Istilah “tumor” kerap menimbulkan kekhawatiran karena kerap dihubungkan dengan masalah kesehatan serius, terutama kanker. Tapi ada jenis tumor jinak yang tidak seberbahaya kanker meski tetap membutuhkan perhatian. Salah satunya adalah mioma uteri yang tergolong umum terjadi pada wanita. Untuk memahaminya lebih lanjut, simak penjelasan di bawah ini.
Mengenal Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam atau pada dinding rahim (uterus). Tumor ini terbentuk secara independen dari sel-sel otot polos rahim yang tumbuh dengan abnormal. Walau umumnya tidak berbahaya, kondisi ini bisa menyebabkan beragam gejala yang mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Secara medis, mioma uteri dikenal sebagai leimyoma. Sebutan lainnya adalah fibroid. Ukuran tumor jinak yang tumbuh di rahim bisa bervariasi, dari yang sekecil biji kacang hingga sebesar melon kecil. Mioma juga bisa tumbuh secara tunggal atau dalam kelompok. Kondisi ini lazim terjadi pada wanita usia subur, khususnya yang berusia 30-50 tahun.
Menurut penjelasan di WebMD, sebanyak 70-80 persen wanita di seluruh akan mengalami kondisi ini sebelum berusia 50 tahun. Hal ini menunjukkan mioma uteri adalah kondisi yang umum terjadi. Meski begitu, mereka yang mengalami gejala cukup signifikan dan membutuhkan pengobatan diperkirakan cuma 25-50 persen di antaranya.
Gejala
Gejala mioma uteri bisa bermacam-macam, tergantung jumlah, ukuran, dan lokasi tumor. Gejala yang paling umum adalah perdarahan menstruasi yang berlebihan. Gejala lainnya meliputi:
- Periode menstruasi lebih lama
- Panggul terasa nyeri atau seperti tertekan, bisa muncul secara tiba-tiba
- Nyeri ketika berhubungan seksual
- Kerap buang air kecil, terutama bila mioma tumbuh di luar rahim
- Konstipasi/susah buang air besar bila mioma menekan rektum
- Sakit punggung atau kaki ketika saraf tertekan oleh mioma
- Perut membesar
Beberapa wanita mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, terutama bila tumor berukuran kecil atau tumbuh di area yang tidak mempengaruhi fungsi tubuh.
Penyebab
Penyebab pasti mioma uteri belum sepenuhnya dipahami. Namun ada sejumlah faktor yang diketahui berperan dalam perkembangan tumor jinak ini pada seseorang, seperti:
- Hormon estrogen dan progesteron yang merangsang perkembangan lapisan rahim pada periode menstruasi. Mioma cenderung tak berkembang saat kadar hormon ini menurun, misalnya pada masa menopause
- Ada riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami mioma uteri (genetik)
- Kelebihan berat badan atau obesitas yang bisa mempengaruhi produksi hormon dan memicu pertumbuhan mioma
- Menstruasi dini karena terpapar hormon lebih lama selama masa reproduksi
- Tingkat konsumsi daging merah dan alkohol yang tinggi
- Berasal dari ras Afrika-Amerika
Cara Dokter Mendiagnosis
Dokter biasanya memulai langkah diagnostik mioma uteri dengan melakukan pemeriksaan fisik dan wawancara riwayat medis. Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan memeriksa panggul guna mengecek apakah ada pembesaran rahim atau massa. Jika curiga ada mioma, dokter bisa merekomendasikan beberapa tes pencitraan untuk menegakkan diagnosis, seperti:
- Ultrasonografi (USG): ini tes pencitraan yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis mioma. Dari tes ini bisa diketahui jumlah, lokasi, dan ukuran mioma
- Magnetic Resonance Imaging (MRI): dibanding USG, MRI bisa menghasilkan gambar yang lebih detail
- Histeroskopi: prosedur pemeriksaan bagian dalam rahim menggunakan alat dengan kamera kecil yang dimasukkan lewat vagina
Bila ada dugaan terjadi kanker atau tumor ganas alih-alih mioma uteri, dokter mungkin perlu melakukan biopsi atau mengambil sampel jaringan dari lapisan rahim untuk dicek lebih lanjut di laboratorium.
Cara Mengatasi Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri mempertimbangkan gejala, lokasi, dan ukuran tumor. Usia pasien juga menjadi pertimbangan karena ada kecenderungan mioma menyusut setelah menopause. Karena itu, bila pasien sudah mendekati masa menopause dan tak ada gejala yang signifikan, dokter bisa merekomendasikan penanganan berupa pengamatan dan pemantauan saja.
Adapun metode penanganan lain untuk mengatasi mioma uteri meliputi:
- Pemberian obat-obatan untuk mengurangi produksi hormon estrogen dan progesteron, melepas hormon yang mengurangi perdarahan menstruasi, dan meredakan nyeri
- Prosedur non-invasif dengan MRI-guided focused ultrasound surgeryyang memanfaatkan gelombang ultrasonik untuk melenyapkan jaringan tumor
- Prosedur minimal invasif dengan embolisasi arteri uterine untuk mengecilkan mioma dengan cara memblokir aliran darah ke jaringan itu atau pengangkatan mioma lewat sayatan kecil di perut dengan miomektomi laparoskopik
- Operasi besar berupa histerektomi atau pengangkatan rahim yang sudah pasti akan mengatasi mioma, tapi sudah tak memungkinkan untuk hamil karena rahim diangkat
Komplikasi Mioma Uteri
Mioma uteri tidak bersifat ganas atau agresif seperti kanker, tapi tetap bisa menimbulkan komplikasi bila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat. Komplikasi itu meliputi:
- Anemia akibat perdarahan menstruasi berat yang berkepanjangan
- Infertilitas bila mioma tumbuh di dalam rongga rahim
- Komplikasi kehamilan, termasuk meningkatnya risiko keguguran, kelahiran prematur, dan komplikasi persalinan
- Nyeri kronis akibat tekanan mioma pada organ di sekitarnya
- Masalah pencernaan
Pencegahan Mioma Uteri
Belum diketahui cara pasti untuk mencegah mioma uteri. Namun terdapat sejumlah langkah yang bisa membantu meminimalkan risiko atau memperlambat pertumbuhannya, seperti:
- Menjaga berat badan yang sehat
- Menerapkan gaya hidup sehat dengan banyak makan sayur dan buah serta rutin berolahraga
- Mengendalikan stres
- Menghindari paparan hormon estrogen yang tak dibutuhkan, misalnya dari terapi hormonal
- Mengendalikan tekanan darah
Kapan Harus ke Dokter?
Mioma uteri tergolong umum dan tak membahayakan jiwa. Tapi bila muncul gejala yang mengganggu dan menurunkan kualitas hidup, sebaiknya segera datangi dokter untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Penting pula untuk melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan rutin dan konsultasi dengan dokter terutama bagi wanita yang memiliki risiko mengalami kondisi ini. Wanita usia diatas 40th baiknya melakukan screening tiap tahun…
Narasumber:
dr. Mervinna Giovanni, M. Biomed, Sp. OG
Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Primaya Hospital Pasar Kemis
Referensi:
- Uterine fibroids. https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(00)03622-9/abstract. Diakses 23 Agustus 2024
- Growth of uterine leiomyomata among premenopausal black and white women. https://www.pnas.org/doi/abs/10.1073/pnas.0808188105. Diakses 23 Agustus 2024
- Uterine fibroids. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uterine-fibroids/symptoms-causes/syc-20354288. Diakses 23 Agustus 2024
- Uterine Leiomyomata. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546680/. Diakses 23 Agustus 2024
- Fibroids (Uterine Myoma). https://www.yalemedicine.org/conditions/fibroids. Diakses 23 Agustus 2024
- Epidemiology of Uterine Myomas: A Review. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4793163/. Diakses 23 Agustus 2024
- Treatment-Fibroids. https://www.nhs.uk/conditions/fibroids/treatment/. Diakses 23 Agustus 2024
- Prevalence, symptoms and management of uterine fibroids: an international internet-based survey of 21,746 women. https://bmcwomenshealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1472-6874-12-6. Diakses 23 Agustus 2024
- Epidemiology and Risk Factors of Uterine Fibroids. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1521693417301372. Diakses 23 Agustus 2024