• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Angioedema: Gejala, Pencegahan dan Pengobatan

Angioedema Gejala, Pencegahan dan Pengobatan

Ketika ada bagian tertentu pada kulit yang membengkak parah, ada kemungkinan itu adalah tanda angioedema. Area kulit yang biasa terpengaruh oleh kondisi ini adalah lengan, kaki, wajah, area genital, area sekitar mata dan bibir. Orang yang mengalami angioedema memerlukan perawatan medis untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius dan membahayakan.

 

buat jani dokter primaya

Mengenal Angioedema

Kulit terdiri atas tiga lapisan, yakni epidermis, dermis, dan hipodermis atau subkutan yang merupakan lapisan terdalam. Angioedema adalah penumpukan cairan pada jaringan subkutan yang menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan ini biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah terpapar alergen yang menyebabkan alergi atau pemicu tertentu.

Sebelum kulit bengkak-bengkak, akan muncul bengkak kecil di satu area kulit. Benjolan itu bisa menyebar ke bagian tubuh lain. Kulit yang membengkak bisa dibarengi rasa sakit serta mempengaruhi banyak bagian tubuh sekaligus dalam satu waktu. Angioedema juga bisa muncul dengan urtikaria atau bidur, yakni ruam berwarna merah yang gatal pada kulit.

Ada dua macam angioedema, yaitu angioedema yang dimediasi sel mast (mast cell-mediated) dan yang dimediasi bradikinin (bradykinin-mediated). Pembedaan angioedema ini diperlukan karena perawatan untuk masing-masing jenis berbeda. Angioedema yang dimediasi sel mast ditangani seperti anafilaksis, yakni komplikasi alergi yang ditandai penurunan tekanan darah secara drastis. Sedangkan angioedema yang dimediasi bradikin memerlukan terapi yang spesifik.

 

Gejala

Gejala angioedema yang utama adalah pembengkakan kulit. Seringkali pembengkakan itu disertai dengan sensasi terbakar yang kadang menyakitkan dan rasa gatal, seperti tertekan. Selain pembengkakan pada satu atau beberapa bagian tubuh, gejala lain meliputi:

  • Sakit kepala
  • Pening
  • Suara serak
  • Napas pendek
  • Kram perut

 

Penyebab

Ada setidaknya empat penyebab angioedema, yaitu:

  • Reaksi alergi terhadap makanan tertentu, obat-obatan seperti penisilin, aspirin, dan ibuprofen, gigitan dan sengatan serangga, serta lateks.
  • Efek samping obat, biasanya obat tekanan darah yang disebut penghambat enzim pengubah angiotensin.
  • Keturunan, yaitu mutasi genetik yang diwariskan dari orang tua. Pembengkakan biasanya muncul secara acak dan hilang dengan sendirinya, tapi bisa membahayakan jiwa bila pembengkakan terjadi pada tenggorokan karena bisa menghalangi napas.
  • Idiopatik atau tak diketahui penyebabnya, diduga pemicunya adalah stres atau infeksi
Baca Juga:  Penumpukan Air Ketuban, Dampaknya pada Perkembangan Janin?

 

Cara Dokter Mendiagnosis Angioedema

Dokter dapat mendiagnosis angioedema dengan melakukan pengecekan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium.

Dalam pengecekan riwayat kesehatan, dokter akan menanyakan apakah pasien pernah mengalami reaksi alergi sebelumnya. Termasuk kemunculan bidur di kulit. Dokter juga akan bertanya soal ada-tidaknya riwayat angioedema dalam keluarga.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengecek bagian tubuh yang biasanya mengalami pembengkakan, seperti wajah dan bagian dalam mulut. Pembengkakan bisa berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari, bahkan bisa juga permanen pada beberapa pasien.

Umumnya tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, kecuali pada angioedema kronik (>6 minggu). Adapun tes laboratorium untuk mendiagnosis angioedema dilakukan dengan pengecekan kadar histamin serum. Biasanya kadar histamin pasien angioedema naik, meski kenaikan itu tidak otomatis mengonfirmasi kondisi angioedema.

Dokter juga mungkin akan mengambil sampel darah untuk mengecek reaksi alergi. Cara ini bisa membantu memastikan diagnosis bila tak diketahui apa kemungkinan penyebab munculnya gejala.

 

Cara Mengatasi Angioedema

Dokter yang punya spesialisasi menangani angioedema adalah dokter ahli dermatologi dan masuk dalam kegawatdaruratan dalam dermatologi bila ada curiga penyumbatan jalan napas. Selain itu juga dapat dikonsulkan ke Dokter THT apabila ada curiga terjadi penyumbatan jalan nafas ec angioedema, bahkan dapat dikonsulkan ke ICU (KIC). Seperti dikutip dari National Library of Medicine, penanganan angioedema yang terkait dengan alergi menggunakan obat antihistamin, kortikosteroid, dan epinefrin. Begitu juga untuk angioedema idiopati.

Bila gejalanya ringan, biasanya dokter hanya memberikan resep obat antihistamin untuk mengurangi pembengkakan, rasa gatal, dan gejala alergi lain. Untuk angioedema berat, dokter akan meresepkan obat kortikosteroid oral.

Baca Juga:  Pahami Croup: Mengatasi Gangguan Pernapasan pada Anak

Jika kedua macam obat itu tak efektif, dokter bisa meresepkan obat yang menargetkan berbagai aspek sistem imun. Untuk gejala yang parah hingga mengancam jiwa, dokter akan menyuntikkan epinefrin guna meredakan pembengkakan.

Sedangkan angioedema yang merupakan efek samping obat ditangani dengan mengganti obat pemicu kondisi tersebut. Adapun angioedema bawaan tak bisa disembuhkan, tapi pembengkakan bisa dikendalikan atau dicegah dengan obat-obatan tertentu.

 

Komplikasi

Pada beberapa orang, angioedema bisa menimbulkan gejala yang lebih berat berupa anafilaksis. Ketika mengalami anafilaksis, pasien bisa kehilangan kesadaran karena tekanan darah turun drastis serta sulit bernapas karena penyempitan saluran napas. Anafilaksis adalah kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan medis darurat.

 

Pencegahan

Pencegahan angioedema bergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah alergi, misalnya, pasien harus menghindari alergen atau pemicu alergi tersebut. Harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetes zat atau benda apa yang menyebabkan reaksi alergi.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Angioedema memerlukan perhatian medis walau secara umum tidak membahayakan namun dapat mengancam nyawa pada kondisi anafilaksis atau jika terjadi penyumbatan jalan napas. Kunjungi dokter untuk mendapat diagnosis dan perawatan yang tepat. Dokter akan memberikan edukasi mengenai penanganan gejala pembengkakan secara mandiri bagi pasien dan keluarga, menyarankan rawat inap apabila dicurigai anafilaksis, termasuk untuk mengantisipasi komplikasi yang lebih serius.

 

Narasumber

dr. R. Rizcky Erika Pratami, SpDV

Dokter Spesialis Dermatovenerologi

Primaya Hospital Semarang

Referensi:

  • Angioedema: An Overview and Update. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6188378/. Diakses 28 Januari 2023
  • An overview of angioedema: Clinical features, diagnosis, and management. https://www.uptodate.com/contents/an-overview-of-angioedema-clinical-features-diagnosis-and-management. Diakses 28 Januari 2023
  • Angioedema. https://www.msdmanuals.com/professional/immunology-allergic-disorders/allergic,-autoimmune,-and-other-hypersensitivity-disorders/angioedema. Diakses 28 Januari 2023
  • Angioedema. https://emedicine.medscape.com/article/135208-overview. Diakses 28 Januari 2023
  • Identification of novel biomarkers to distinguish bradykinin-mediated angioedema from mast cell-/histamine-mediated angioedema. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/all.15013. Diakses 28 Januari 2023
  • Angioedema. https://medlineplus.gov/ency/article/000846.htm. Diakses 28 Januari 2023
Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.