Ketika mendengar istilah sindrom Pinokio dalam kaitan dengan kesehatan, yang terlintas di pikiran mungkin adalah kondisi yang membuat seseorang suka berbohong bagai karakter Pinokio. Dalam drama Korea Pinocchio, sindrom ini justru digunakan untuk menjelaskan kondisi orang yang tak bisa berbohong. Namun sebenarnya sindrom Pinokio dalam dunia medis termasuk fobia sosial yang tak berkaitan dengan kebohongan. Di bawah ini penjelasannya.
Mengenal Sindrom Pinokio
Tertawa adalah hal yang positif dan menyenangkan terutama ketika dilakukan bersama-sama. Bahkan terdapat terapi tawa yang menurut studi bermanfaat untuk meredakan stres dan kecemasan. Namun tertawa juga bisa menjadi hal negatif terutama ketika ditujukan kepada orang lain dengan maksud menertawai orang tersebut. Terlebih jika orang itu mengalami kondisi yang disebut sindrom Pinokio.
Sindrom Pinokio adalah kondisi yang membuat orang merasa teramat sangat ketakutan akan ditertawakan oleh orang lain. Ketakutan yang berlebihan ini membuat mereka merasa cemas, khawatir, dan tidak nyaman dalam situasi sosial tertentu yang mungkin membuat mereka menjadi bahan ejekan, candaan, atau tawa orang lain.
Sindrom Pinokio sebenarnya sebutan saja untuk kondisi itu karena orang yang mengalaminya tampak seperti boneka kayu yang canggung, kaku, dan berekspresi datar. Dunia medis mengenalnya sebagai gelotofobia, dari bahasa Yunani gelos yang artinya tawa. Psikoterapis Jerman, Michael Titze, adalah yang pertama kali menemukan kondisi ini melalui observasi klinis pada 1996. Menurut dia, gelotofobia adalah ketakutan patologis seseorang akan tampak sebagai objek yang konyol bagi orang lain di lingkungan sosialnya.
Ketakutan itu ditandai dengan berbagai gejala yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial individu yang mengalaminya. Sejumlah studi juga meyakini sindrom Pinokio alias gelotofobia beririsan dengan beberapa kondisi klinis lain, seperti autisme dan gangguan kecemasan sosial.
Gejala
Michael Titze menjelaskan dalam tulisannya bahwa sindrom Pinokio berbeda dengan kondisi lain berdasarkan beberapa kriteria, termasuk ketakutan serius bahkan terhadap senyum orang lain. Berikut ini beberapa gejalanya yang umum:
- Merasa takut atau cemas dalam situasi sosial karena khawatir ditertawakan
- Terlalu sensitif terhadap senyuman atau tawa orang lain, sering merasa tawa itu ditujukan untuk mengejek mereka
- Merasa tidak nyaman saat berinteraksi sosial, terutama ketika merasa ada kemungkinan ia akan ditertawakan
- Menghindari situasi sosial atau acara yang mendatangkan banyak orang untuk mencegah kemungkinan ditertawakan
- Berprasangka buruk kepada orang lain yang tertawa atau tersenyum karena merasa menjadi bahan tertawaan
- Sulit tertawa atau tidak humoris
- Tampak dingin atau tak ada ekspresi
- Terlihat kurang bersemangat
Penyebab
Sindrom Pinokio disebut bisa terjadi karena pengalaman traumatis seseorang ketika ia menjadi objek tertawaan, ejekan, atau disepelekan di masa kanak-kanak atau remaja. Kurangnya dukungan dan interaksi dari pengasuh di masa kecil juga diduga berpengaruh. Pengalaman ditertawakan atau diolok-olok yang traumatis di masa dewasa juga dapat membuat seseorang mengalami gelotofobia.
Faktor lain yang diduga berpengaruh antara lain gangguan kecemasan sosial yang membuat individu selalu merasa cemas di dalam situasi sosial dan faktor psikologis berupa kepribadian yang tertutup, rendah diri, atau sangat sensitif terhadap kritik.
Cara Dokter Mendiagnosis
Untuk mendiagnosis sindrom Pinokio atau gelotofobia, Michael Titze dan pakar lain mengembangkan GELOPH, yakni alat penilaian untuk mengukur tingkat ketakutan berlebihan akan ditertawakan pada seseorang. Demi kepraktisan dan kemudahan, dibuatlah GELOPH<15> yang hanya berisi 15 pertanyaan untuk dijawab oleh individu yang diduga mengalami sindrom Pinokio.
Dalam kuesioner ini, individu itu diminta menilai seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap setiap pernyataan. Contoh pertanyaan itu antara lain:
- Saya merasa sangat cemas jika orang-orang di sekitar saya tertawa
- Saya sering merasa orang lain tertawa karena mengejek saya
- Saya menghindari situasi sosial karena takut ditertawakan
Berdasarkan jawaban dari kuesioner itu, dokter dapat mendiagnosis sindrom Pinokio pada seseorang. Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan untuk mengecek apakah ada faktor yang berkaitan dengan pemicu gelotofobia.
Cara Mengatasi
Cara utama untuk mengatasi sindrom Pinokio adalah lewat serangkaian terapi di bawah bimbingan profesional. Misalnya:
- Terapi perilaku kognitif untuk membantu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang memicu ketakutan
- Terapi eksposur dengan menempatkan individu di tengah situasi yang ditakuti secara bertahap dalam lingkungan yang terkontrol agar bisa mempelajari bahwa tawa orang lain tidak selalu diniatkan sebagai ejekan dan mengatasi ketakutan mereka
- Terapi kelompok untuk berbagi dengan orang-orang lain yang memiliki kondisi sama sehingga bisa saling mendukung
Komplikasi
Orang dengan sindrom Pinokio alias gelotofobia bisa mengalami komplikasi atau kondisi lain yang serius dan mempengaruhi kualitas hidup. Di antaranya:
- Isolasi sosial yang membuat individu kehilangan dukungan, hubungan, dan kesenangan sosial yang dibutuhkan
- Stres dan kecemasan meningkat yang dapat menurunkan kondisi mental dan fisik
- Depresi akibat perasaan rendah diri dan kecemasan yang kronis
- Gangguan kesehatan mental lain, termasuk gangguan kepribadian dan gangguan obsesif-kompulsif
Pencegahan
Upaya mencegah sindrom Pinokio bisa dilakukan dengan meningkatkan kesadaran akan dampak buruk ejekan, cemoohan, olok-olok, dan perisakan atau bullying, khususnya di masa kanak-kanak dan remaja. Bagi orang tua, penting untuk mengajarkan cara memupuk kepercayaan diri dan keterampilan sosial pada anak-anak. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang positif baik di rumah maupun di sekolah agar anak mendapat dukungan yang diperlukan untuk kesehatan mentalnya.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila seorang individu menunjukkan tanda-tanda sindrom Pinokio atau gelotofobia, sebaiknya cari bantuan profesional secepat mungkin. Penanganan sejak dini dibutuhkan untuk menghindari penurunan kualitas hidup yang signifikan akibat rasa takut berlebihan akan ditertawakan.
Narasumber:
Dokter Umum
Primaya Hospital Sukabumi
Referensi:
- Gelotophobia: The fear of being laughed at. https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/HUMR.2009.002/html?lang=en. Diakses 25 Mei 2024
- The Pinocchio Complex: Overcoming the fear of laughter. https://www.researchgate.net/publication/281424961_The_Pinocchio_Complex_Overcoming_the_fear_of_laughter. Diakses 25 Mei 2024
- Fearing laughter. https://www.bps.org.uk/psychologist/fearing-laughter. Diakses 25 Mei 2024
- Extraversion Is a Mediator of Gelotophobia: A Study of Autism Spectrum Disorder and the Big Five. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5826254/. Diakses 25 Mei 2024
- The relationship between gelotophobia, shame, and humiliation. https://pdfs.semanticscholar.org/e737/327b870c20619f9551f913e9c4b6baef5d8c.pdf. Diakses 25 Mei 2024
- Laughter therapy: A humor-induced hormonal intervention to reduce stress and anxiety. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8496883/. Diakses 25 Mei 2024
- Gelotophobia & autism. https://embrace-autism.com/gelotophobia-and-autism/. Diakses 25 Mei 2024