Penyakit jantung dan stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Penyakit jantung dan stroke juga merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui faktor risiko dan mencegah terjadinya penyakit jantung dan stroke sedini mungkin. dr. Edwin Sukmadja selaku Dokter Umum dari Primaya Hospital Tangerang mengatakan bahwa salah satu faktor risiko munculnya penyakit jantung dan stroke adalah atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi merupakan kondisi adanya ketidakteraturan pada denyut karena ada gangguan sinyal listrik pada serambi jantung. Atrial fibrilasi adalah gangguan irama jantung yang sering ditemui.
Faktor Risiko Penyakit Jantung: Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi dapat menjadi sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan tepat. Bilamana terjadi gerakan jantung yang tidak teratur akan menimbulkan gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah di jantung dan otak. “Penyumbatan pembuluh darah di jantung ini bisa berisiko menimbulkan penyakit jantung koroner, sedangkan penyumbatan pembuluh darah di otak akan mengakibatkan stroke,” ujar Dokter Edwin.
Orang dengan gangguan atrial fibrilasi memiliki risiko 5 kali lipat terkena stroke dan 3 kali lipat terkena gagal jantung dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan pada atrial fibrilasi. Meskipun hingga saat ini belum diketahui secara jelas apa penyebab atrial fibrilasi, namun ada beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap atrial fibrilasi, yaitu:
- Usia tua (>65 tahun)
- Obesitas
- Hipertensi
- Diabetes mellitus
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Riwayat stroke
- Kelainan kelenjar tiroid
- Riwayat atrial fibrilasi di keluarga
Apa saja gejala yang dapat timbul pada penderita atrial fibrilasi? Dokter Edwin menyatakan gejala dari atrial fibrilasi adalah detak jantung sering merasa berdebar-debar serta terasa tidak teratur, mudah merasa lelah, kerap merasa pusing dan bahkan bisa pingsan. Sensasi atrial fibrilasi bila dianalogikan akan terasa seperti ada genderang, petir, atau gerakan ikan di dalam dada penderitanya. “Gangguan atrial fibrilasi seringkali tidak disadari oleh penderitanya karena tidak menimbulkan gejala yang khas. Karenanya, diperlukan deteksi dini terhadap atrial fibrilasi agar tidak berlanjut menimbulkan komplikasi seperti stroke dan gagal jantung,”terang Dokter Edwin.
Deteksi Atrial Fibrilasi dengan MENARI
Masyarakat pada umumnya hanya mengetahui penyakit jantung bila ada yang mengalami serangan jantung atau gagal jantung dengan ciri-ciri nyeri pada dada. Padahal, ada beragam penyakit jantung dan gejalanya juga berbeda-beda, bahkan tidak terlihat atau terasa. Seperti pada pembahasan ini seseorang dapat mengalami atrial fibrilasi dimana kondisi ketika irama jantungnya tidak beraturan. Dokter Umum dari Primaya Hospital Tangerang, dr. Edwin Sukmadja menjelaskan bahwa atrial fibrilasi ini kerap tidak menimbulkan gejala dan biasanya baru terdiagnosis saat muncul komplikasi (seperti stroke dan penyakit jantung), maka pemeriksaan dini diperukan dan salah satu pemeriksaan yang mudah untuk deteksi dini atrial fibrilasi adalah dengan meraba nadi sendiri (MENARI). “Meraba nadi sendiri (MENARI) dapat mendeteksi gangguan irama jantung sekitar 32,7%,” kata Dokter Edwin. Pemeriksaan MENARI sebaiknya dilakukan setiap pagi, terutama pada orang dengan usia lebih dari 60 tahun. Cara melakukan pemeriksaan MENARI adalah:
- Mengangkat tangan kiri sejajar dengan dada
- Kemudian raba dengan tiga jari tangan kanan sampai menemukan denyut nadi
- Setelah menemukan denyut nadi, rasakan dan hitung denyut nadi anda selama satu menit
- Normalnya dalam satu menit jumlah denyut nadi yang bisa kita rasakan adalah 60-100 kali. Apabila denyut nadi yang kita rasakan lebih dari 100 kali per menit atau kurang dari 60 kali per menit dalam keadaan istirahat, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Tidak hanya jumlah denyut tetapi keteraturan denyut nadi perlu dicermati. Bila denyut nadi kita tidak teratur, misalnya kadang terasa cepat, kadang terasa lambat atau bahkan terasa berhenti sesaat, maka segeralah periksakan diri Anda ke dokter. Denyut nadi yang terlalu cepat (lebih dari 100 kali per menit) dan tidak teratur bisa jadi merupakan tanda dari gangguan atrial fibrilasi.
Penanganan Atrial Fibrilasi
Atrial Fibrilasi adalah gangguan irama jantung (aritmia) yang sering terjadi karena disebabkan oleh kondisi denyut jantung tidak beraturan dan sering kali cepat. Apabila seseorang ditemukan kecurigaan menderita atrial fibrilasi setelah dari pemeriksaan MENARI maka penanganan lebih lanjut dapat dilakukan ke dokter. Penanganan yang biasanya diberikan apabila seseorang menderita atrial fibrilasi adalah:
- Mengontrol irama atau kecepatan denyut jantung (dengan obat-obatan atau tindakan ablasi)
- Mengubah gaya hidup
Gaya hidup yang dianjurkan pada penderita atrial fibrilasi untuk mengurangi risiko stroke dan penyakit jantung diantaranya dengan melakukan olahraga teratur, mengukur tekanan darah secara rutin, hindari minuman beralkohol, menerapkan pola makan seimbang, menghindari stress, serta berhenti merokok.
Pusat Layanan Jantung dan Pembuluh Darah merupakan salah satu keunggulan Primaya Hospital. Lakukanlah pemeriksaan jantung untuk meminimalisir terjadinya penyakit jantung atau untuk pengobatan jantung koroner serta terapi stroke. Pusat Layanan Jantung dan Pembuluh Darah Primaya Hospital didukung oleh dokter jantung serta dokter bedah jantung handal untuk melakukan operasi jantung, serta angiografi (kateter jantung). Untuk pencegahan, kami memfasilitasi pemeriksaan fisik jantung melalui tes treadmill jantung, EKG (elektrofisiologi), pemeriksaan jantung elektrofisiologi. Primaya Hospital juga menyediakan medical check up dengan dokter spesialis jantung. Temukan jadwal dokter jantung kami di sini.
Ilustrasi gambar oleh Bel Marra Health
Artikel terkait:
- Mendeteksi Penyakit Jantung Menurut Dokter Jantung
- Kenali dan Cegah Penyakit Katup Jantung
- Tips Memilih Dokter Bedah Jantung