Apabila skizofrenia ditandai dengan melihat halusinasi baik audio maupun visual, namun beda dengan skizofrenia paranoid. Kondisi ini ditandai dengan adanya halusinasi bahwa ia merasa dirinya lebih kuat dan merasa orang lain ingin melawan dirinya.
Berbagai faktor seperti kelainan genetik, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi ini. Yuk ketahui secara lebih mendalam seputar skizofrenia paranoid dan apa saja manfaatnya.
Apa Itu Skizofrenia Paranoid?
Skizofrenia paranoid yaitu salah satu jenis skizofrenia yang yang memungkinkan penderitanya berhalusinasi bahwa orang lain seakan-akan ingin melawan dirinya atau pun memusuhi anggota keluarganya.
Umumnya, kondisi ini sering kali di alami oleh mereka yang berusia antara 16 – 30 tahun. akan tetapi, semua orang juga berpotensi untuk mengalaminya, bahkan anak-anak sekalipun, khususnya anak yang pernah mengalami kondisi kekerasan.
Jenis skizofrenia ini tergolong sebagai jenis yang paling sering terjadi. Di tahun 2013 sendiri, American Psychiatric Association menyebutkan bahwa tipe paranoid ini menjadi salah satu tipe paling umum dan menjadi gejala positif dari schizoprhrenia. Walau demikian, tidak semua penderita schizoprhenia memiliki tipe ini.
Penderitanya akan mengalami  delusi, halusinasi, dan masalah dalam berbicara. Dalam kondisi tertentu, bahkan akan mengalami perasaan berupa keinginan untuk bunuh diri sehingga butuh perawatan yang tepat dan sedini mungkin dari dokter.
Penyebabnya sendiri masih belum diketahui jelas. Namun, beberapa dugaan mengarah ke genetik atau mewarisi keturunan dari orang tua. Selain itu, kelainan otak, kecacatan atau penyakit tertentu saat lahir, penyalahgunaan obat terlarang, hingga riwayat trauma kekerasan saat masih anak-anak.
Nama | Skizofrenia Paranoid |
Gejala Utama | Delusi, halusinasi, gangguan berbicara |
Dokter Spesialis | Dokter kejiwaan (psikiater) |
Penyebab Utama | Faktor genetik, kekerasan saat masih anak-anak, penyalahgunaan obat terlarang |
Diagnosis | Cek riwayat kesehatan, tes darah, evaluasi psikiatrik |
Faktor Risiko | Riwayat keturunan keluarga, penderita kelainan otak |
Pengobatan | Pengobatan dengan obat tertentu, terapi |
Pencegahan | Dengan menghindari faktor risiko |
Komplikasi | Gangguan kecemasan, kecanduan obat terlarang dan alkohol, keinginan bunuh diri |
Faktor Risiko
Mulai dari remaja yaitu usia 16 hingga usia 30 menjadi rentang yang paling sering terkena kondisi ini. Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang berpotensi untuk mengalami kondisi ini yaitu berupa:
- Penderita gangguan otak atau kelainan otak bawaan lahir
- Pernah trauma saat masih anak-anak (kekerasan, pelecehan seksual, broken home, dll)
- Hipoksia atau kekurangan oksigen saat lahir
- Penderita infeksi virus khususnya saat masih dalam kandungan
- Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Penyebab Skizofrenia Paranoid
Bisa dikatakan bahwa penyebab skizofrenia masih belum diketahui pasti. Para ilmuwan medis masih berupaya untuk mengetahui lebih mendalam seputar hal ini. Namun, ada  beberapa dugaan bahwa hal ini disebabkan oleh kondisi berikut ini:
- Genetik: bila anggota keluarga mengalami hal ini, maka risiko menurun ke anak akan lebih besar.
- Biologis: kondisi seperti kelainan stuktur otak, atau gangguan neuortransmisi pada otak dapat menyebabkan kondisi ini.
- Medis: kekurangan nutrisi tertentu saat lahir, penggunaan obat-obatan tertentu, atau  karena paparan virus saat masa kehamilan.
- Lingkungan: stres, kekerasan, hingga trauma menjadi salah satu penyebab utama kondisi ini.
Obat-obatan rekreasional antipsikotik seperti dari golongan narkoba juga mungkin dapat menyebabkan kondisi ini. Ada hubungan tersendiri antara penyalahgunaan obat terlarang dengan kondisi ini walau masih belum jelas.
Gejala Skizofrenia Paranoid
Dokter akan mendiagnosis kondisi ini apabila penderita skizofrenia telah mengalami kondisi berikut ini selama 6 bulan berturut-turut:
- Delusi paranoia
- Halusinasi suara
- Perasaan cemburu ekstrem
- Perasaan cemas dan curiga
- Punya gangguan persepsi
- Suka menyendiri
- Merasa lebih hebat dari kenyataan
Cara Dokter Mendiagnosis
Selain melalui wawancara medis ataupun pemeriksaan fisik, dokter juga akan  melakukan beberapa macam pemeriksaan tambahan seperti halnya:
- Tes pencitaraan CT Scan
- MRI scan
- EEG
- Pemeriksaan urine
- Tes dan evaluasi psikatrk
Dokter belum bisa memutuskan seseorang terkena skizofrenia paranoid apabila belum mengalami setidaknya 2 gejala utama dalam satu bulan lebih. Bahkan beberapa dokter mengharuskan gejala tersebut tampak
Pencegahan Skizofrenia Paranoid
Belum ada metode pencegahan khusus untuk mengatasi seseorang terkena kondisi ini. Akan tetapi, ada beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk membantu mengurangi risiko terkena skizofrenia paranoid:
- Jaga kesehatan pikiran dan mental dengan baik
- Pastikan untuk menjaga kesehatan janin, khususnya dari infeksi virus
- Hindari penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter
Pengobatan Skizofrenia Paranoid
Penanganan terhadap kondisi ini dapat diatasi dengan beberapa hal berikut ini:
- Pemberian obat-obatan sesuai gejala yang tampak
- Terapi dengan pelatihan bersosialisasi
- Perawatan intensif di rumah sakit jiwa
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang mungkin dapat seseorang dapatkan apabila mengalami gejala atas kondisi ini:
- Gangguan kecemasan
- Depresi
- Kecanduan alkohol
- Kecanduan obat-obatan terlarang
- Menyakiti diri sendiri
- Bunuh diri
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila Anda mengalami gejala skizofrenia berulang dalam rentang waktu 1 bulan atau lebih, maka segera periksakan diri Anda ke dokter spesialis jiwa atau psikiater. Dengan begitu, Anda akan segera mendapatkan penanganan  yang tepat untuk mengatasinya.
Narasumber:
Spesialis Kedokteran Jiwa
Primaya Hospital Makassar
Referensi:
- Schizophrenia. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia/. Diakses pada 10 Juli 2024.
- Antipsychotics. https://www.rcpsych.ac.uk/mental-health/treatments-and-wellbeing/antipsychotics. Diakses pada 10 Juli 2024.
- Environmental social stress, paranoia. https://academic.oup.com/schizophreniabulletin/article/42/6/1363/2399322. Diakses pada 10 Juli 2024.
- A genetic locus for paranoia. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5803597/. Diakses pada 10 Juli 2024.
- Delusional disorder. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539855/. Diakses pada 10 Juli 2024.
- Paranoia and delusional disorders. https://mhanational.org/conditions/paranoia-and-delusional-disorders. Diakses pada 10 Juli 2024.
- What are personality disorders?
- https://www.psychiatry.org/patients-families/personality-disorders/what-are-personality-disorders. Diakses pada 10 Juli 2024.
- Paranoia. https://www.mind.org.uk/information-support/types-of-mental-health-problems/paranoia/about-paranoia/. Diakses pada 10 Juli 2024.
- Paranoia. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/paranoia. Diakses pada 10 Juli 2024.
- Childhood trauma and psychosis. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31708041/. Diakses pada 10 Juli 2024.