Tekanan darah tinggi alias hipertensi adalah faktor risiko nomor satu untuk stroke dan faktor risiko besar penyakit jantung. Hipertensi ditandai dengan tingginya tekanan darah dalam arteri dan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah melewati pembuluh darah.
Demi kesehatan, penting bagi kita untuk mengecek tekanan darah secara rutin.
Mengenal Hipertensi
Pembuluh darah mirip dengan pipa perusahaan air minum yang mengalirkan air ke banyak rumah. Bedanya, pembuluh darah mengalirkan darah ke organ-organ tubuh manusia. Namun, mirip dengan pipa air, pembuluh darah bisa mengalami tekanan hebat dari dalam ketika ada masalah dalam alirannya. Tingginya tekanan darah melebihi batas normal itulah yang disebut hipertensi dalam dunia medis.
Tekanan darah terbagi menjadi sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan puncak di arteri, sedangkan diastolik adalah tekanan minimum. Tekanan darah dikatakan normal bila di bawah 120/80. Angka 120 mengacu pada pengukuran sistolik (maksimum) dan 80 adalah diastolik (minimum). Adapun hipertensi terjadi ketika tekanan darah mencapai di atas 140/90. Risiko seseorang mengalami hipertensi meningkat dalam kondisi yang disebut pre-hipertensi, yakni ketika tekanan darah di antara 120/80 dan 139/89.
Hipertensi bisa menyebabkan banyak komplikasi kesehatan, terutama kerusakan serius pada jantung. Tekanan darah yang berlebih bisa membuat arteri mengeras hingga membuat pasokan darah dan oksigen ke jantung berkurang. Kondisi tersebut menyebabkan:
- Angina: dada terasa nyeri dan tidak nyaman
- Serangan jantung: sel-sel otot jantung bermasalah/mati karena kekurangan oksigen akibat sumbatan atau penyempitan arteri
- Gagal jantung: jantung tak dapat memompa cukup darah dan oksigen ke organ tubuh vital lain
- Stroke: fungsi otak terganggu karena sumbatan atau penyempitan arteri yang mengalirkan darah dan oksigen ke otak
- Kerusakan ginjal: misalnya gagal ginjal, yakni ginjal tak bisa menyaring limbah dan cairan berlebih dalam tubuh
Gejala Hipertensi
Kebanyakan orang yang memiliki hipertensi tidak sadar bahwa ada ancaman kesehatan di depan mata. Sebab, hipertensi memiliki gejala yang sedikit. Bahkan mungkin tidak ada gejala pada awalnya hingga kerap disebut silent killer alias pembunuh senyap. Karena itu, hipertensi umumnya baru terdeteksi dalam pemeriksaan kesehatan rutin di rumah sakit jantung atau fasilitas kesehatan lain.
Gejala yang umumnya muncul antara lain:
- Sakit kepala pada pagi hari
- Mimisan
- Irama jantung tak beraturan
- Pandangan kabur
- Telinga berdengung
Bila hipertensi sudah sampai tingkat yang parah, gejalanya meliputi kelelahan yang ekstrem, mual dan muntah, kebingungan, gelisah, nyeri dada, dan gemetaran atau tremor otot.
Penyebab
Dalam banyak kasus, sering kali tidak ditemukan penyebab pasti hipertensi. Kondisi ini disebut hipertensi esensial. Pada umumnya, riwayat keluarga atau genetik dan gaya hidup menjadi faktor yang berpengaruh. Risiko orang mengalami hipertensi esensial bertambah seiring dengan pertambahan usia. Gaya hidup yang tidak sehat juga menambah risiko itu, seperti:
- Tidak memperhatikan gizi seimbang dalam menu makanan
- Kurang berolahraga
- Terlalu banyak asupan garam
- Berlebihan minum minuman beralkohol
- Tenggelam dalam stres
Namun ada juga penyebab hipertensi yang bisa diidentifikasi. Sebutannya adalah hipertensi sekunder. Penyebab umumnya antara lain:
- Penyakit ginjal
- Kelainan hormon
- Konsumsi obat tertentu
- Sleep apnea (gangguan ketika napas terhenti sejenak saat tidur)
Deteksi Hipertensi
Kita bisa mengukur tekanan darah secara mandiri di rumah. Namun hanya tenaga medis profesional yang dapat memastikan apakah seseorang menderita hipertensi atau tidak. Sebab, selain menggunakan alat pengukur tensi alias tensimeter, tenaga medis perlu melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menilai risiko dan kondisi kesehatan lain yang berkaitan pada pasien.
Meski demikian, mengukur tekanan darah dengan tensimeter pribadi bisa menjadi langkah pertama untuk deteksi dini hipertensi. Tapi pastikan bisa mengoperasikan alat tersebut dengan tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.
Di samping pengukuran tekanan darah, hipertensi bisa dideteksi dengan pemeriksaan kardiovaskuler lengkap untuk mengecek tanda-tanda masalah arteri atau jantung. Beberapa tes untuk menegakkan diagnosis hipertensi antara lain
- Urinalisis: untuk mengecek rasio albumin
- Tes darah: bertujuan mengetahui kadar gula darah, lemak, dan elektrolit
- Echocardiogram: memeriksa kondisi jantung dengan gelombang suara
Pengobatan
Langkah pertama penanganan hipertensi sering kali berupa perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Selain gaya hidup, obat-obatan diperlukan sebagai pendukung sesuai dengan kebutuhan. Obat yang biasanya dipakai untuk menangani tekanan darah tinggi termasuk:
Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor): berfungsi membuat pembuluh darah lebih rileks dan mencegah penyempitan
Pemblokir beta: membantu jantung berdetak lebih pelan sehingga jantung tidak bekerja terlalu keras
Pemblokir saluran kalsium: mencegah kalsium memasuki sel jantung dan pembuluh darah
Diuretik: membuang kelebihan cairan dan garam dari tubuh
Penghambat renin: memperlambat produksi renin, enzim dari ginjal yang dapat meningkatkan tekanan darah
Pencegahan
Guna mencegah hipertensi, pastikan menjalankan gaya hidup yang mendukung kesehatan. Misalnya tidak merokok. Bila terbiasa merokok, sebaiknya berhenti karena kandungan racun dalam tembakau dapat mengakibatkan beragam penyakit. Cara lainnya:
- Jaga berat badan yang sehat. Jika kelebihan berat badan, mintalah bantuan pakar kesehatan untuk merancang program menurunkan berat
- Aktif secara fisik, lakukan apa pun kegiatan yang bisa meningkatkan detak Tidak hanya berolahraga, tapi juga bisa membersihkan rumah, berjalan santai di kompleks, atau lainnya.
- Kurangi garam (natrium) dalam
- Baca label makanan. Pilih dan siapkan makanan yang rendah atau bebas
- Kendalikan stres dengan baik. Bila perlu, konsultasi dengan dokter.
Kapan Harus ke Dokter?
Hipertensi bisa mengakibatkan penyakit lain secara cepat. Gejalanya yang tidak begitu kentara kerap membuat orang lengah hingga terserang komplikasi yang membahayakan jiwa. Maka sebaiknya rutin jalani pemeriksaan kesehatan baik secara sederhana di rumah maupun dengan peralatan terkini di rumah sakit.
Memonitor tekanan darah di rumah dan mencatatnya secara mandiri bisa berguna untuk mengantisipasi hipertensi. Khususnya bagi individu yang memiliki faktor risiko kuat, termasuk sedang mengidap diabetes, penyakit jantung, dan masalah ginjal. Catatan ini bisa dibawa ke dokter saat menjalani pemeriksaan sehingga dokter mendapat informasi lebih utuh dan dapat memberikan penanganan yang tepat.
Narasumber:
dr.ย Agung Fabianย Chandranegara, Sp.JP
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Primaya Hospital Tangerang
Referensi:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/symptoms-causes/syc- 20373410
Illustrasi : Freepic