Saat kita sedang flu ataupun menderita gangguan pernafasan seperti pada kasus COVID-19, maka berisiko kehilangan penghidu. Kondisi ini dalam istilah medis disebut dengan istilah anosmia.
Para peneliti mengungkapkan bahwa setidaknya 3-20% populasi di dunia menderita anosmia. Umumnya, anosmia akan sembuh dengan sendirinya. Namun, untuk kondisi tertentu membutuhkan perawatan yang intens karena berisiko menimbulkan gejala permanen.
Pengertian
Anosmia adalah ketidakmampuan seseorang untuk menghidu bau. Kondisi ini memiliki banyak penyebab mulai dari penyakit saluran pernafasan, penurunan fungsi indra penciuman dari waktu ke waktu, hingga penyakit bawaan dari lahir.
Saat di lingkungan terdapat molekul bau yang menyebar, maka akan diterima oleh reseptor indra penciuman dalam hitung. Setelah itu baru di kirimkan ke suatu saraf yang bernama saraf olfaktori sehingga kita bisa membedakan antara bau satu dengan bau lainnya.
Penderita anosmia dapat mengalami gejala kehilangan penciuman baik bersifat sementara atau permanen. Pengobatan yang tepat dapat berisiko mengurangi gejala kehilangan penghidu secara permanen.
Kondisi | Anosmia |
Gejala Utama | Tidak dapat menghidu bau |
Dokter | Dokter spesialis THT (telinga hidung tenggorokan) |
Penyebab Utama | Bawaan lahir, penyakit saluran pernafasan, usia lanjut |
Diagnosis | Pemeriksaan fisik, wawancara medis, dan cek tahap lanjut |
Faktor Risiko | Memiliki penyakit kronis, usia lanjut, riwayat cedera kepala |
Pengobatan | Terapi sesuai penyebab utamanya |
Pencegahan | Hindari faktor risiko |
Komplikasi | Penurunan kualitas hidup |
Penyebab
Menurut beberapa data penelitian, bahwa anosmia umumnya terjadi akibat dari beberapa hal di bawah ini:
A. Penuaan
Semakin tua, kemampuan menghidu bau semakin menurun dari waktu ke waktu. Jadi, bagi yang berusia lanjut, maka wajar bila mereka mengalami penurunan menghidu terhadap berbagai jenis baru.
Alasannya beragam mulai dari matinya sel-sel sensor yang terdapat di hidung, masalah pada sistem saraf pusat, hingga penurunan reseptor dan serat saraf dalam otak.
B. Penyakit Saluran Nafas Kronik
Saat seseorang memiliki penyakit saluran pernafasan, maka mereka lebih berisiko terkena anosmia. Contohnya ada polip hidung, tumor hidung, rinitis alergi, hingga deviasi septum.
Ada pula penyakit yang tergolong neurosensorial yang menyebabkan disfungsi pada saraf yang menghubungkan otak danย hidung. Ini umumnya terjadi karena pernah menghirup racun ataupun karena infeksi virus pada saluran pernafasan atas.
C. Penyakit Neurodegeneratif
Kondisi penyakit neurodegeneratif juga memengaruhi masalah pada kemampuan penciuman.
Contohnya yaitu penyakit parkinson, alzheimer, amyotrophic lateral sclerosis, dan huntington.
D. Inherited Anosmia
Inherited anosmia merupakan gejala kehilangan penciuman sejak lahir. Kondisi ini juga dalam istilah medis disebut sebagai ICA (isolated congenital anosmia).
Para peneliti hingga kini masih mendalami lebih jauh tentang penyakit ini. Setidaknya mereka menemukan ada dua gen yang berperan dalam timbulnya anosmia pada seseorang.
E. Idiopathic Anosmia
Terkadang, anosmia tidak hanya akibat dari beberapa kondisi di atas. Namun juga karena belum tahu pasti apa penyebab yang mendasarinya.
Hal tersebut menjadikannya dikategorikan sebagai idiopathic anosmia yang merupakan salah satu kondisi langka karena tidak ada penyebab sama sekali yang mendasarinya.
Gejala
Tentunya, gejala anosmia yang tampak sangat jelas yaitu kemampuan penghidu yang berkurang bahkan tidak berfungsi sama sekali.
Bahkan, orang yang sejak lahir menderita penyakit ini mereka tidak dapat mengidentifikasi dengan jelas bahwa mereka punya anosmia. Hal ini karena mereka sejak kecil memang tidak dapat menghidu bau sama sekali.
Diagnosis
Dalam mendiagnosis penyakit ini, maka dokter membutuhkan beberapa tahapan. Di antaranya yaitu:
- Wawancara medis: untuk mengetahui riwayat alergi, kapan gejala muncul, paparan zat kimia, riwayat cedera, penyakit pernafasan, dan sebagainya.
- Pemeriksaan fisis: serangkaian pengecekan kondisi tubuh pasien seperti adanya pembengkakan, produksi lendir, peradangan, tes penciuman, cek polip hidung.
- Tes lanjutan: yaitu serangkaian tes menggunakan magnetic resonance imaging (MRI), sinar X, computerized tomography (CT).
Pencegahan
Untuk mencegah anosmia agar tidak berkembang secara serius, maka perlu upaya pencegahan. Contohnya:
- Melakukan cuci hidung secara rutin
- Pemeriksaan rutin bagi orang lanjut usia
- Perawatan penyakit neurodegeneratif
- Hindari paparan zat kimia
Pengobatan & Cara Memulihkan
Cara memulihkan anosmia kerap dokter lakukan dengan mengacu pada penyakit yang mendasarinya. Contohnya:
- Genetik: menggunakan terapi sel dan terapi genetik
- Infeksi: pemberian suplemen antibiotik atau zinc gluconate
- Penyakit pernafasan: latihan penciuman dengan aroma pemicu
- Peradangan: pemberian obat kortikosteroid
- Neurodeneratif: pengobatan pada penyakit neurodegeneratif
- Penyakit sinonasal: operasi pembedahan
ย Komplikasi
Apabila mengalami masalah tersebut, maka kualitas hidup seseorang akan menurun. Mulai dari saat menikmati makanan hingga masalah sensual.
Bahkan, kondisi ini bisa sangat membayakan karena mereka tidak dapat mengidentifikasi bau di lingkungan sekitar. Contohnya bau cairan racun hingga bau kebocoran gas.
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila mengalami anosmia selama beberapa hari dan tidak ada tanda-tanda kesembuhan, maka segera periksakan ke dokter spesialisย THT (Telinga Hidung Tenggorokan) untuk mendapatkan perawatan optimal.
Narasumber:
dr. Deti Fitriah Sp. T.H.T.B.K.L
Spesialis THT
Primaya Hospital Inco Sorowako
Referensi:
- Anosmia/loss of smell. http://www.nyogmd.com/sinus-center/anosmia-loss-of-smell/. Diakses pada 29 Desember 2023.
- http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482152/. Diakses pada 29 Desember 2023.
- What is anosmia? https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2767634
- Diseases of the nasal cavity. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7151940/. Diakses pada 29 Desember 2023.
- Loss of smell. http://www.mayoclinic.org/symptoms/loss-of-smell/basics/causes/sym-20050804. Diakses pada 29 Desember 2023.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5863566/. Diakses pada 29 Desember 2023. - Effects of ageing on smell and taste. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2579627/. Diakses pada 29 Desember 2023.
- Anosmia in COVID-19. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7488171/. Diakses pada 29 Desember 2023.
- Medical treatment of traumatic anosmia. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25715353/. Diakses pada 29 Desember 2023.
- Loss of olfactory function. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fneur.2020.569333/full. Diakses pada 29 Desember 2023.