Seringkali kita melihat adegan dalam sebuah film yang memperlihatkan seseorang sedang memberikan nafas buatan atau kompresi jantung luar pada lawan mainnya. Hal itu dilakukan untuk menolong seseorang yang tidak sadarkan diri secara tiba-tiba, serta terdapat kejadian henti jantung dan atau henti nafas. Pada kegawatan seperti ini memang tindakan pertama yang dapat diakukan adalah suatu usaha untuk membantu memulihkan kerja jantung dan paru yang sering kita sebut dengan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup dasar ini kita lakukan dengan cara melakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR).
Mengenal Resusitasi Jantung dan Paru
Resusitasi jantung dan paru adalah tindakan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa orang yang mengalami henti jantung dan henti nafas. Henti jantung dapat kita ketahui dengan cara meraba nadi di daerah leher atau lengan bawah.
Sedangkan untuk henti nafas kita bisa melihat tidak adanya pengembangan dinding dada dan tidak terasa adanya hembusan nafas di hidung atau mulut orang tersebut.
Resusitasi jantung dilakukan dengan memberi tekanan atau kompresi pada dinding dada sehigga terjadi penekanan terhadap jantung yang diharapkan akan memompa darah ke tubuh dan memberikan nafas buatan dengan cara meniupkan udara ke dalam paru-paru untuk menjaga agar terdapat oksigen dalam sirkulasi darah.
Masyarakat umum sebagian besar belum mengenal teknik pertolongan pertama ini. Ada yang sudah tahu tentang teknik ini, tapi belum bisa melakukannya secara benar sehingga manfaatnya tak bisa didapatkan. Padahal RJP ini sangat berguna ketika kita menemukan orang yang mengalamai henti jantung dan henti nafas. Dengan RJP, peluang keselamatan pasien akan lebih besar selagi menunggu penanganan medis yang lebih memadai di rumah sakit.
Metode kompresi dada secara langsung ditemukan efektif pada 1960. Sejak saat itu, RJP menjadi salah satu tindakan intervensi medis yang paling banyak dilakukan di seluruh dunia. Organisasi yang mengampanyekan pentingnya pengetahuan mengenai RJP pun bermunculan.
Organisasi-organisasi ini mengembangkan panduan klinis untuk menghadapi situasi darurat yang berkaitan dengan penanganan henti jantung. RJP pun menjadi kemampuan wajib para tenaga kesehatan di rumah sakit. Selain itu, banyak penelitian yang mengambil topik RJP demi mendapatkan bagaimana teknik yang paling efektif untuk mengatasi kondisi darurat.
Siapa Saja yang Memerlukan RJP?
Pada dasarnya RJP dilakukan pada orang yang mengalami henti jantung. Henti jantung mendadak adalah salah satu penyebab kematian paling banyak di dunia, ditandai dengan hilangnya kesadaran, disertai denyut nadi tidak teraba. Â Jutaan orang meninggal karena jantung yang berhenti berfungsi, penyebabnya adalah gangguan sistem elektrik pada jantung.
Pada pasien henti jantung, RJP adalah komponen penting dalam penanganan pertama. Kualitas pemberian RJP meningkatkan tingkat keselamatan pasien, terutama bila insiden henti jantung terjadi di luar lingkungan rumah sakit jantung.
Tujuan Pemberian RJP?
Seperti telah kita ketahui bahwa RJP mencakup pemberian kompresi dada dan nafas buatan yang bertujuan agar darah yang mengandung oksigen tetap beredar di dalam tubuh sehingga organ vital seperti otak tetap dapat berfungsi. RJP merupakan teknik kegawatdaruratan  yang dapat dipelajari oleh orang awam, bukan hanya tenaga kesehatan.
Dengan menguasai teknik ini, anda berkesempatan menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami henti jantung. Termasuk anggota keluarga dan orang lain yang anda sayangi di sekitar anda.
Teknik RJP
Pada dasarnya, teknik RJP terdiri atas tiga langkah:
- Menekan dada
- Membersihkan jalan nafas
- Memberi nafas buatan
Sebelum sampai ke tahap pemberian nafas, lakukan kompresi dada dahulu dengan cara berikut ini :
- Baringkan orang yang akan diberi RJP dan berlututlah di sampingnya
- Tempatkan tumit tangan (bagian atas pergelangan) pada tengah dada di bagian bawah tulang dada. Taruh satu tangan di atas tangan lain dan kaitkan jari-jarinya.
- Pastikan lengan dalam posisi lurus di atas dada pasien.
- Dalam posisi lengan tetap lurus, tekan dada dengan menggunakan berat badan, bukan cuma tangan. Gerakan satu kali menekan dan satu kali melepas tekanan dihitung sebagai satu kompresi.
- Lakukan kompresi ini sebanyak 30 kali secara berturut-turut.
Setelah tahap kompresi dada, berikan nafas buatan dari mulut ke mulut sebagai berikut :
- Buka jalan nafas dengan meletakkan satu tangan anda di dahi orang yang akan diberi nafas dan tangan lain ditempatkan di bawah dagu untuk menengadahkan kepala ke belakang.
- Jepit bagian ujung hidung yang lunak hingga tertutup dengan telunjuk dan ibu jari.
- Buka mulut orang itu dengan ibu jari dan telunjuk lain.
- Ambil nafas yang dalam, lalu letakkan bibir Anda di atas mulut pasien. Pastikan bibir tertutup rapat.
- Tiupkan nafas dengan tenaga ke dalam mulut selama kira-kira satu detik sambil memperhatikan pengembangan dada orang itu.
- Bila dadanya belum naik-turun, ulangi pemberian nafas buatan sampai anda merasakan ada tanda udara keluar dari mulut orang tersebut.
Rumus RJP yang banyak dianut adalah 30 : 2, yakni pemberian 30 kompresi dada diikuti dengan 2 kali nafas buatan. Selain metode dari mulut ke mulut ini, ada teknik pemberian nafas buatan dengan bantuan alat, yaitu masker kantong udara, nasal cannula (slang oksigen), dan intubasi. Namun teknik ini hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis terlatih.
Tips Pertolongan Pertama dalam Kondisi Darurat
Pertolongan pertama adalah penanganan segera untuk orang yang sedang dalam kondisi darurat sebelum kedatangan petugas medis yang lebih berpengalaman dan terlatih. Tujuannya adalah mencegah atau mengurangi risiko buruk pada orang tersebut. Jenis pertolongan ini tergantung situasi dan kondisi.
Dalam kasus henti jantung misalnya, RJP merupakan upaya pertolongan pertama. Bila dalam kondisi darurat, jangan ragu memberikan pertolongan pertama yang dibutuhkan. Setidaknya telepon ambulans agar datang menolong.
Intinya, jangan cuma menghentikan aktivitas dan menatap orang yang membutuhkan bantuan itu. Apalagi jika pikiran justru terdistraksi karena panik. Karena itu, bekali diri dengan pengetahuan seputar pertolongan pertama agar bisa bermanfaat dalam situasi yang dibutuhkan, termasuk RJP.
Narasumber:
Dokter Spesialis Anestesi
Primaya Hospital Sukabumi