• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Delirium: Mengatasi Perubahan Kondisi Mental Mendadak

Delirium: Mengatasi Perubahan Kondisi Mental Mendadak

Delirium adalah perubahan kondisi mental yang memerlukan perhatian. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Penanganan kondisi ini memerlukan keterlibatan orang-orang di sekitar individu yang mengalaminya, terutama keluarga.

 

buat jani dokter primaya

Mengenal Delirium

Delirium adalah kondisi medis berupa perubahan kondisi mental yang terjadi secara mendadak, terutama dalam hal kesadaran, konsentrasi, dan pemikiran. Kondisi ini berkaitan dengan terganggunya fungsi otak dan sistem saraf.

Delirium bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak, tapi lebih umum terjadi pada orang yang lebih tua atau orang yang memiliki penyakit kronis atau kondisi kesehatan lain. Terdapat beberapa jenis delirium yang umum seperti dikutip dari MedlinePlus, yakni:

  • Hipoaktif: jenis delirium yang paling umum, individu tampak tidak aktif, lelah, depresi, dan mengantuk
  • Hiperaktif: lebih jarang terjadi, individu menjadi lebih aktif dan gelisah serta mengalami halusinasi, delusi, dan cenderung bertindak impulsif
  • Campuran: gabungan dari hipoaktif dan hiperaktif, individu bisa menjadi sangat gelisah, lalu lesu dan tampak lelah kemudian atau sebaliknya

Delirium biasanya dipicu kondisi medis lain atau faktor lingkungan, seperti infeksi, dehidrasi, obat-obatan, atau kerusakan organ vital. Delirium harus diwaspadai karena bisa jadi merupakan tanda adanya masalah serius dalam tubuh atau sistem yang membutuhkan perhatian medis segera.

 

Gejala

Gejala delirium pada setiap orang bisa berbeda-beda. Berikut ini beberapa gejala delirium yang umum menurut jenisnya:

1. Delirium Hipoaktif

  • Aktivitas fisik terbatas: sulit bergerak, cenderung berbaring atua duduk tanpa melakukan aktivitas fisik yang signifikan
  • Kurang responsif: sulit atau tidak merespons suara, cahaya, atau perintah orang lain
  • Kesulitan konsentrasi: tak mampu berfokus pada pekerjaan atau aktivitas yang memerlukan perhatian

2. Delirium Hiperaktif

  • Gelisah: merasa terganggu atau tidak nyaman, cenderung bergerak-gerak
  • Agitasi: merasa cemas dan gelisah, sulit diam
  • Halusinasi: melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada atau tak dapat dirasakan oleh orang lain
  • Delusi: memiliki keyakinan yang keliru atau tak realistis
  • Tidak mengindahkan bahaya: menunjukkan perilaku berisiko, misalnya menyeberang jalan tanpa melihat kondisi lalu lintas
Baca Juga:  Gigi Berlubang: Gejala, Mencegah dan Mengobati

3. Delirium Campuran

  • Gelisah dan terus bergerak, kemudian lesu dan tidak responsif
  • Susah berkonsentrasi dan berbicara, lantas mengalami halusinasi atau delusi
  • Tidak mampu merespons suara atau perintah, lalu menunjukkan perilaku berisiko

 

Penyebab

Delirium bisa terjadi karena berbagai faktor, dari kondisi medis yang mendasarinya, obat-obatan yang dikonsumsi, hingga faktor lingkungan. Berikut ini beberapa penyebab umum delirium:

  • Gangguan neurologis seperti stroke, tumor otak, atau epilepsi
  • Infeksi, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, atau infeksi sistem saraf pusat
  • Dehidrasi, terutama pada orang tua atau orang dengan gangguan mental
  • Efek samping obat, seperti obat antibiotik dan obat pereda nyeri
  • Gangguan tidur
  • Trauma kepala
  • Gangguan psikiatrik, seperti depresi atau gangguan bipolar
  • Faktor lingkungan seperti suhu ruangan yang tidak nyaman, kebisingan, atau kegelapan
  • Gangguan metabolik, misalnya kadar gula darah yang sangat tinggi atau rendah, kadar natrium rendah, atau kadar oksigen rendah
  • Keracunan, misalnya akibat konsumsi alkohol atau obat terlarang
  • Penghentian konsumsi obat tertentu, seperti obat penenang, obat tidur, dan psikotropika

 

Cara Dokter Mendiagnosis Delirium

Dalam mendiagnosis delirium, dokter akan menggunakan berbagai metode dan prosedur yang mencakup peninjauan riwayat medis pasien, observasi gejala dan perilaku, pemeriksaan fisik dan mental menyeluruh, tes kognitif, serta tes diagnostik.

Dokter pertama-tama akan melakukan wawancara dan pemeriksaan riwayat medis pasien. Dari prosedur ini bisa diperoleh informasi tentang pasien, seperti riwayat penyakit, obat yang dikonsumsi, gangguan psikiatri, dan faktor risiko yang terkait dengan delirium.

Dokter juga akan mengecek kondisi fisik serta mengobservasi gejala dan perilaku pasien, termasuk mengevaluasi fungsi neurologis dan status kesadaran pasien. Dokter juga akan mengecek kondisi mental pasien dengan tes dan alat evaluasi tertentu untuk menilai kemampuan memori, orientasi, perhatian, dan berpikir pasien. Tes diagnostik lewat pemeriksaan laboratorium atau pencitraan mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kondisi medis yang melatari delirium.

 

Cara Mengatasi Delirium

Penanganan delirium melibatkan beberapa strategi untuk mengurangi gejala dan membantu pemulihan, antara lain:

  • Mengidentifikasi dan menangani penyebabnya. Bila delirium terjadi karena masalah medis, dokter akan mengatasinya terlebih dahulu.
  • Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman terbebas dari suara bising, keramaian, dan cahaya terang untuk membantu pemulihan pasien.
  • Memberikan dukungan emosional dengan menenangkan pasien, berbicara dengan lembut, dan siap mendampingi kapan pun agar pasien merasa lebih aman dan tenang.
  • Terapi fisik dan rehabilitasi bila pasien mengalami penurunan fungsi dan kehilangan kemampuan fisik.
  • Pemberian obat untuk mengurangi gejala dan mengurangi ketidaknyamanan.
  • Penggunaan alat bantu seperti kacamata, alat bantu dengar, atau alat komunikasi lain.
Baca Juga:  Anemia Hemolitik: Kenali Gejala dan Faktor Risikonya

 

Komplikasi

Delirium bisa mengakibatkan sederet komplikasi yang serius dan membahayakan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Penurunan fungsi kognitif jangka panjang, seperti kesulitan memecahkan masalah, gangguan ingat, kesulitan berkonsentrasi
  • Kelemahan fisik sehingga sulit mengerjakan tugas sehari-hari
  • Risiko cedera seperti jatuh, terpeleset, atau terlibat kecelakaan
  • Risiko infeksi karena sistem kekebalan tubuh bisa terpengaruh delirium
  • Penurunan kualitas hidup akibat berbagai dampak delirium terhadap fungsi tubuh secara keseluruhan

 

Pencegahan

Delirium dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko yang bisa menjadi pemicunya. Menerapkan pola hidup sehat bisa membantu menekan risiko delirium. Keterlibatan keluarga juga dibutuhkan untuk membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi individu yang berisiko mengalami delirium.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Delirium memerlukan perawatan medis secepatnya. Bila ada gejala yang mengarah ke kondisi ini, segera datangi dokter untuk berkonsultasi dan menjalani pemeriksaan. Terutama jika mendadak kebingungan atau linglung tanpa tahu penyebabnya yang pasti.

 

Reviewer

dr. Evita Rosada, Sp.S

Dokter Spesialis Saraf

Primaya Hospital Makassar

Referensi:

  • Delirium. https://medlineplus.gov/delirium.html. Diakses 14 Mei 2023
  • Delirium. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470399/. Diakses 14 Mei 2023
  • Pediatric Delirium. https://psychiatryonline.org/doi/10.1176/appi.ajp-rj.2017.120203. Diakses 14 Mei 2023
  • Sudden confusion (delirium). https://www.nhs.uk/conditions/confusion/. Diakses 14 Mei 2023
  • Caring for Someone with Delirium. https://www.mskcc.org/cancer-care/patient-education/delirium. Diakses 14 Mei 2023
  • Delirium. https://www.healthdirect.gov.au/delirium. Diakses 14 Mei 2023
Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below