Ketika seseorang merasa sayang terhadap suatu barang, tak jarang ada perasaan berat untuk melepasnya walau barang itu sudah tak terpakai atau rusak. Walhasil, barang itu terus disimpan. Namun bila ada kecenderungan untuk menyimpan banyak barang hingga bertumpuk-tumpuk tanpa peduli akan nilai barang tersebut, hati-hati, mungkin itu adalah gejala hoarding disorder.
Mengenal Hoarding Disorder
Hoarding disorder adalah gangguan psikologis berat yang membuat orang mengumpulkan dan menyimpan barang dalam jumlah banyak terlepas dari nilainya. Penimbunan barang ini dilakukan secara acak sehingga barang yang dikumpulkan pun tak tertata. Ketika orang itu diminta atau harus membuang atau berpisah dengan barang tersebut, ia akan merasa sedih, tertekan, dan sulit memenuhi permintaan tersebut.
Hal ini bisa berdampak besar terhadap kemampuan orang dalam menjalankan fungsinya secara independen. Gangguan ini juga membawa risiko tinggi terhadap penderitanya dan orang-orang yang berada di sekitarnya, khususnya anggota keluarga yang tinggal bersamanya.
Pengumpulan barang-barang yang dilakukan orang dengan hoarding disorder berbeda dengan aktivitas koleksi. Dalam gangguan ini, orang akan mengumpulkan barang secara impulsif dan tanpa perencanaan. Hoarding sebelumnya dinyatakan sebagai gejala obsessive-compulsive disorder. Namun pada 2013 hoarding disorder dimasukkan ke Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders oleh American Psychiatric Association karena hoarding tidak berkaitan dengan pemikiran obsesif.
Orang yang menimbun barang-barang secara sembarangan ini biasanya merasa malu akan tumpukan barang itu dan kerap menghindari kunjungan orang ke tempatnya menaruh barang. Karena itu, ia akan mengalami masalah dalam kehidupan sosial, asmara, dan pekerjaan selain menanggung risiko kesehatan mental.
Gejala
Tanda dan gejala hoarding disorder meliputi:
- Mengambil dan menyimpan barang yang tak punya atau hanya punya sedikit nilai barang
- Sulit mengatur atau menata barang-barang yang dikumpulkan
- Sukar membuat keputusan
- Harus berupaya ekstra untuk mengerjakan kegiatan sehari-hari, seperti memasak dan bersih-bersih rumah
- Merasa terikat dengan barang yang dikumpulkan dan tak mau ada orang lain yang meminjam atau bahkan menyentuhnya
- Kurang dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
- Tak mau ada orang yang datang ke rumahnya
- Menarik diri dari orang-orang terdekat
Penyebab
Para ahli belum dapat menyimpulkan penyebab hoarding disorder yang pasti. Ada beberapa faktor yang mungkin berpengaruh, antara lain:
- Masalah pada otak, misalnya akibat operasi, stroke, atau infeksi
- Ada riwayat hoarding disorder dalam keluarga
- Mengalami peristiwa yang menyebabkan stres atau tekanan berat
- Kurang mendapat perhatian orang tua saat kecil
- Masalah mental lain, seperti fobia, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan depresi
Cara Dokter Mendiagnosis
Dokter yang dapat mendiagnosis hoarding disorder adalah psikolog, psikiater, konselor profesional, atau pekerja sosial klinis. Cara diagnosis adalah dengan mengecek gejala yang terjadi dan melalui serangkaian sesi tanya-jawab atau tes khusus untuk mendeteksi masalah mental tersebut.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, seseorang dapat didiagnosis mengalami hoarding disorder bila memenuhi kriteria berikut ini:
- Sulit menyingkirkan barang yang dimiliki walau sudah tak berharga
- Percaya bahwa barang-barang perlu diselamatkan sehingga sedih dan tertekan bila harus berpisah darinya
- Ruangan tempat tinggalnya berantakan dan penuh barang karena enggan membuang barang-barangnya
- Perilaku hoarding mengakibatkan kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari dengan aman
Penderita tidak selalu merasa perbuatannya itu benar. Ada juga yang sadar bahwa perilaku hoarding menimbulkan masalah. Meski demikian, kebanyakan penderita gangguan ini tidak menganggap ada masalah dalam diri mereka.
Cara Mengatasi Hoarding Disorder
Terdapat berbagai opsi perawatan untuk membantu mengurangi kebiasaan menimbun barang, membuat rumah lebih aman, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi tekanan yang muncul ketika harus memilih menyimpan atau membuang barang. Di antaranya:
- Terapi perilaku kognitif untuk membatasi jumlah barang yang diambil dan membantu menata barang-barang itu.
- Wawancara motivasional untuk meningkatkan motivasi dengan membantu pelaku hoarding disorder menghubungkan nilai dan tujuan hidupnya dengan perilakunya serta menemukan jalan untuk mengubah perilaku itu agar sesuai dengan nilai dan tujuan hidup tersebut.
- Pelatihan keterampilan untuk membantu mengatur barang-barang yang dimiliki di rumah, menggunakan metode pemecahan masalah untuk menangani masalah yang muncul saat membereskan barang yang berantakan di rumah dan membuat keputusan tentang menyimpan barang yang dibutuhkan dan membuang objek yang menyebabkan rumah berantakan.
- Obat-obatan untuk meredakan kecemasan dan depresi serta membantu pelaku hoarding disorder beralih ke perilaku yang lebih menyehatkan
Komplikasi
Hoarding disorder bisa menimbulkan dampak komplikasi ke lingkungan sekitar dan orang-orang terdekat, juga pada diri sendiri. Orang yang memiliki gangguan ini berisiko mengalami komplikasi seperti:
- Terjerat utang karena banyak membeli barang tanpa rencana finansial
- Mengalami masalah asmara
- Depresi
- Rendah diri
- Bermasalah dengan keluarga
- Merasa kesepian dan terisolasi
- Performa kerja melorot
- Risiko jatuh atau cedera karena timbunan barang yang berserakan
- Masalah kesehatan karena ruangan yang tidak bersih
Pencegahan
Masih banyak riset yang perlu dilakukan untuk memahami lebih lanjut tentang apa itu hoarding disorder, termasuk cara untuk mencegahnya. Hingga sekarang belum diketahui langkah yang efektif untuk mencegah gangguan perilaku tersebut. Meski begitu, layaknya masalah mental lain, mendapatkan perawatan sedari dini sejak muncul gejala hoarding disorder akan sangat membantu mencegah gangguan ini kian berkembang menjadi lebih berat.
Kapan Harus ke Dokter?
Kapan pun jika merasa memiliki gejala hoarding disorder, harus segera hubungi dokter untuk berkonsultasi dan menjalani pemeriksaan. Jangan tunggu sampai gejala itu menimbulkan masalah yang lebih pelik baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Penanganan sedini mungkin akan memperbesar peluang untuk memperbaiki perilaku tersebut dan menjaga kesehatan dari berbagai risiko penyakit.
Narasumber
dr. Hery Murtantyo Hutomo, Sp.KJ
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
Primaya Hospital Bekasi Utara
Referensi:
- Hoarding Disorder: DSM-5 Criteria, Clinical Features, Epidemiology, and Comorbidities. https://psychopharmacologyinstitute.com/section/hoarding-disorder-dsm-5-criteria-clinical-features-epidemiology-and-comorbidities-2576-4959. Diakses 14 November 2022
- What Are the Symptoms of Hoarding?. https://psychcentral.com/disorders/hoarding-disorder-symptoms#symptoms. Diakses 14 November 2022
- Hoarding disorder. https://www.drugs.com/mcd/hoarding-disorder. Diakses 14 November 2022
- Hoarding: More Than Just a Mess. https://www.webmd.com/mental-health/features/harmless-pack-rat-or-compulsive-hoarder. Diakses 14 November 2022
- The high cost of hoarding disorder. https://journals.lww.com/nursingmanagement/fulltext/2014/06000/the_high_cost_of_hoarding_disorder.6.aspx. Diakses 14 November 2022
- Treatment of hoarding disorder in adults. https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-hoarding-disorder-in-adults. Diakses 14 November 2022
- Hoarding Disorder. https://emedicine.medscape.com/article/2500039-overview. Diakses 14 November 2022