkala produksi cairan serebrospinal lebih banyak daripada cairan yang terserap hingga mengakibatkan penumpukan cairan dalam rongga otak.
Tanda dan Gejala Hidrosefalus
Karena kondisi ini cukup serius, Anda perlu dengan segera untuk mengenali apa dan bagaimana perawatan hidrosefalus ini. Ada beberapa gejala yang bisa dilihat apabila bayi atau seseorang mengidap hidrosefalus. Berikut ini adalah tanda-tanda untuk mengenali kondisi ini, baik pada bayi, anak-anak, hingga orang dewasa.
Pengidap | Tanda Fisik | Gejala |
Bayi | โย ย ย ย ย Perubahan pada kepala, ditandai dengan:
โย ย ย ย ย Kepala yang ukurannya melebihi ukuran normal; โย ย ย ย ย Peningkatan yang cepat pada ukuran kepala; โย ย ย ย ย Fontanel (ubun-ubun) yang menonjol atau keras di atas kepala. |
โย ย ย ย ย Mual dan muntah;
โย ย ย ย ย Selalu mengantuk atau letargi (keletihan yang berlebihan); โย ย ย ย ย Rewel; โย ย ย ย ย Sulit makan; โย ย ย ย ย Kejang; โย ย ย ย ย Mata terpaku ke arah bawah; โย ย ย ย ย Masalah dengan alur otot dan kekuatanโ |
Balita dan anak-anak yang lebih tua | โย ย ย ย ย Gerakan mata yang tidak normal;
โย ย ย ย ย Pembesaran pada kepala yang tidak normal. |
โย ย ย ย ย Sakit kepala;
โย ย ย ย ย Penglihatan kabur atau penglihatan ganda; โย ย ย ย ย Rasa mengantuk atau letargi; โย ย ย ย ย Mual atau muntah; โย ย ย ย ย Keseimbangan yang tidak stabil; โย ย ย ย ย Koordinasi yang buruk; โย ย ย ย ย Nafsu makan buruk; โย ย ย ย ย Sulit mengendalikan buang air kecil atau sering buang air kecil; โย ย ย ย ย Sikap mudah tersinggung; โย ย ย ย ย Perubahan perilaku; โย ย ย ย ย Penurunan pada performa sekolah; โย ย ย ย ย Penundaan atau masalah pada keahlian yang sebelumnya telah ada, seperti berjalan atau berbicara. |
Orang dewasa muda dan paruh baya | – | โย ย ย ย ย Sakit kepala;
โย ย ย ย ย Rasa mudah letih; โย ย ย ย ย Kehilangan koordinasi atau keseimbangan; โย ย ย ย ย Kehilangan kontrol terhadap buang air kecil atau sering buang air kecil; โย ย ย ย ย Gangguan penglihatan; โย ย ย ย ย Penurunan pada ingatan, konsentrasi, dan kemampuan pikir lain yang dapat mempengaruhi performa kerja. |
Lansia | – | โย ย ย ย ย Kehilangan kontrol terhadap buang air kecil atau sering ingin buang air kecil;
โย ย ย ย ย Kehilangan kemampuan atau logika dengan cepat; โย ย ย ย ย Kesulitan berjalan, seperti shuffling gait (jalan dengan langkah pendek-pendek dan kaku) atau perasaan akan terhambatnya gerakan kaki; โย ย ย ย ย Koordinasi atau keseimbangan yang buruk. |
Perawatan Hidrosefalus Pada Dewasa
Hidrosefalus dapat ditangani melalui operasi, baik hidrosefalus yang terjadi pada bayi atau orang dewasa. Ada dua jenis operasi yang dapat dilakukan untuk sebagai metode perawatan pada hidrosefalus.
1. Shunt
Penanganan paling umum pada hidrosefalus adalah operasi pemasangan selang yang disebut dengan Ventriculoperitoneal shunt (VP shunt). Selang ini berupa selang panjang yang fleksibel dan dilengkapi dengan katup untuk menjaga cairan dari otak mengalir ke arah yang tepat dan pada jumlah yang sesuai.
Satu ujung pada selang biasanya ditempatkan pada salah satu ventrikel otak dan kemudian dipasang di bawah kulit ke bagian lain pada tubuh, misalnya perut atau rongga hati. Pada organ inilah cairan serebrospinal akan dialirkan dan kemudian diserap ke dalam darah.
2. Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV)
Selain shunt, hidrosefalus juga dapat ditangani lewat operasi yang dinamakan dengan Endoscopic third ventriculostomy, di mana dokter akan membuat lubang pada dasar salah satu ventrikel atau antara ventrikel otak agar cairan serebrospinal dapat mengalir keluar dari otak. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan endoskop untuk melihat rongga pada otak.
Prosedur operasi ini lebih cocok dilakukan pada hidrosefalus yang terjadi akibat sumbatan (hidrosefalus obstruksi). Semua operasi tentunya mempunyai resiko masing-masing, tetapi operasi ETV ini mempunyai dampak resiko infeksi yang lebih kecil daripada operasi shunt.
3. Proses Penyembuhan
Hidrosefalus merupakan kondisi yang berkelanjutan, maka setelah operasi dilakukan, Anda tetap harus melakukan kontrol rutin ke dokter untuk memeriksakan kondisi tersebut. Setelah operasi, pasien hidrosefalus bisa jadi mengalami gejala-gejala, seperti:
- Kulit memerah, melembek, sakit atau bengkak di sekitar selang atau sayatan bekas operasi;
- Rasa mudah tersinggung atau mengantuk;
- Mual, muntah, sakit kepala atau pandangan ganda;
- Demam;
- Rasa sakit pada area perut;
- Kembalinya gejala-gejala neurologis yang terjadi sebelum operasi.
Pada orang dewasa, terutama dengan komplikasi yang parah akan membutuhkan layanan terapis okupasi, tenaga spesialis untuk merawat dementia yang mungkin terjadi akibat hidrosefalus atau tenaga spesialis lainnya.
Perawatan Hidrosefalus Pada Bayi
Perawatan hidrosefalus pada bayi tidak jauh berbeda dengan perawatan hidrosefalus pada orang dewasa. Umumnya, kondisi ini ditangani dengan operasi shunt atau ETV. Terdapat alternatif ketiga bagi penanganan hidrosefalus pada bayi dan biasanya ditujukan bagi bayi yang berusia di bawah 2 tahun.
1. Endoscopic Third Ventriculostomy dengan Choroid Plexus Cauterization (ETV/CPC)
Bagi bayi yang berusia kurang dari 2 tahun, penanganan hidrosefalus yang biasa digunakan adalah ETV yang dibarengi dengan Choroid Plexus Cauterization (CPC). Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan alat untuk membakar atau melakukan kauter (pemotongan atau penghancuran jaringan tubuh) pada jaringan choroid plexus (jaringan yang berfungsi untuk memproduksi cairan serebrospinal) untuk mengurangi produksi cairan ke dalam ventrikel. Namun, prosedur ini bersifat sangat teknis dan hanya dapat dilakukan oleh spesialis bedah otak yang terlatih dan telah berpengalaman dalam prosedur ini.
2. Perawatan Tambahan Untuk Bayi
Hidrosefalus pada bayi biasanya akan membutuhkan perawatan tambahan. Perawatan ini tergantung pada tingkat keparahan dari komplikasi yang terjadi akibat hidrosefalus. Karena kondisi ini berpengaruh pada otak, maka diperlukan penanganan yang menyeluruh. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda lakukan dalam merawat bayi dengan hidrosefalus:
- Perencanaan perawatan dan perawatan medis. Anda bisa berkonsultasi tentang ini kepada dokter spesialis anak;
- Mengawasi gangguan neurologis pada bayi dengan hidrosefalus, sehingga Anda perlu mengunjungi neurolog anak untuk pemeriksaannya;
- Melakukan terapi untuk memastikan agar bayi melakukan tugas-tugas perkembangannya.
- Bantuan medis di rumah untuk mendukung Anda dalam melakukan perawatan bayi dengan hidrosefalus.
- Untuk anak-anak yang lebih besar, Anda juga perlu memperhatikan kemampuan mereka dalam aktivitas harian dan perkembangan dalam perilaku, kemampuan sosial dan interpersonal mereka.
Yang Harus Diperhatikan Saat Perawatan Hidrosefalus
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat perawatan hidrosefalus, termasuk karena tidak ada yang dapat memberikan prediksi yang tepat tentang kesuksesan operasi hidrosefalus. Salah satu hal terpenting adalah mengenali apa dan bagaimana perawatan hidrosefalus sejak dini. Semakin dini kondisi penumpukan cairan pada otak ini ditangani, semakin besar kemungkinan suksesnya.
Kondisi pasien perlu sangat diperhatikan karena hasil operasi hidrosefalus tidak bisa diduga. Sebagian pasien sembuh dengan baik, sementara kondisi sebagian lainnya dapat menurun setelah beberapa bulan. Kegagalan selang yang telah ditanam dapat terjadi, seperti terjadi sumbatan atau tekanan pada shunt mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan pasien.
Oleh karena itu, pengawasan terhadap pasien hidrosefalus selama perawatan harus terus dilakukan, termasuk kontrol ke dokter secara rutin. Dokter akan melakukan tes-tes lanjutan, termasuk CT-Scan, MRI, dan sinar X untuk memastikan shunt bekerja dengan baik. Selain itu, Anda perlu mengawasi dengan seksama kondisi pasien hidrosefalus setelah operasi untuk mengenali gejala-gejala yang mungkin timbul akibat kegagalan shunt.
Pertanyaan Umum Seputar Hidrosefalus
1. Mengapa Hidrosefalus Pada Dewasa Dapat Terjadi?
Pada orang dewasa, hidrosefalus dapat terjadi setelah penyakit yang dialami pasien, seperti meningitis (radang selaput otak), tumor otak, ataupun stroke. Orang dewasa juga mungkin mengalami hidrosefalus akibat cedera pada kepala atau pendarahan dalam otak, atau kondisi yang disebut pendarahan subarachnoid (subarachnoid hemorrhage), yaitu ketika darah mengalir di permukaan otak. Adanya pembekuan dalam darah di otak (Venous thrombosis) juga dapat menyebabkan penumpukan cairan di otak pada orang dewasa.
2. Apakah Hidrosefalus Dapat Sembuh?
Sayangnya, hidrosefalus tidak dapat disembuhkan. Namun, kondisi ini dapat dikendalikan dengan penanganan yang tepat sejak dini, sehingga pasien hidrosefalus dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan sedikit mungkin hambatan. Maka dari itu, sangat penting bagi Anda untuk kenali apa dan bagaimana perawatan hidrosefalus untuk deteksi dini penyakit tersebut.
(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)
Referensi:
- https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Hydrocephalus (19 Oktober 2022)
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hydrocephalus/diagnosis-treatment/drc-20373609 (19 Oktober 2022)
- https://news.unair.ac.id/2021/10/29/mortalitas-pada-hidrosefalus-anak/ (19 Oktober 2022)
- https://www.nhs.uk/conditions/hydrocephalus/treatment/ (19 Oktober 2022)