Pada beberapa bulan pertama kehidupan, anak mungkin telah cukup mendapat perlindungan dari ibunya jika sang ibu sudah pernah mendapat imunisasi. Istilahnya adalah imunitas pasif, yakni antibodi dari ibu menurun ke anak selama kehamilan. Tapi vaksin anak tetap penting untuk menjaga imunitas anak terhadap beberapa jenis penyakit menular. Sebab, perlindungan antibodi dari ibu tersebut mungkin terlalu rendah dan bisa berkurang dengan cepat. Artinya, anak lebih berisiko tertular penyakit jika tanpa vaksin. Walau begitu, ada ketentuan mengenai rentang jarak yang aman untuk memberikan vaksin aman yang harus menjadi perhatian para orang tua.
Jarak Aman Memberikan Vaksin Anak
Kebanyakan vaksin anak diberikan lewat injeksi ke lengan atau kaki, kecuali beberapa vaksin yang masuk lewat mulut. Dosis vaksinasi bisa mengandung satu jenis vaksin untuk melawan satu penyakit spesifik, tapi bisa juga beberapa penyakit sekaligus. Namanya adalah injeksi kombinasi yang bertujuan mengurangi jumlah injeksi terhadap anak.
Rentang pemberian vaksin anak umumnya adalah 4-8 pekan. Adanya rentang waktu ini menjadi patokan agar imunisasi berlangsung aman dan efektif. Faktor yang mempengaruhi jarak aman pemberian vaksin anak antara lain jenis vaksin tersebut, apakah vaksin hidup atau vaksin mati.
Dunia kedokteran mengenal vaksin hidup dan vaksin mati dalam imunisasi. Vaksin hidup berasal dari virus atau bakteri yang telah dibuat lemah. Meski kuman tersebut masih hidup, anak yang mendapat vaksinasi tidak akan sakit karena mikroorganisme bahan pembuatan vaksin itu telah lemah. Sedangkan vaksin mati merupakan virus atau bakteri yang sengaja dirawat untuk kemudian dimatikan atau diinaktivasi. Cara mematikannya lewat pemanasan atau pemberian zat kimia sesuai dengan prosedur.
Jarak Aman untuk Kategori Vaksin Hidup
Vaksin hidup yang kerap disebut Live Attenuated Vaccine ini bersumber dari mikroorganisme berupa bakteri atau virus yang dilemahkan di laboratorium. Ketika masuk ke tubuh anak, vaksin tersebut bereplikasi dan memunculkan respons imun. Vaksin hidup sudah banyak digunakan sejak 1950.
Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan pemberian 5 jenis vaksin anak berupa vaksin hidup, yaitu:
- Tuberkulosis (BCG)
- Polio oral
- Campak
- Rotavirus
- Demam kuning
Contoh lainnya adalah vaksin cacar air, gondongan, rubela, dan pneumokokus. Dokter bisa memberikan beberapa vaksin anak tersebut secara berbarengan, seperti campak, gondongan, dan rubella (MMR). Ada juga yang mesti berbeda waktu untuk memastikan manfaat dan keamanannya. Jarak aman pemberian vaksin hidup adalah 2-4 pekan, kecuali untuk vaksin oral yang tidak ada interval waktu.
Jarak Aman untuk Kategori Vaksin Mati
Pembuatan vaksin mati bermula dari pengembangbiakan mikroorganisme bahan vaksin, seperti bakteri dan virus. Mikroorganisme itu akan dimatikan atau dibuat tidak aktif untuk menjadi vaksin. Karena telah mati, vaksin tersebut tidak bisa memicu penyakit ketika masuk ke tubuh. Ketimbang vaksin hidup, vaksin mati lebih stabil.
Contoh vaksin anak dari bakteri atau virus yang telah mati antara lain:
Berbeda dengan vaksin hidup, tidak ada ketentuan jarak aman pemberian vaksin mati. Meski demikian, penelitian mengenai interval waktu antara satu imunisasi dengan vaksin mati dan imunisasi selanjutnya masih dibutuhkan untuk mendapat kepastian keamanan.
Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak untuk rencana vaksinasi anak terkait dengan rentang jarak yang aman. Tujuannya adalah memastikan imunisasi dapat memberikan manfaat optimal bagi kesehatan anak dan menjaga risiko seminimal mungkin.
Ditinjau oleh:
dr. Husaemah Syam, SpA
Dokter Spesialis Anak
Referensi:
https://www.who.int/immunization/policy/Immunization_routine_table2.pdf?ua=1
https://in.vaccine-safety-training.org/live-attenuated-vaccines.html