Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan janin di dalam rahim. Salah satu faktor yang sering dibahas adalah dampak musik terhadap pertumbuhan janin. Musik telah lama dianggap sebagai bentuk stimulasi yang dapat memberikan manfaat positif bagi bayi dalam kandungan.
Apakah klaim tersebut benar adanya? Apakah ada jenis musik tertentu yang lebih disarankan oleh para ahli untuk didengarkan bayi dalam kandungan?
Bila Anda memerlukan layanan maternity profesional di rumah, Anda bisa menghubungi Kavacare. Kontak Kavacare Support melalui Whatsapp di nomor 0811 – 1446 – 777 hari ini untuk konsultasi kebutuhan perawatan Anda di rumah.
Bisakah Bayi dalam Janin Mendengarkan Kita?
Ya, bayi dalam janin dapat mendengarkan suara-suara yang dihasilkan di dalam tubuh sang ibu. Selain itu, seluruh jenis suara yang terjadi di lingkungan sekitar ibu hamil juga dapat didengar oleh bayi yang berada dalam kandungan. Suara-suara ini meliputi musik, percakapan manusia, serta suara detak jantung dan suara deru yang berasal dari dalam perut.
Bayi mulai mengembangkan kemampuan pendengaran mereka sejak trimester kedua kehamilan, di mana struktur pendengaran mereka sudah terbentuk dan mereka dapat mendengar suara-suara di sekitar mereka, termasuk suara dari luar tubuh ibu.
Meski demikian, respons aktif terhadap suara-suara tersebut biasanya baru terjadi pada trimester akhir kehamilan. Selama periode ini, bayi dapat mengenali suara-suara yang sering didengarkan, seperti suara ibu, anggota keluarga, dan bahkan musik yang sering diputar.
Bagaimana Musik Memengaruhi Perkembangan Janin?
Paparan musik dan suara-suara lainnya yang didengar oleh janin dalam kandungan dapat memberikan pengaruh pada tumbuh kembang mereka, terutama dari segi pengembangan sistem pendengaran. Suara-suara yang didengar oleh janin dapat membantu untuk membentuk dan melatih pendengaran mereka.
Selain itu, suara-suara yang didengar oleh janin juga dapat berkontribusi bagi perkembangan ingatan dan emosi mereka. Bayi dalam kandungan dapat mengenali dan mengingat suara-suara yang sering mereka dengar, termasuk suara ibu, ayah, atau suara lain yang akrab bagi mereka.
Namun, meskipun suara-suara ini memiliki peran dalam pertumbuhan janin, musik bukanlah faktor yang krusial bagi perkembangan bayi dalam kandungan. Musik hanyalah salah satu jenis suara yang turut berkontribusi dalam tumbuh kembang mereka.
Bahkan, beberapa ahli menyatakan bahwa berinteraksi langsung dengan bayi dalam kandungan melalui nyanyian atau membacakan sesuatu dengan bersuara memiliki dampak yang lebih efektif daripada meletakkan pengeras suara di sekitar perut sang ibu. Ini karena saat ibu hamil menyanyi atau berbicara, suara dan getaran yang dihasilkan dapat langsung dirasakan oleh janin melalui tubuh ibu.
Apakah Musik Membuat Bayi Lebih Pintar?
Sejauh ini, belum ada penelitian yang secara spesifik mengaitkan musik dengan tingkat kecerdasan bayi yang terpapar musik saat berada dalam kandungan.
Sebuah studi menunjukkan bahwa bayi yang rutin terpapar musik selama trimester ketiga kehamilan dapat mengenali irama musik yang sama setelah mereka lahir. Temuan ini membuktikan bahwa bayi memiliki kemampuan untuk mengingat musik yang telah mereka dengar selama mereka berada di dalam kandungan. Akan tetapi, kemampuan mengenali irama musik ini tidak dapat disamakan dengan tingkat kecerdasan bayi.
Oleh sebab itu, tidak ada keharusan bagi ibu hamil untuk memutarkan musik bagi bayi mereka selama kehamilan. Janin akan tetap menerima rangsangan dari suara-suara lain yang muncul secara alami, baik dari dalam tubuh sang ibu maupun dari lingkungan di sekitarnya. Suara-suara seperti detak jantung ibu, bunyi pernapasan, dan suara-suara sehari-hari sudah dapat memberikan stimulasi yang cukup bagi perkembangan janin.
Akan tetapi, ibu hamil masih dapat memutarkan musik untuk bayi mereka selama mengandung jika mereka memang menginginkannya. Aktivitas yang menyenangkan seperti mendengarkan musik tetap dapat memberikan manfaat positif bagi ibu hamil dan bayinya. Selain itu, jika ibu hamil ikut bersenandung atau bernyanyi, bayi dapat mengembangkan familiaritas terhadap suara sang ibu. Kegiatan ini dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk membangun ikatan dengan bayi sejak ada dalam kandungan.
Musik Seperti Apa yang Aman untuk Bayi dalam Janin?
Beberapa ahli merekomendasikan musik dengan melodi sederhana (seperti lagu-lagu nina bobo) sebagai jenis musik yang cocok untuk didengarkan bayi dalam kandungan. Sementara itu, beberapa ahli lainnya menganjurkan ibu hamil untuk memutarkan musik klasik bagi bayinya.
Meski demikian, tidak ada aturan yang secara khusus menetapkan apa jenis musik yang harus diperdengarkan oleh ibu hamil pada bayi dalam janin mereka. Setiap ibu hamil bebas memilih musik apa pun yang mereka sukai untuk diperdengarkan pada bayi dalam janin, dengan catatan bahwa musik harus diputar dalam volume rendah.
Suara-suara yang dihasilkan secara alami di dalam tubuh ibu hamil, seperti detak jantung, pernapasan, dan aliran darah, dapat menciptakan lingkungan yang cukup berisik bagi bayi dalam kandungan. Oleh karena itu, dianjurkan untuk tidak meletakkan pengeras suara persis di atas perut agar bayi tidak terpapar kebisingan yang berlebihan. Alih-alih memberikan dampak yang positif bagi bayi, hal tersebut justru dapat merusak sistem pendengaran mereka.
Ketika Anda memutarkan musik bagi bayi dalam kandungan, sangat penting untuk menjaga volume suara pada tingkat yang aman. Disarankan untuk menjaga volume di kisaran 50 hingga 60 desibel, yang setara dengan volume percakapan biasa atau musik latar di toko-toko, sebab hal ini akan meminimalkan risiko melukai pendengaran bayi.
Selain itu, jika Anda berniat memutar musik dalam jangka waktu yang lama, disarankan untuk menurunkan volume lebih lanjut di bawah 50 desibel. Menciptakan lingkungan yang tenang dan terhindar dari suara yang terlalu keras sangat penting untuk menjaga indera pendengaran bayi yang masih berkembang di dalam kandungan.
Beberapa contoh umum tingkatan desibel suara yang dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu:
- 30 desibel (dB): Bisikan pelan.
- 40 dB: Suara deru mesin kulkas.
- 60 dB: Percakapan normal, bunyi AC.
- 70 dB: Bunyi mesin cuci baju/piring.
- 80 – 85 dB: Suara lalu lintas dari dalam mobil.
- 94 – 110 dB: Suara dalam acara olahraga.
- 95 – 115 dB: Suara dalam konser musik rock.
- 110 – 129 dB: Suara sirene.
- 140 – 160 dB: Suara kembang api.
Berdasarkan tingkatan desibel suara di atas, ibu hamil dianjurkan untuk tidak menonton konser maupun acara-acara olahraga secara langsung setelah memasuki trimester kedua kehamilan demi menghindari paparan suara yang terlalu bising.
Namun, dalam situasi tertentu di mana kehadiran pada acara tersebut mungkin diperlukan, menonton sekali-sekali tidak masalah. Walaupun demikian, sangat disarankan untuk membatasi paparan suara bising yang terlalu sering. Keselamatan dan kesehatan bayi harus menjadi prioritas utama, dan mengambil langkah-langkah pencegahan dalam menghindari paparan suara yang berlebih akan sangat membantu untuk menjaga tumbuh kembang mereka.
Narasumber:
dr. Keyvan Fermitaliansyah
Care Pro & Dokter Umum Kavacare
Referensi:
- How music affects your baby’s brain: Mini Parenting Master Class. https://www.unicef.org/parenting/child-development/how-music-affects-your-babys-brain-class. Diakses 28 Mei 2023.
- Prenatal Music Exposure Induces Long-Term Neural Effects. https://journals.plos.org/plosone/article/file?id=10.1371/journal.pone.0078946&type=printable. Diakses 28 Mei 2023.
- How to play music for your baby in the womb | BabyCenter. https://www.babycenter.com/pregnancy/your-baby/music-and-your-unborn-child_6547. Diakses 28 Mei 2023.
- Music for Baby in Womb: Should You Play It?. https://www.healthline.com/health/pregnancy/music-for-baby-in-womb#Turn-down-the-volume. Diakses 28 Mei 2023.
Â