
Puasa Ramadan bukan sekadar kewajiban agama, tapi juga memberikan banyak manfaat kesehatan yang telah dibuktikan oleh berbagai penelitian ilmiah. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sederet manfaat kesehatan puasa Ramadan berdasarkan penelitian.
Apa Itu Puasa Ramadan
Sebelum mendalami manfaat kesehatannya, penting bagi kita untuk memahami konsep puasa Ramadan yang bisa digolongkan sebagai puasa intermiten jika melihat polanya. Berbeda dengan jenis puasa intermiten lain, puasa Ramadan memiliki pola unik: tidak makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenam, biasanya sekitar 12-16 jam, selama satu bulan penuh.
Yang menarik, pola makan ini ternyata memiliki dampak positif terhadap kesehatan yang telah divalidasi oleh beragam riset ilmiah. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Mengoptimalkan Metabolisme dan Menurunkan Berat Badan
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Nutrition menunjukkan puasa Ramadan secara signifikan membantu mengoptimalkan metabolisme tubuh. Selama puasa, terjadi perubahan pada metabolisme tubuh atau metabolic switching. Lantaran tak ada pasokan glukosa dari makanan sebagai sumber energi yang utama, tubuh memanfaatkan cadangan glikogen. Tubuh lalu beralih ke lemak saat cadangan itu habis, lantas memecah protein otot jika lemak juga sudah habis.
Menurut riset itu, ada penurunan signifikan dalam berat badan, lingkar pinggang, dan kolesterol LDL pada akhir puasa Ramadan dibanding sebelum puasa. Sementara itu, ada peningkatan signifikan dalam kolesterol HDL dan glukosa darah puasa yang masih dalam batas normal.
- Meningkatkan Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Sebuah studi yang diterbitkan dalam European Journal of Clinical Nutrition mengungkapkan temuan menarik tentang dampak puasa Ramadan terhadap kesehatan kardiovaskular. Menurut riset itu, puasa Ramadan mungkin memiliki efek menguntungkan pada fungsi endotel dan dapat memodulasi risiko kardiovaskular.
Endotel adalah sel tipis yang melapisi bagian dalam pembuluh darah dan jantung. Sel endotel mengatur aliran darah, pembekuan darah, dan peradangan. Gangguan fungsi endotel selama ini dikenal sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Ketika berpuasa Ramadan, ada kemungkinan sel ini bersama sistem kardiovaskular bisa beristirahat dan memulihkan diri secara alami sehingga berdampak positif terhadap risiko kardiovaskular.
- Meregenerasi Sel dan Mendukung Anti-Penuaan
Sebuah temuan dari penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of Endocrinology and Metabolism menunjukkan puasa Ramadan memicu proses autofagi, yakni mekanisme pembersihan sel-sel rusak dan regenerasi sel-sel baru. Proses ini berperan penting dalam:
- Memperlambat proses penuaan
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi risiko penyakit degeneratif
Studi menunjukkan adanya peningkatan penanda autofagi selama masa puasa. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang merasa lebih segar dan berenergi seusai puasa Ramadan.
- Meningkatkan Fungsi Otak dan Kesehatan Mental
Sejumlah penelitian mendapati puasa intermiten, termasuk puasa Ramadan, memiliki efek positif pada fungsi kognitif dan kesehatan mental. Dari studi di Neurology International, misalnya, ada temuan berupa peningkatan produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF) pada orang yang berpuasa Ramadan.
BDNF bermanfaat membentuk sel-sel otak baru, meningkatkan konsentrasi dan daya serap otak dalam mengolah informasi, membantu regenerasi saraf tepi, serta mengurangi stres oksidatif. Selain itu, ada peningkatan kadar serotonin dan faktor pertumbuhan saraf (nerve growth factor) yang bisa membantu memperbaiki konsentrasi dan memori jangka pendek serta menurunkan tingkat kecemasan dan stres.
- Menguatkan Sistem Imun
Ahli gizi Universitas Gadjah Mada, R. Dwi Budiningsari, menyebutkan sejumlah penelitian mendapati puasa dapat meningkatkan sistem imun lewat perbaikan jaringan sel yang rusak. Puasa bisa merangsang produksi sel-sel darah putih baru yang menjadi inti seluruh sistem kekebalan tubuh.
Adapun jurnal Frontiers in Immunology mempublikasikan penelitian yang menunjukkan bagaimana puasa Ramadan mempengaruhi sistem imun. Namun pengaruh ini hanya ringan dan perubahan yang terjadi hanya bersifat sementara selama puasa. Seusai puasa, kondisi sistem imun akan kembali seperti sedia kala.
Tis Memaksimalkan Manfaat Kesehatan Puasa Ramadan
Untuk mendapatkan manfaat kesehatan optimal dari puasa Ramadan, ada sejumlah tips yang bisa diterapkan:
Konsumsi Air yang Cukup
Pastikan asupan air mencukupi selama waktu berbuka dan sahur. Rekomendasi minimal adalah 2-3 liter per hari untuk mencegah dehidrasi.
Pilihan Menu Bergizi Seimbang
- Sahur: Fokus pada makanan tinggi serat dan protein.
- Berbuka: Berbukalah dengan makanan yang ringan seperti kurma dan sup, dilanjutkan dengan menu bergizi seimbang.
Aktivitas Fisik Terukur
Puasa jangan sampai menghalangi aktivitas. Tetaplah aktif, tapi tidak berlebihan. Waktu terbaik untuk berolahraga adalah 2-3 jam setelah berbuka puasa.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Meski memiliki beragam manfaat, puasa Ramadan perlu dilakukan dengan bijak tanpa melanggar aturan agama. Ada sejumlah kelompok yang sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa:
- Penderita diabetes
- Ibu hamil dan menyusui
- Lansia dengan kondisi kesehatan tertentu
- Penderita gangguan ginjal kronis
Puasa Ramadan bukan sekadar ritual ibadah, tapi juga aktivitas yang menawarkan berbagai manfaat kesehatan yang telah dibuktikan secara ilmiah. Dengan berpuasa secara benar dan mengikuti tips sehat, kita dapat meraih berbagai manfaat kesehatan itu.
Narasumber:
dr. Theresia Asti Prasasti Darma Sudjono, Sp. PD
Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Hospital Bhakti Wara
Referensi:
- The effects of Ramadan fasting on endothelial function in patients with cardiovascular diseases. https://www.nature.com/articles/ejcn201461. Diakses 12 Februari 2025
- Ramadan diurnal intermittent fasting is associated with significant plasma metabolomics changes in subjects with overweight and obesity: A prospective cohort study. https://www.frontiersin.org/journals/nutrition/articles/10.3389/fnut.2022.1008730/full. Diakses 12 Februari 2025
- Effect of Ramadan Fasting on Body Composition, Biochemical Profile, and Antioxidant Status in a Sample of Healthy Individuals. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7887457/. Diakses 12 Februari 2025
- Brain-derived neurotrophic factor as a regulator of systemic and brain energy metabolism and cardiovascular health. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3411899/. Diakses 12 Februari 2025
- The Effects of Fasting During Ramadan on the Concentration of Serotonin, Dopamine, Brain-Derived Neurotrophic Factor and Nerve Growth Factor. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28713531/. Diakses 12 Februari 2025
- Ramadan Fasting Exerts Immunomodulatory Effects: Insights from a Systematic Review. https://www.frontiersin.org/journals/immunology/articles/10.3389/fimmu.2017.01144/full. Diakses 12 Februari 2025
- Ramadan Fasting and Its Impact on Immunity System. https://www.researchgate.net/publication/319213664_Ramadan_Fasting_and_Its_Impact_on_Immunity_System. Diakses 12 Februari 2025
- Puasa Mampu Tingkatkan Imunitas. https://ugm.ac.id/id/berita/19334-puasa-mampu-tingkatkan-imunitas/. Diakses 12 Februari 2025