Setiap orang wajar merasa takut atau khawatir ketika dalam situasi tertentu yang memang menakutkan atau mengkhawatirkan. Namun ketika ketakutan atau kekhawatiran itu melebihi kewajaran, bisa jadi orang tersebut mengalami agoraphobia. Gangguan kecemasan yang langka ini bisa muncul sejak masa remaja, bahkan kanak-kanak. Perawatan yang tepat dibutuhkan agar individu yang mengalaminya bisa mengatasi rasa takut berlebih yang dapat mempengaruhi kehidupannya.
Mengenal Agoraphobia
Agoraphobia adalah jenis gangguan kecemasan yang membuat penderitanya selalu ingin menghindari situasi yang menimbulkan ketakutan dan kepanikan yang hebat. Agoraphobia atau agorafobia dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Yunani, yakni โagoraโ yang artinya โruang terbukaโ dan kata Inggris โphobiaโ yang berarti โketakutanโ.
Individu yang mengidap agoraphobia akan merasa tidak nyaman ketika berada di tempat terbuka atau ramai yang memunculkan situasi di luar kendali. Dalam situasi demikian, mereka bisa mengalami serangan panik atau panic attack, yakni kepanikan berlebih yang muncul tiba-tiba tanpa penyebab jelas.
Pasien agoraphobia akan merasa berat atau kesulitan ketika harus memasuki tempat ramai seperti pasar, bioskop, dan supermarket atau menggunakan sarana transportasi umum, seperti dijelaskan dalam ICD-11 yang diterbitkan WHO. Mereka juga akan menghindar bila mesti berkendara dalam jarak jauh, melintasi jembatan panjang, atau melalui terowongan karena khawatir mengalami serangan panik dan tak bisa mencari pertolongan. Dalam kasus yang paling parah, penderita agorafobia akan mengurung diri di rumah lantaran terlalu khawatir ketika berada di luar.
Gejala
Beberapa tanda dan gejala agoraphobia yang umum antara lain:
- Cenderung menghindari situasi yang memunculkan kekhawatiran akan mengalami serangan panik
- Khawatir jika mengalami serangan panik tidak bisa selamat atau tak ada yang bisa memberi pertolongan
- Mau pergi ke tempat-tempat tertentu hanya jika ditemani
- Enggan pergi atau gelisah ketika harus pergi ke tempat atau memasuki situasi yang tidak familier
- Merasa cemas atau panik saat tak bisa menghindari situasi-situasi tertentu
- Mengalami serangan panik seperti detak jantung lebih cepat, napas tersengal-sengal, berkeringat dan kepanasan, serta mual-mual saat berada di tempat atau situasi yang tak dikehendaki
Penyebab
Penyebab agoraphobia terdiri atas beragam faktor, tak ada penyebab tunggal. Seseorang lebih mungkin mengalami gangguan kecemasan ini bila ada riwayat agorafobia atau jenis gangguan kecemasan lain dalam keluarga.
Biasanya agoraphobia berkembang sebagai komplikasi gangguan panik, yakni gangguan kecemasan yang ditandai dengan serangan panik dan rasa takut yang intens dalam momen-momen tertentu. Meski demikian, sebagian kecil pengidap agorafobia tak punya riwayat serangan panik.
Dalam kasus ini, gangguan kecemasan yang mereka alami mungkin terkait dengan ketakutan akan kejahatan, terorisme, kecelakaan, atau penyakit tertentu. Peristiwa traumatis, seperti rasa duka yang mendalam karena kehilangan seseorang yang disayangi, juga bisa berkontribusi terhadap kemunculan agoraphobia.
Cara Dokter Mendiagnosis Agoraphobia
Dokter dapat menegakkan diagnosis agoraphobia dengan meminta penjelasan dari pasien mengenai gejala yang dialami. Misalnya seperti apa perasaannya, seberapa sering kejadiannya, dan dalam situasi yang bagaimana. Maka sangat penting bagi pasien untuk memberi informasi dengan lengkap dan detail ihwal gejala tersebut.
Wajar bagi pasien bila merasa cemas atau malu ketika mesti menceritakan perasaan, emosi atau kehidupan pribadi terkait dengan gejala yang dirasakan. Namun dokter perlu mendapat informasi sebanyak mungkin guna membuat diagnosis yang tepat dan merekomendasikan penanganan yang sesuai untuk meredakan gejala tersebut.
Cara Mengatasi Agoraphobia
Langkah pertama untuk mengatasi agoraphobia adalah mencari pertolongan profesional. Dokter atau pakar kesehatan mental profesional bisa membantu menyediakan rencana perawatan sesuai dengan preferensi dan situasi yang dihadapi.
Pilihan penanganan bisa berbeda antara satu orang dan orang lain, tapi biasanya mencakup konseling atau terapi, pengobatan, latihan relaksasi, dan metode pertolongan mandiri. Metode pertolongan mandiri diperlukan ketika pasien berada di situasi yang menyebabkan kepanikan.
Biasanya pasien akan diajari melatih pernapasan agar bisa tenang ketika menghadapi situasi seperti itu. Menarik napas dengan pelan dan dalam kemudian melepaskannya dengan hitungan tertentu bisa meredakan rasa panik. Metode lainnya misalnya menghitung angka dari 100 ke belakang, menyanyikan lagu favorit, atau melafalkan kata-kata tertentu yang menenangkan.
Dalam beberapa kasus, pasien memerlukan obat-obatan bila metode pertolongan mandiri atau terapi tidak efektif mengatasi agoraphobia.
Komplikasi
Agoraphobia dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya secara signifikan. Inilah komplikasi utama yang perlu menjadi perhatian. Misalnya:
- Tak bisa melakukan aktivitas di luar rumah seperti bekerja, sekolah, bersosialisasi, atau menekuni hobi
- Kesulitan finansial
- Merasa terisolasi, kesepian, dan bosan
- Merasa tak berdaya, marah, dan frustrasi terhadap diri sendiri
- Kepercayaan diri rendah
- Penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang serta minuman beralkohol
- Depresi
Pencegahan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah agoraphobia. Namun ada cara untuk menurunkan risiko mengalami gangguan kecemasan ini. Salah satunya menemui dokter atau pakar kesehatan mental ketika mengalami peristiwa traumatis atau kejadian lain yang berpotensi menimbulkan masalah mental. Dokter bisa membantu mencegah agorafobia berkembang akibat peristiwa tersebut.
Kapan Harus ke Dokter?
Demi mengantisipasi penurunan kualitas hidup akibat agoraphobia, siapa pun sebaiknya segera mendatangi dokter untuk berkonsultasi ketika merasakan gejala gangguan kecemasan. Makin cepat terdeteksi dan tertangani, kemungkinan untuk mengendalikan gejala dan mempertahankan kualitas hidup akan makin besar.
Reviewed by
dr. Hery Murtantyo Hutomo, Sp.KJ
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
Primaya Hospital Bekasi Utara
Referensi:
- International Classification of Diseases 11th Revision. https://icd.who.int/en. Diakses 28 Desember 2022
- Impact of the DSM-IV to DSM-5 Changes on the National Survey on Drug Use and Health. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519704/table/ch3.t10/. Diakses 28 Desember 2022
- Agoraphobia. https://indopsycare.com/library/agoraphobia/. Diakses 28 Desember 2022
- What is agoraphobia?. https://au.reachout.com/articles/what-is-agoraphobia. Diakses 28 Desember 2022
- How to manage your anxiety and stress. https://au.reachout.com/articles/how-to-manage-your-anxiety-and-stress. Diakses 28 Desember 2022
- Agoraphobia. https://slam.nhs.uk/agoraphobia. Diakses 28 Desember 2022
- Agoraphobia. https://www.healthnavigator.org.nz/health-a-z/a/agoraphobia/. Diakses 28 Desember 2022
- Clinical implications of agoraphobia in patients with panic disorder. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7387026/. Diakses 28 Desember 2022
- Agoraphobia. https://medlineplus.gov/ency/article/000923.htm. Diakses 28 Desember 2022