Dalam artikel berjudul โEpilepsi (Ayan)โ, kami telah mengulas tentang jenis-jenis epilepsi, salah satunya yakni Absence Seizure. Dikenal juga dengan sebutan Kejang Absans atau Petit Mal, penyakit ini akan membuat penderita mengalami bengong tanpa sebab.
Tubuh penderita penyakit ini tidak responsif selama beberapa detik dan terjadi secara berulang-ulang dalam seharinya. Karena gejalanya yang tampak berupa bengong, maka orang sekitar pun jarang yang menyadarinya sehingga penanganan umumnya selalu terlambat.
Mengenal Penyakit Absence Seizure
Absence Seizure adalah penyakit berupa kejang ditandai dengan kondisi bengong atau tidak responsif. Kondisi ini kerap terjadi pada anak-anak & remaja (usia 4 โ 12 tahun). Walau demikian, kadang juga terjadi pada usia dewasa.
Dalam dunia medis, kondisi ini sering disebut juga sebagai Kejang Absans (Kejang Absen) dan Kejang Petit Mal. Disebut demikian yakni karena tubuh mengalami kejang namun tidak menampilkan gejala kejang-kejang.
Walau bagian dari epilepsi, namun penyakit ini tidak sepenuhnya berhubungan faktor genetik. Namun kerap dipicu oleh sesuatu seperti gangguan elektrolit, stroke, sepsis. Walau demikian juga bisa terjadi tanpa pemicu.
Gejala utama yang timbul pada penderita Absence Seizure ialah bengong berupa tatapan kosong selama beberapa detik. Juga seringkali dibarengi dengan gerakan mulut yang seolah-olah mengunyah atau mengecap makanan.
Kondisi ini hanya berlangsung selama beberapa detik. Walau demikian, dalam seharinya dapat terjadi selama beberapa kali. Bagi anak-anak, tentunya kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-harinya baik saat bermain, belajar, atau aktivitas lain.
Secara umum, kondisi ini tidak berbahaya. Namun, bukan berarti tidak butuh perawatan. Bagaimana pun juga penyakit ini dapat menimbulkan kematian. Misalnya anak sedang berenang lalu tiba-tiba kejang semacam ini tentunya dapat membahayakan nyawanya.
Nama Penyakit | Absence Seizure |
---|---|
Gejala | Bengong, tatapan kosong, gerakan mengunyah pada mulut |
Dokter Spesialis | Spesialis neurologi atau saraf |
Penyebab | Abnormalitas aktivitas listrik pada otak |
Diagnosis | Pemeriksaan fisik & penunjang |
Faktor Risiko | Anak usia 4-12 tahun |
Pengobatan | Sesuai dengan indikasi pada pasien |
Komplikasi | Perilaku sosial, atensi, cedera, kematian |
Siapa yang Berisiko?
Faktor risiko terkena penyakit kejang absans akan meningkat pada seseorang dengan salah satu kondisi di bawah ini:
- Anak-anak dan remaja usia 4-12 tahun
- Riwayat trauma pada kepala
- Jenis kelamin perempuan
- Riwayat keluarga terkena epilepsi
Penyebab
Sama seperti jenis penyakit seizure lainnya, penyebab utama penyakit ini ialah karena adanya aktivitas abnormal pada otak si penderita. Biasanya berupa masalah listrik pada neutron otak yang mengalami kendala.
Karena perubahan listrik pada otak secara tiba-tiba, maka tubuh akan merespons dengan gerakan abnormal seperti halnya tubuh tidak mau bergerak dan gejala seperti bengong.
Hal tersebut dikarenakan adanya kesalahan pada pembawa pesan yang membuat sel-sel nurotransmiter atau sel otak untuk saling berkomunikasi satu sama lain.
Kondisi ini sama sekali tidak dapat dikontrol. Bahkan, penderita pun tidak mampu mengetahui kapan kondisi ini menyerang karena terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya gejala awal yang menyertainya.
Dalam dunia medis, para peneliti pun masih belum memahami secara pasti akan penyebab utama yang mendasarinya. Namun, secara umum terjadi karena:
- Riwayat epilepsi dan kejang pada keluarga
- Terjadi benturan keras pada kepala
- Stres fisik
- Stres psikologis
Gejala
Gejala kejang absans umumnya terjadi dalam waktu yang singkat yakni antara 10 โ 12 detik yang meliputi:
- Bengong atau melamun
- Menetap kosong ke udara
- Gerakan mengunyah
- Mulut seperti mengecap-ngecap
- Tubuh diam tak bergerak
- Gerakan tangan tiba-tiba
- Kelopak mata yang mengerjap
- Tubuh tiba-tiba menyondong
- Bibir mengatup rapat
Diagnosis
agnosis penyakit absence seizure oleh dokter umumnya akan dilakukan melalui wawancara medis, test fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang.
Wawancara pada anak umumnya dilakukan bersama orang tua. Bahkan dokter akan lebih bertanya-tanya ke orang tuanya, terutama apakah berasal dari keturunan atau tidak.
Komplikasi
Bila terus dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, maka penyakit ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti halnya:
- Isolasi sosial
- Cedera
- Masalah atensi
- Kondisi psikologis
Pencegahan
Penderita penyakit absence seizure dapat melakukan serangkaian pencegahan agar tidak kambuh seperti halnya:
- Memperbaiki pola hidup sehat
- Menghindari stres dan cemas berlebih
- Batasi aktivitas tertentu (berenang & mengemudi)
- Minum obat anti epilepsi
- Kenali penyebab utamanya
Perawatan dan Pengobatan
Dalam sebuah study yang diterbitkan pada laman NCBI (National Center for Biotechnolgy Information), bahwa Absence Seizure dapat diobati dengan menggunakan obat anti epilepsi. Contohnya ada ethosuximide, asam valproat, dan lamotrigin.
Penggunaan obat-obatan tersebut harus sesuai dokter. Penderita pun harus selalu melakukan kontrol rutin ke dokter sehingga pengobatan yang diberikan lebih efektif.
Kapan Harus ke Dokter?
Kunjungi dokter spesialis neurologi atau spesialis saraf apabila gejala absence seuzire muncul. Jangan menunggu hingga waktu yang lama karena potensi risiko bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi ini tinggi.
Dengan perawatan tepat dari dokter, maka frekuensi kambuh dari penyakit ini dapat ditekan. Bahkan, dapat dihilangkan sepenuhnya hingga sembuh total.
Narasumber:
Spesialis Neurologi
Primaya Hospital Inco Sorowako
Referensi:
- Absence seizures. http://www.epilepsy.com/learn/types-seizures/absence-seizures. Diakses pada 06 November 2023.
- Classification of epilepsies and epileptic seizures. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5353182/. Diakses pada 06 November 2023.
- Multimodal nocturnal seizure detection. https://n.neurology.org/content/91/21/e2010. Diakses pada 06 November 2023.
- Childhood absence epilepsy. https://www.uptodate.com/contents/search. Diakses pada 06 November 2023.
- Association of sleep with sudden unexpected death in epilepsy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28917499. Diakses pada 06 November 2023.
- GABA transporter SLC6A1 cause epilepsy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4570550/. Diakses pada 06 November 2023.
- Absence seizures in children. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3867171/. Diakses pada 06 November 2023.
- Seizures and epilepsy. https://accessmedicine.mhmedical.com. Diakses pada 06 November 2023.
- Absence Seizures. https://www.epilepsy.com/learn/types-seizures/absence-seizures. Diakses pada 06 November 2023.
- 2017 Revised Classification of Seizures. https://www.epilepsy.com/article/2016/12/2017-revised-classification-seizures. Diakses pada 06 November 2023.
- Epilepsy and seizures. https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/epilepsy-and-seizures#. Diakses pada 06 November 2023.
- Antiseizure drugs: Mechanism of action, pharmacology, and adverse effects. https://www.uptodate.com/contents/search. Diakses pada 06 November 2023.
- Seizure-induced brain lesions. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0720048X13002714. Diakses pada 06 November 2023.
- Epilepsy. https://www.cdc.gov/epilepsy/index.html. Diakses pada 06 November 2023.
- Absence Seizure. https://www.statpearls.com/articlelibrary/viewarticle/28842. Diakses pada 06 November 2023.